Debat Sengit Pakar Kesehatan Soal Vaksinasi Anak

Pakar nilai butuh penelitian lebih lanjut tentang vaksinasi Covid-19 bagi anak.

JESSICA HELENA WUYSANG/ANTARA
Seorang perempuan dan anak-anak menggunakan masker saat bermain. Vaksinasi Covid-19 mungkin akan segera dilakukan setelah sejumlah merek vaksin mendapatkan izin penggunaan. Pro kontra seputar vaksinasi Covid-19 ke anak namun masih terjadi.
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rizky Suryarandika, Fergi Nadira Bach, Idealisa Masyrafina

Amerika Serikat merupakan salah satu negara yang akan mulai memberlakukan kebijakan vaksinasi Covid-19 bagi anak. Meski pemberian vaksin anak dianggap sebagai hal positif, namun di sisi lain sejumlah penasehat kesehatan di Negara Paman Sam justru melihatnya sebagai kebijakan yang terlalu dini.

Anak-anak dinilai berisiko rendah terkena virus. Sebagian besar berpendapat penting memvaksin anak terutama saat virus banyak muncul seperti di musim gugur dan musim dingin.

Anggota Komite Penasihat Vaksin dan Produk Biologi Terkait FDA (VRBPAC) tidak diminta untuk memberikan saran atau suara khusus. FDA akan memberi tahu perusahaan tentang jenis uji klinis dan data apa yang ingin dilihat untuk mempertimbangkan perluasan penggunaan vaksin resmi untuk anak-anak.

Vaksin Pfizer/BioNTech diizinkan untuk digunakan pada orang berusia 12 tahun. Vaksin Moderna diizinkan untuk orang berusia 18 tahun ke atas, meskipun perusahaan telah meminta FDA untuk mengizinkan penggunaannya pada anak-anak berusia 12 tahun. Vaksin Johnson & Johnson diizinkan di orang berusia 18 tahun ke atas.

Walau vaksin telah terbukti sangat aman dan efektif pada kelompok usia yang lebih tua, anggota VRBPAC menyatakan keprihatinan tentang laporan baru dari kondisi jantung inflamasi yang disebut miokarditis. Gangguan itu berpotensi terkait dengan vaksin.

Direktur penyakit menular pediatrik di Tufts University School of Medicine, Cody Meissner, mengatakan anak-anak berisiko rendah terkena penyakit parah akibat virus. Sehingga diperlukan lebih banyak penelitian tentang keamanan pada kelompok usia yang lebih muda.

"Sebelum kita mulai memvaksinasi jutaan remaja dan anak-anak, penting untuk mengetahui apa konsekuensinya," kata Meissner, dilansir dari CNN pada Jumat (11/6).

Meissner mencatat tingkat rawat inap Covid-19 yang rendah di antara anak-anak. Tetapi anggota komite lainnya sangat tidak setuju dengan pendapat Meissner.

"Saya pikir kita membutuhkan vaksin ini lebih cepat daripada nanti pada anak-anak," ujar profesor pediatri di Fakultas Kedokteran Universitas California San Diego, Mark Sawyer.

Direktur Kantor Penelitian Vaksin FDA, Dan Marion Gruber, mengungkapkan rasa frustrasinya. Ia mendengar kebutuhan vaksin segera pada anak-anak karena tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya. Khususnya pada musim gugur dan saat anak-anak kembali ke sekolah yang mayoritas berada di dalam ruangan.

"Jika kita menunggu terlalu lama dan melakukan uji klinis ini dengan sejumlah besar subjek pediatrik, kita mungkin tidak siap untuk memiliki alat ini saat kita membutuhkannya," ucap Gruber.

Ada "sangat sedikit" laporan miokarditis atau perikarditis pada anak berusia 12-15 tahun yang telah diberi vaksin virus corona. Data menunjukkan bahwa ada jumlah kasus radang jantung yang lebih tinggi dari perkiraan di kalangan anak yang baru saja menerima dosis kedua vaksin virus corona Pfizer/BioNTech dan Moderna. Tetapi kebanyakan di antara kelompok anak yang lebih dewasa.

Bukan hanya Pfizer yang disebut sudah bisa digunakan bagi kelompok usia anak. Regulator China pekan lalu pun sudah menyetujui penggunaan vaksin Sinovac untuk anak-anak berusia tiga tahun hingga 17 tahun. Namun, pemerintah China belum mengumumkan secara resmi jadwal anak-anak mulai mendapatkan suntikan dua dosis vaksin Covid-19.

Tujuan tentatif China memang untuk memvaksin 80 persen populasinya terhadap virus corona pada akhir tahun ini. Hal tersebut memungkinkan puluhan juta anak harus mulai bersiap disuntik vaksin Covid-19.

Sebagian besar anak-anak memang terhindar dari pandemi ini. Sebab virus lebih mudah terpapar pada orang dewasa dan umumnya anak-anak jika terkena virus menunjukkan gejala yang tidak terlalu parah.

Namun demikian, para ahli mengatakan, anak-anak masih dapat menularkan virus ke orang lain. Beberapa ahli juga mencatat bahwa jika negara-negara akan mencapai herd immunity melalui kampanye vaksin, menyuntik anak-anak harus menjadi bagian dari rencana.

"Vaksinasi anak-anak adalah langkah maju yang penting," ujar ahli virus di sekolah kedokteran University of Hong Kong, Jin Dong-yan.

Namun, imbauan dan komentar memang lebih mudah. Pada kenyataannya memvaksinasi seseorang terlebih anak-anak lebih sulit dilakukan karena berbagai alasan mulai dari keraguan vaksin hingga ketersediaan vaksin.

