1 Juta Eksemplar Edisi Terakhir Apple Daily Ludes Terjual

Tutupnya Apple Daily menandai kian kuatnya cengkeraman China di Hong Kong

EPA/Jerome Favre
Penduduk Hong Kong antre pada Kamis (24/6) mengambil salinan edisi terakhir surat kabar pro-demokrasi Apple Daily.
Rep: Kamran Dikarma Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG – Surat kabar Apple Daily terjual habis di seluruh Hong Kong pada Kamis (24/6). Harian pro-demokrasi tersebut tak akan terbit kembali setelah kepolisian membekukan asetnya senilai 2,3 juta dolar AS. Tutupnya Apple Daily menandai kian kuatnya cengkeraman China atas wilayah tersebut.

Baca Juga

Pada Kamis pagi, warga Hong Kong berbaris di kios-kios koran untuk memperoleh edisi terakhir Apple Daily. Sebanyak satu juta eksemplar yang dicetak ludes terjual. Biasanya surat kabar tersebut hanya mencetak 80 ribu eksemplar.

Dalam terbitan pemungkasnya, halaman muka Apple Daily memunculkan gambar seorang karyawan surat kabar tersebut yang tengah melambai kepada warga di sekitar gedung. Ia diberi judul “Warga Hong Kong mengucapkan selamat tinggal yang menyakitkan di tengah hujan, ‘Kami mendukung Apple Daily’”.

Desainer grafis Apple Daily, Dickson Ng, masih tak bisa menerima kenyataan bahwa kantornya tempatnya bekerja harus tutup. “Ini adalah hari terakhir kami, dan edisi terakhir, apakah ini mencerminkan kenyataan bahwa Hong Kong mulai kehilangan kebebasan pers dan kebebasan berbicara? Kenapa harus berakhir seperti ini? Mengapa tidak ada lagi surat kabar Apple (Daily) di Hong Kong?” ucapnya.

Direktur Eksekutif Georgetown Center for Asian Law Thomas Kellogg mengatakan, penutupan Apple Daily merupakan hari kelam bagi kebebasan pers di Hong Kong. “Tanpa Apple Daily, Hong Kong kurang bebas dibandingkan sepekan lalu. Apple Daily adalah suara yang penting, dan tampaknya tidak mungkin outlet media lain dapat mengisi posisinya, mengingat semakin meningkatnya pembatasan kebebasan berbicara dan kebebasan pers,” katanya.

 

Dalam beberapa tahun terakhir, Apple Daily kian lantang mengkritik otoritas China dan Hong Kong. Ia menyoroti upaya untuk mengekang kebebasan di wilayah administratif khusus tersebut. Tekanan terhadap Apple Daily, termasuk kebebasan sipil di sana, meningkat setelah China memperkenalkan undang-undang (UU) keamanan nasional.

 

Hong Kong dilanda gelombang demonstrasi saat China mewacanakan penerapan UU tersebut pada 2019. UU Keamanan Nasional Hong Kong resmi diberlakukan pada 30 Juni tahun lalu. UU tersebut telah dipandang sebagai "alat" yang digunakan China untuk memberangus gerakan demokrasi di wilayah tersebut.

 

Dalam UU itu, terdapat empat tindakan utama yang akan dijerat, yakni subversi, terorisme, seruan atau kampanye pemisahan diri dari China, dan berkolusi dengan kekuatan asing untuk membahayakan keamanan nasional. Hukuman maksimum untuk keempat pelanggaran itu adalah penjara seumur hidup. Sementara, beberapa pelanggaran ringan akan menghasilkan pidana penjara kurang dari tiga tahun.

 

UU itu pula yang digunakan untuk menutup Apple Daily. Surat kabar itu dituding berkolusi dengan kekuatan asing untuk membahayakan keamanan nasional. Selain membekukan aset senilai 2,3 juta dolar AS, otoritas Hong Kong juga menangkap lima editor dan pejabat eksekutif Apple Daily. 

 
Berita Terpopuler