Produser They Are Us Sesali tak Libatkan Keluarga Korban

Produser film kontroversial They Are Us mengaku telah berkonsultasi dengan para imam

About Islam
They Are Us, film tentang serangan teroris di Masjid Christchurch, Selandia Baru
Rep: Rossi Handayani Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Produser film kontroversial They Are Us mengaku telah berkonsultasi dengan para imam dari kedua masjid yang menjadi sasaran serangan teror Christchurch, dan beberapa korban. Mereka menyesali adanya kritikan dari Komunitas Muslim, khususnya keluarga korban.

Baca Juga

"Ini tidak pernah menjadi niat kami, dan kami yakin kami berutang klarifikasi kepada keluarga yang kehilangan orang yang mereka cintai, korban selamat dan saksi mengenai film, tujuan dan niatnya," kata Produser, Ayman Jamal, Dalam sebuah pernyataan bersama dengan Muslim Association of Canterbury (MAC), dilansir dari laman Stuff pada Selasa (15/6).

Jamal mengungkap telah melibatkan Imam Gamal Fouda dari Masjid Al Noor dan Imam Alabi Lateef Zikrullah dari Masjid Linwood dan lebih dari 20 korban lainnya dari serangan 15 Maret lebih dari setahun yang lalu.

"Saat itu komunitas Muslim Christchurch sedang mengalami banyak hal, dan kami hanya terlibat dengan keluarga-keluarga yang siap berbagi cerita dengan kami saat itu," ucap Jamal.

 

 

Dia mengatakan tim produksi sangat menyesal tidak menjangkau semua keluarga korban, penyintas, dan saksi serangan.

"Kami ingin dengan tulus menunjukkan bahwa kami di sini untuk mendengarkan dan berkonsultasi dengan setiap korban terakhir dari peristiwa tragis ini yang ingin mengungkapkan pandangan mereka terlepas dari apa pandangannya dan bahwa kami siap untuk mendengar lebih banyak kisah inspiratif lainnya bagi mereka yang ingin berbagi dengan kami," kata Jamal.

Juru bicara MAC, Abdigani Ali membenarkan beberapa diskusi telah terjadi. "Namun, kami telah mencapai pemahaman bahwa konsultasi lebih lanjut perlu dilakukan dengan para korban serangan teroris 15 Maret," kata dia.

Adapun kemarahan ini muncul menyusul laporan pada Jumat (11/6) bahwa sebuah film yang berfokus pada tindakan perdana menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern. Di mana pada saat serangan pembunuhan massal paling mematikan di Selandia Baru, 51 orang terbunuh. Film sedang dikembangkan dengan aktris Australia Rose Byrne, yang berperan sebagai Ardern.

 

 

Penulis-sutradara Kiwi Andrew Niccol (Gattaca) mengatakan, naskah tersebut telah dikembangkan melalui konsultasi dengan komunitas Muslim Christchurch. Namun mereka menyatakan kemarahan bahwa film tersebut akan berpusat pada Ardern, dan bukan pada korban, serta penyintas.

 

Sementara Ardern mengatakan, dia tidak berpikir ceritanya adalah salah satu yang harus diceritakan tentang serangan teror. Sedangkan produser Selandia Baru, Philippa Campbell membela film tersebut, dengan mengatakan itu akan fokus pada sejumlah pahlawan. Kemudian ia  mengundurkan diri dari produksi. Campbell mengatakan, dia tidak ingin terlibat dengan proyek yang menyebabkan kesusahan seperti itu.

 
Berita Terpopuler