Mualaf Amerika Terinspirasi Buka Toko Busana Muslim

Kesulitan menjadi busana Muslim menjadi inspirasi mualaf Amerika.

Onislam
Mualaf (ilustrasi)
Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, Selama 15 tahun, Ruqayya Al-Sharari menjual pakaian wanita dari rumahnya di Toledo. Kesulitan mencari busana Muslimah menginspirasinya mengeluti bisnis ini.

Baca Juga

Ruqayya yang memeluk Islam sembilan tahun lalu ini, selalu alami kesulitan menemukan toko yang menjual busana Muslim. Hanya ada dua pilihan saat itu, berkendara ke Dearborn atau menunggu kerabat kembali dari luar negeri. Namun, Ruqayya punya pilihannya sendiri.

Sementara, Lakeila Carter yang memeluk Islam pada tahun 2011 dan Tiffani Blackman pada tahun 2017 juga menemukan masalah serupa dengan Ruqayya. Ketiganya pun memahami kebutuhan Muslimah yang selalu berimprovisasi soal busana.  

 

Pada 4 April, mereka membuka pintu Fully Covered, yang terletak di 3413 Monroe Street, dengan slogan "Modest and Beautiful." Kurang dari dua minggu kemudian, pada 16 April, Ruqayya meluncurkan tokonya sendiri di 909 South McCord Road di Holland bernama Hayat Modest Fashion Boutique.

Toko Ruqayya berlokasi di seberang kedai kopi dan butik yang dikelola Muslim yang dibuka Fattum Mutahr tahun lalu. Pada saat itu, Fattum Mutahr membuka toko busana Muslim pertama sebelum akhirnya busana Muslim menjadi tren di kalangan komunitas Muslim Amerika.

 

Hayat dan Fully Covered memenuhi kebutuhan Muslimah seperti jilbab dan niqab berbahan sutra atau wol, abaya dan jilbab yang panjang, celana dan rok, dan pakaian renang dan gaun maxi lengan panjang. Fully Covered juga menjual tasbih, sajadah, parfum dan minyak. Di pintu masuk ada keranjang abu-abu yang ditumpuk dengan terjemahan Alquran, biografi Nabi Muhammad SAW, kompilasi hadis Nabi, dan panduan pengantar Islam.

"Kami umumnya melayani banyak Muslim baru juga, atau hanya orang-orang yang telah masuk agama Islam," jelas Blackman.

Kedua pemilik baru-baru ini pergi ke Philadelphia untuk membeli buku untuk Ramadhan. Namun, mereka menjelaskan bahwa konversi ke Islam bukanlah prasyarat untuk pengunjung toko mereka.

 "Meskipun target pasar kami adalah komunitas Muslim, kami tidak hanya fokus pada Muslim," kata Blackman. Dilansir dari laman Toledo Blade, Senin (14/6).

"Saya dibesarkan sebagai orang Kristen, dan kami mengenakan gaun ke gereja dan hal-hal seperti itu. Ini adalah barang yang bisa dipakai siapa saja," jelasnya.

Ruqayya mengakui, banyak pelanggan non-Muslim berlama-lama di luar toko penasaran tapi ragu-ragu. Dia menyuruh mereka masuk.

 

 

 

Sederhana dan Cantik

Selama ini, Ruqayya menganggap dirinya terlalu sibuk dengan ketujuh anaknya untuk membuka toko. Dorongan teman-temannya dan adanya pandemi menginspirasinya membuat toko yang nyaman untuk semua orang.

Gerak cepat dilakukan Ruqayya dengan dibantu suaminya. Suaminya mengerjakan logistik keuangan, sementara dia dan putrinya bersiap untuk menjalankan tempat itu.

Blackman dan Carter telah memutuskan untuk membuka toko pada akhir 2019. Keduanya menganggap masing-masing bukanlah mitra bisnis namun sebagai sahabat.  Pada 1 September 2020, Blackman dan Carter meluncurkan laman Fully Covered.

“Saudaraku tersayang dalam Islam. Kamu cantik dan dicintai. Kamu tidak perlu pengakuan dunia. Tetap tertutup, sederhana dan cantik. Insya Allah.”

Sebagian besar pelanggannya awalnya berasal dari luar Toledo. Hanya ketika toko dibuka, segera menarik perhatian pembeli lokal.

Banyak sentuhan guna menjadikan toko sebuah ruangan yang menarik secara estetika. Eksterior bangunan dominan dengan kata-kata "abaya", "hijab", dan "sajadah" dalam grafiti embos.

Sementara Ruqayya terinspirasi toko-toko fashion di Timur Tengah, beberapa di antaranya dimiliki oleh keluarga suaminya. Karenanya, ia ingin penampilan tokonya lebih santai, terbuka, penuh warna dan modern. 

"Pilihan itu tak salah, karena setiap orang yang datang memberi tahu saya betapa santainya di sana," katanya.

 
Berita Terpopuler