Teguran untuk Nabi yang Diungkap Surat 'Abasa

Abasa merupakan surat ke-80 dalam Alquran yang terdiri dari 42 ayat .

Republika/Yasin Habibi
Alquran
Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, 'Abasa merupakan surat ke-80 dalam Alquran yang terdiri dari 42 ayat dan tergolong Surat Makiyyah (turun di Mekah). Di pembukaan, kita diperlihatkan 2 model manusia yang dihadapi Nabi.

Baca Juga

Pertama seorang yang dianggap hina. Mereka yang miskin, cacat, tapi mendapat kemuliaan di sisi Allah.  Kedua, Nabi dihadapkan pada sosok bangsawan, kaya, terhormat, tetapi belum atau tidak beriman kepada Allah. Inilah yang dihadapi orang dai yang mensyiarkan Islam.

Surat ini dibuka dengan teguran. Rasulullah ditegur langsung oleh Allah pada peristiwa dimana dia sedang fokus dalam dialog bersama pembesar Suku Quraisy. Mereka sosok yang punya kedudukan dan berpotensi besar dalam mempengaruhi banyak orang jika nantinya masuk Islam. Namun di saat yang sama ada seorang hamba yang dikenal rewel sekaligus miskin tetapi punya semangat yang besar sekali sebagai seorang muslim datang meminta perhatiannya.

Di lingkungan kita saat ini, mereka yang punya jabatan, kaya, dan berpengaruh mendapat kemudahan dalam dakwah. Mereka orang-orang yang lebih disukai, banyak didekati dibanding kelompok orang yang miskin, masyarakat biasa, walau semangatnya besar dalam dakwah.

 

Ini seperti yang dikisahkan dalam pembuka Surat ‘Abasa, Rasulullah bertemu dengan ayah dari Khalid bin Walid yaitu Walid bin Mughirah yang kaya raya dan hebat. Seperti Abu Jahal yang terhormat dan pengikutnya banyak.

Di sini ujian Allah datang dengan mempertemukan dengan seorang hamba yang miskin, buta, suka mencari ilmu, dialah sosok yang dikenal namanya Abdullah bin Ummi Maktum. Semangatnya meletup-letup saat berjumpa dengan Rasulullah. Saat Abdullah bin Ummi Maktum yang tidak dapat melihat situasi di sekitarnya ini memanggil Rasulullah, rupanya Rasulullah merasa terganggu. Maka Allah pun menegurnya. 

عَبَسَ وَتَوَلّٰٓ . اَنۡ جَآءَهُ الَۡعٰۡىؕ

“Dia (Muhammad) berwajah masam dan berpaling, karena seorang buta telah datang kepadanya (Abdullah bin Ummi Maktum).”

(‘Abasa: 1-2)

 

 

Allah mengingatkan Rasulullah dengan menguji, masih adakah sifat yang tidak baik dalam hatinya sebagai manusia panutan umat Islam sedunia. Sudah seharusnya saat kita sebagai hamba biasa yang menyebut dirinya. beriman pasti akan mendapat ujian. Sebab di situlah Allah mengetahui apakah kita benarbenar sabar saat ditempa ujian dan teguh dalam iman atau hanya sekadar mengaku-ngaku saja (self claimed).

Urusan manusia bukan hanya ritual, tapi juga akhlak yang jauh lebih penting. Kita bisa saja rajin shalat, puasa, sedekah, namun jika kita berbuat jahat, merendahkan orang lain, mudah menyakiti teman, semua ritual-ritual tersebut tidak berarti di hadapan Allah.

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”

(Ali Imran: 110)

Melalui Rasulullah, Allah menyampaikan bahwa muslim tidak boleh berwajah dua. Kita akan diuji di depan keluarga, tetangga, teman kerja, bahkan saat tidak ada satu pun orang melihatnya. Allah sendiri yang agar menegur agar kita kembali kepada kebenaran.

(Bersambung)

 

DR. Amir Faishol Fath, MA

Pakar Tafsir Qur'an

 
Berita Terpopuler