Mengapa Jujur dan Kewarasan Penting untuk Media Sosial?

Islam memandang pentingnya beretika dalam media sosial

pixabay
Islam memandang pentingnya beretika dalam media sosial. Sebarkan kebaikan lewat media sosial. Ilustrasi
Red: Nashih Nashrullah

Oleh : KH Abdul Muiz Ali, Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Pusat dan Pengurus Lembaga Dakwah PBNU, dan Duta Pancasila BPIP RI

REPUBLIKA.CO.ID,- Dalam bahasa Arab, kata jujur mempunyai arti as-shidqu atau shiddiq yang artinya benar atau nyata. Lawan kata as-shidqu adalah al-kidzbu yang artinya dusta atau bohong.

Baca Juga

Sifat as-shidqu (jujur) termasuk salah satu dari empat sifat mulia yang dimiliki  Rasulullah yaitu as-shidqu (jujur), amanah (terpercaya), tabligh (menyampaikan berita), dan fathanah (cerdas).  

Karena betapa pentingnya kejujuran dalam Islam, Alquran menyebut kata as-shidqu (jujur) disebut sebanyak 153 kali dalam ayat yang berbeda. 

Sahabat Nabi sekaligus khalifah pertama dalam Islam, yang bernama Abu Bakar mendapat gelar as-shiddiq (orang yang selalu jujur) karena keistiqamahannya menampakkan dan mempertahankan kejujuran. Perintah untuk bersikap dan berucap jujur dalam Alquran: 

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصّٰدِقِينَ

"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar (jujur)." (QS. At-Taubah: 119).

Jujur akan melahirkan ketenangan batin di dunia dan mendapatkan kebahagiaan di akhirat. Sebaliknya, berbohong termasuk menyebarkan berita bohong (hoaks) melalui sosial media akan mengantarkan pada kenistaan. 

Menyebarkan berita bohong yang melalui media elektronik (sosial media) terdapat ancaman pidana. Rasulullah SAW bersabda: 

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan mengantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR Muslim no 2607).

Dalam hadis riwayat Al Hakim disebutkan, di antara doa Rasulullah SAW adalah berlindung dari sikap tidak jujur (kemunafikan),

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْفَقْرِ وَالْكُفْرِ ، وَالْفُسُوقِ ، وَالشِّقَاقِ ، وَالنِّفَاقِ ، وَالسُّمْعَةِ ، وَالرِّيَاءِ

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kefakiran, kekufuran, kefasikan, kedurhakaan, kemunafikan, sumah, dan riya’.”

Cara efektif hindari hoaks

Fenomena berita bohong (hoaks) ada sejak kesejarahan manusia berlangsung. Konon, Nabi Adam 'alaihissalam bersama istrinya "termakan" berita hoaks dari iblis yang mengakibatkan keluar dari surga. Nabi Muhammad SAW juga pernah serangan berita bohong dari orang-orang munafik. 

 

Dalam konteks bermuamalah di media sosial, berikut ini cara yang efektif untuk terhindar dari perangkap berita bohong (hoaks):  

1. Selektif menerima berita

Alquran mengajarkan kita agar hati-hati dalam menerima dan menyebarkan informasi. Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

“Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS Al Hujuraat 6). Dalam hadits disebutkan: 

كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ

“Cukuplah seseorang dikatakan sebagai pendusta apabila dia mengatakan semua yang didengar.” (HR Muslim)

2. Tidak mudah share berita

Ketika mendapat berita hendaknya kita jangan tergesa-tergesa langsung meng- share atau menyebarkan ke orang lain sebelum memastikan terlebih dahulu kebenaran berita tersebut. 

Sikap tergesa-tergesa menyebarkan berita berpotensi menjadi bagian dari penyebar berita bohong. Rasulullah SAW mengajarkan kita agar jangan tergesa-gesa. 

التَّأَنِّي مِنَ اللهِ , وَالْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ

“Ketenangan datangnya dari Allah, sedangkan tergesa-gesa datangnya dari setan.” (HR  Al Baihaqi)

3. Hapus postingan yang tidak bermanfaat

Berita atau postingan yang tidak bermanfaat sebaiknya langsung kita hapus (delete). Jangan habiskan qouta internet dan energi kita dengan melakukan atau menyimpan apalagi menyebarkan berita, gambar, video yang tidak memberikan manfaat kepada kita dan orang lain.

مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ

“Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” (HR Tirmidzi)  

 
Berita Terpopuler