Tolak Film, Muslim Selandia Baru: Ini Cerita Kami

Komunitas Muslim Selandia Baru tak berhenti menyuarakan penolakannya.

AP Photo/Mark Baker
Perdana Menteri Jacinda Ardern (tengah, berkerudung krem) meresmikan plakat peringatan bagi korban teror penembakan di Masjid Al-Noor, Christchurch, Selandia Baru, Kamis (24/9).
Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Komunitas Muslim Selandia Baru tak berhenti menyuarakan penolakannya terkait rencana pembuatan film yang mengisahkan penembakan Masjid Christchurch, Selandia Baru. Komunitas Muslim menuntut film itu dibatalkan.

Baca Juga

Sara Qasem, yang ayahnya terbunuh dalam serangan itu, menyebut film tersebut berisi narasi kulit putih. Menurutnya, hal tersebutlah yang menyakit komunitas Muslim, pihak yang paling tersakiti dalam serangan tersebut.

Sebanyak 51 orang jamaah Masjid al Noor, Christchurch, meninggal dunia akibat serangan tersebut. Selain itu, banyak jamaah yang mengalami cedera serius.  Saat ini, petisi untuk menghentikan produksi film telah digaungkan. Lebih dari 55 ribu orang telah menandatangani petisi tersebut.

"Apakah ada pembicaraan dengan kami? Bagaimana bisa orang melakukan hal ini tanpa mempertimbangkan cerita kami," kata Qasem seperti dilansir tvnz.co.nz, Senin (14/6).

 

"Ketika kami mengalaminya, begitu tragis dan menyeramkan, ini membuat kami kuat. Namun, bisa saya katakan, apa yang dibuat film tersebut akan menyakit dan melukai banyak keluarga korban. Karena itu, saya termasuk menentangnya," kata dia.  

Sementara, Qasem mengapresiasi komentar PM Selandia Jacinda Ardern yang menilai film tersebut terlalu sensitif untuk Selandia Baru dan komunitas Muslim. 

"Masih ada keluarga korban yang secara mental terdampak dalam serangan itu. Sangat disayangkan, ide ini hanya melihat dari satu sisi, maaf saya bisa katakan, narasi kulit putih. Padahal, ini adalah cerita kami," kata Qasem.

Menurutnya, terlalu dini untuk membuat film ini. "Hanya setahun sejak hukuman, bahkan belum sampai setahun, dan hanya dua tahun dari serangan itu," ujarnya.

 

 

 
Berita Terpopuler