Muslim Selandia Baru Kritik Narasi Film 'They Are Us'

Muslim Selandia Baru menyayangkan narasi yang diambil dalam film 'They Are Us'

EPA-EFE/MARTIN HUNTER
Pemimpin Muslim Christchurch berbicara kepada media setelah Brenton Tarrant dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, di luar Pengadilan Tinggi di Christchurch, Selandia Baru, 27 Agustus 2020. Warga Australia Brenton Tarrant dijatuhi hukuman penjara seumur hidup tanpa pembebasan bersyarat karena terorisme, 51 dakwaan pembunuhan dan 40 dakwaan percobaan pembunuhan, atas serangannya terhadap dua masjid di Christchurch pada 2019.
Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID,  JAKARTA -- Komunitas Muslim Selandia Baru menyayangkan narasi yang diambil dalam film They Are Us yang menceritakan tragedi penembakan di Masjid Al Noor, Christchurch, pada 15 Mei 2019. Sara Qasem, yang ayahnya terbunuh dalam serangan itu, menyebut film tersebut berisi narasi kulit putih. 

Baca Juga

Menurutnya, narasi tersebutlah yang menyakitkan komunitas Muslim, pihak yang menjadi korban dalam serangan tersebut. "Apakah ada pembicaraan dengan kami? Bagaimana bisa orang melakukan hal ini tanpa mempertimbangkan cerita kami," kata Qasem seperti dilansir tvnz.co.nz, Senin (14/6).

"Ketika kami mengalaminya, begitu tragis dan menyeramkan, ini membuat kami kuat. Namun, bisa saya katakan, apa yang dibuat film tersebut akan menyakit dan melukai banyak keluarga korban. Karena itu, saya termasuk menentangnya," kata dia.  

 

 

Sementara, Qasem mengapresiasi komentar PM Selandia Jacinda Ardern yang menilai film tersebut terlalu sensitif untuk Selandia Baru dan komunitas Muslim.  "Masih ada keluarga korban yang secara mental terdampak dalam serangan itu. Sangat disayangkan, ide ini hanya melihat dari satu sisi, maaf saya bisa katakan, narasi kulit putih. Padahal, ini adalah cerita kami," kata Qasem.

Menurutnya, terlalu dini untuk membuat film ini. "Hanya setahun sejak hukuman, bahkan belum sampai setahun, dan hanya dua tahun dari serangan itu," ujarnya.

Sebanyak 51 orang jamaah Masjid al Noor, Christchurch, meninggal dunia akibat serangan tersebut. Selain itu, banyak jamaah yang mengalami cedera serius.  Saat ini, petisi untuk menghentikan produksi film telah digaungkan. Lebih dari 55 ribu orang telah menandatangani petisi tersebut.

 

 

 
Berita Terpopuler