Santri Nuu Waar Terima Pendidikan Kebangsaan

Para santri didik untuk menjdi manusia yang bernilai dan membanggakan keluarga.

Dok AFKN
Presiden AFKN, Ustadz Fadlan Gharamatan bersama Kepala Badan (Kaba) Intelkam Polri, Komjen Pol Paulus Waterpouw, Sabtu (12/6).
Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Santri dan Santriwati Pondok Pesantren Nuu Waar, Yayasan Al Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN), Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, kedatangan tamu istimewa yakni Kepala Badan (Kaba) Intelkam Polri, Komjen Pol Paulus Waterpouw, Sabtu (12/6). Kehadiran Komjen Paulus untuk memberikan pendidikan kebangsaan para santri dan santriwati dengan tajuk “Membangun Sumber Daya Manusia Yang Berlandaskan Pancasila Untuk Kemajuan dan Kesejahteraan Masyarakat Papua Yang Produktif”.

Baca Juga

Komjen Pol Paulus mengapresiasi Pesantren AFKN yang menggelar kegiatan positif untuk membentuk karakter santri agar berguna bagi agama, bangsa dan negara. Menurutnya, menambahkan pemahaman tentang kebangsaan akan membuat para santri memiliki kecakapan luar dalam, baik dalam kerohanian maupun sikap diri. 

“Harapan kami mereka menjadi anak-anak bangsa nanti yang secara imani kepercayaan mereka dapat, juga ilmu Alquran. Kemudian akan diturunkan kepada sanak saudaranya yang lain dan terus berkembang dari hari ke hari demi melanjutkan kehidupan bersama ini,” kata dia dalam laman afknuwaar.com.

 

Presiden Yayasan Al Fatih Kaffah Nusantara (AFKN), Ustadz Zaaf Fadlan Gamarathan menyampaikan keinginan untuk membekali anak didiknya dengan ilmu yang dapat meningkatkan kualitas iman dan kecintaan terhadap bangsa. “Jadi tidak saja bicara Alquran, tapi juga bicara bagaimana menjadi orang Indonesia di dalam pertahanan keamanan bangsa ini,” ujarnya.

Dai yang dikenal dengan dakwah sabun ini meyakini para santri dapat menjadi manusia yang lebih bernilai dan membanggakan keluarga. Segala kebiasaan lama santri yang tidak baik, akan luntur karena ditanamkan pola pikir dan sikap yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebangsaan.

“Sehingga saat pulang ke kampung halaman, dia bangga cerita kepada keluarga tentang Indonesia. Saya harus berhasil dari Papua untuk Indonesia, saya belajar dari Bekasi atau dari Jawa untuk kampung saya, untuk Indonesia,” kata dia. 

Menurut dai asli Fakfak ini, konsep yang dikembangkan pesantren adalah mendidik para santri untuk menjadi matahari perubahan seperti pengusaha atau pedagang dengan memahami kebangsaan Indonesia, dari Papua untuk Indonesia. "Karakter ini yang kita bangun selama mereka ada di sini,” tandasnya.

Pondok Pesantren Nuu Waar telah mendidik banyak santri dari Papua dan Papua Barat. Kebanyakan santri berasal dari keluarga tidak mampu maupun yatim piatu. Selama menimba ilmu, para santri tidak dipungut biaya sepeserpun. Seluruh kebutuhan mulai dari pakaian, alat mandi, hingga makanan, seluruhnya ditanggung pihak pesantren.

 
Berita Terpopuler