Lama tak Bisa Nyanyi, Jessie J Nangis Saat Terapi Pita Suara
Jessie J merasa tenggorokannya seperti terbakar akibat refluks asam lambung.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sejak akhir 2020, Jessie J telah berjuang mengatasi refluks asam lambung dan nodul pada pita suara yang menyebabkannyanya tak bisa bernyanyi selama berbulan-bulan. Hingga kini, dia juga masih menjalani serangkaian perawatan medis untuk menemukan solusi atas penyakitnya.
Melalui Instagram, Jessie itu membagikan video close-up ketika menyanyikan single barunya “I Want Love” sambil menahan air mata. Ia mengungkap bahwa video itu direkam atas permintaan terapis suaranya yang ingin memantau kemajuannya.
“Hanya mendengar diriku bernyanyi dan itu terasa sangat rentan sehingga membuatku menangis. Sampai hari ini saya tidak pernah bisa menyanyikannya karena rasa sakit yang saya alami,” kata Jessie, seperti dilansir Ace Showbiz, Sabtu (19/6).
Jessie juga mengungkap betapa hancur perasaannya ketika mengetahui dirinya tidak bisa bernyanyi. Padahal, bernyanyi adalah kehidupan dan kebahagiaan yang besar baginya.
“Menjadi pendiam bukanlah sesuatu yang saya kuasai. Itu membuat saya menjelma seperti orang lain,” ungkap pelantun “Price Tag” itu.
Jessie menjelaskan bahwa unggahan video itu sebagai bentuk kejujuran kepada dirinya sendiri dan penggemar tentang kondisi medis yang telah dirahasiakan selama berbulan-bulan. Meski begitu, dia tetap optimistis penyakitnya bisa disembuhkan secara tuntas.
"Aku telah mengabaikan penyakitku sejak lama, karena aku mengira itu hanya kelelahan saja. Dan sekarang aku percaya ini bisa benar-benar disembuhkan," kata Jessie yang selama berbulan-bulan merasa tenggorokannya seperti terbakar karena refluks asam lambung.
Jessie juga berjuang melawan penyakit meniere yang terdiagnosis pada akhir 2020. Pada malam Natal tahun lalu, ia merasa tuli dan pusing.
Penyakit meniere adalah kelainan yang terjadi pada telinga bagian dalam, yang menimbulkan gejala vertigo, telinga berdenging, dan tekanan pada telinga. Meniere bisa menyebabkan kehilangan kemampuan pendengaran yang hilang timbul, yang berujung pada tuli permanen.