Bahkan di negara-negara dengan vaksin yang cukup, beberapa pemerintahnya mengalami masalah dalam meyakinkan orang dewasa bahwa suntikan itu aman dan perlu, meskipun penelitian menunjukkannya. Kekhawatiran seperti itu dapat diperkuat ketika berhadapan dengan masyarakat termuda.

Ada juga masalah persetujuan. Beberapa regulator di seluruh dunia telah mengevaluasi keamanan suntikan Covid-19 pada anak-anak, dengan sebagian besar suntikan hanya disetujui untuk orang dewasa saat ini. Namun persetujuan pun telah dimulai. Amerika Serikat, Kanada, Singapura, dan Hong Kong semuanya mengizinkan penggunaan vaksin Pfizer pada anak-anak berusia 12 tahun.

Baca Juga

Pengumuman baru Sinovac pekan lalu pun dapat membuka jalan bagi vaksin untuk diberikan kepada anak-anak di seluruh dunia. Seperti diketahui, Sinovac sudah digunakan di puluhan negara dari Brasil hingga Indonesia.

Di Thailand, Menteri Kesehatan Anutin Charnvirakul menyambut baik berita bahwa China telah menyetujui penggunaan darurat untuk anak-anak. Thailand mengandalkan Sinovac untuk membuat sebagian besar pasokan vaksin negara itu.

"Setelah disetujui, kami siap memberikan vaksin untuk semua umur," kata Anutin, Senin.

Pembuat vaksin lain juga bekerja untuk memperluas akses ke orang yang lebih muda. Moderna semisal, meminta izin untuk menggunakan suntikannya pada anak-anak berusia 12 tahun, seperti Pfizer. Kedua perusahaan memiliki penelitian yang sedang berlangsung bahkan pada anak-anak yang lebih muda, hingga usia 6 bulan.

Kendati demikian, pergulatan vaksin terjadi di banyak negara. Di banyak tempat ada kekhawatiran di antara masyarakat tentang kemanjuran vaksin Sinovac versus vaksin Barat. Sementara tingkat kemanjuran tidak dapat dibandingkan secara langsung, sebab uji coba yang dilakukan di bawah kondisi yang berbeda, vaksin Barat telah terbukti sangat efektif dalam mencegah infeksi dalam tes dunia nyata. Suntikan Sinovac telah terbukti efektif dalam mencegah penyakit parah dan rawat inap.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pekan lalu menyetujui vaksin Sinovac untuk penggunaan darurat pada orang dewasa berusia 18 tahun ke atas. Ini pun membuka jalan untuk penggunaannya dalam program global yang bertujuan untuk mendistribusikan vaksin ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Namun demikian, WHO tidak memberikan indikasi kapan akan menyetujui Sinovac untuk mereka yang lebih muda, seperti dilansir dari AP.

Moderna juga telah mengajukan otorisasi penggunaan darurat untuk vaksin Covid-19 untuk orang berusia 12 hingga 17 tahun ke FDA AS. Kasus Covid-19 menurun di AS, tetapi para ahli mengatakan anak-anak harus tetap mendapatkan vaksin ketika mereka bisa. Vaksin Covid-19 Moderna saat ini diizinkan untuk orang berusia 18 tahun ke atas.

Bulan lalu, Moderna merilis hasil uji coba Fase 2/3 terhadap 3.732 anak usia 12 hingga 17 tahun di Amerika Serikat. Tes darah menunjukkan bahwa vaksin menghasilkan respons imun yang setara dengan temuan sebelumnya pada orang dewasa.  

Dalam uji coba itu, pengamatan awal menemukan bahwa tidak ada anak yang menerima vaksin menjadi sakit Covid-19 mulai 14 hari setelah dosis kedua mereka. Empat dari anak-anak yang menerima plasebo dinyatakan positif Covid-19.

Perusahaan telah mengajukan otorisasi vaksin usia lebih muda dengan regulator di Kanada dan Eropa, dilansir di CNN Health, Jumat (11/6).

Di Indonesia, meski vaksinasi bagi anak-anak belum tercakup dalam program namun vaksin bagi remaja di atas 18 tahun sudah akan dimulai. Epidemiolog dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman, mengaku mendukung pelaksanaan vaksinasi Covid-19 bagi kelompok remaja. Namun ia mengingatkan pemerintah agar menjamin ketersediaan stok vaksin Covid-19 lebih dulu.

Dicky menyampaikan saat ini pemerintah sebaiknya fokus menuntaskan vaksinasi terhadap lansia dan kelompok berisiko. Kemudian barulah menyusul nantinya menyasar kelompok remaja.

"Vaksin remaja kalau direalisasi itu yang harus dipastikan adalah stoknya. Amankan dulu buat yang berisiko seperti lansia, komorbid yang bisa lintas usia. Mereka yang bisa berkontribusi pada angka sakit dan kematian," kata Dicky kepada Republika.

Dicky menyampaikan kelompok remaja memang bisa berkontribusi pada tingkat infeksi. Namun untuk sementara ini, ia merekomendasikan vaksinasi kepada mereka ditunda sembari menunggu hasil uji klinis.

"Kalau sudah aman stoknya buat mereka maka silahkan stoknya untuk remaja enggak masalah. Mereka memang punya kontribusi dan sama-sama bisa terinfeksi," ujar Dicky.

Dicky mewanti-wanti pelaksanaan vaksinasi terhadap remaja nantinya menerapkan azas sebagaimana berjalan terhadap masyarakat umum. Ia tak ingin remaja dikenai biaya dan dipersulit dalam memperoleh vaksin.

"Prinsipnya harus sukarela dan gratis, tidak ada perbedaan," ucap Dicky.

Gejala Covid-19 paling umum pada anak. - (Republika)

 
Berita Terpopuler