Putin Samakan Kerusuhan di Capitol AS dengan di Rusia

Demonstrasi di Rusia sebagian besar berlangsung damai

AP/Alexander Zemlianichenko/AP Pool
Presiden Rusia Vladimir Putin
Rep: Dwina Agustin Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, MOSCOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bahwa ratusan orang yang ditangkap karena kerusuhan di Capitol Amerika Serikat (AS) sama dengan yang terjadi di Rusia. Kremlin mendapatkan kritikan pedas atas sikap keras membungkam demonstran yang mendukung pemimpin oposisi Alexei Navalny.

Baca Juga

"Anda menyajikannya sebagai perbedaan pendapat dan intoleransi terhadap perbedaan pendapat di Rusia. Kami melihatnya sangat berbeda,” katanya dalam sebuah wawancara dengan siaran NBC News pada Senin (14/6).

Putin menunjuk pada serangan 6 Januari di Washington ketika pengunjuk rasa menerobos masuk ke Capitol. Mereka mencoba menghentikan penghitungan suara elektoral untuk mengesahkan kemenangan pemilihan Joe Biden atas Donald Trump.

"Tahukah Anda bahwa 450 orang ditangkap setelah memasuki Kongres? ... Mereka datang ke sana dengan tuntutan politik," kata Putin.

Presiden Rusia pun mencoba memberikan contoh dengan sikap petugas keamanan yang memukul mundur bahkan membunuh demonstran. "Apakah Anda memerintahkan pembunuhan terhadap perempuan yang masuk ke Kongres dan yang ditembak dan dibunuh oleh seorang polisi?" ujar Putin mengacu pada pendukung Trump, Ashli Babbitt, yang ditembak mati oleh seorang petugas Polisi Capitol ketika dia mencoba memanjat melalui jendela yang mengarah ke gedung House of Representatives.

Meskipun protes yang meletus di seluruh Rusia setelah penangkapan Navalny pada Januari tidak disetujui, kondisi tidak sama dengan penyerangan Capitol. Para demonstran sebagian besar damai dan tidak memasuki gedung-gedung pemerintah atau menyebabkan kerusakan properti yang signifikan.

 

Putin kemungkinan akan mendapat kecaman keras dari Biden pada pertemuan langsung di Jenewa pada Rabu (16/6). Pemimpin Rusia ini akan mendapatkan tekanan atas tindakannya melawan lawan-lawan politiknya di Rusia, termasuk Navalny, penahanan ribuan demonstran yang memprotes penangkapannya, dan pelarangan organisasi Navalny dengan memberikan label sebagai ekstremis.

Pada konferensi pers setelah pertemuan puncak NATO di Brussels pada Senin (14/6), Biden menolak untuk menilai  keberhasilan pertemuannya dengan Putin. "Hal terakhir yang akan dilakukan siapa pun adalah bernegosiasi di depan pers dunia," ujarnya.

Biden menggambarkan Putin sebagai cerdas, tangguh, dan musuh yang layak. Namun, dia mengindikasikan akan tetap waspada terhadap komitmen apa pun yang keluar dari pertemuan mereka. Biden akan memverifikasi terlebih dahulu dan kemudian baru dapat mempercayai pemimpin Rusia itu. 

 
Berita Terpopuler