Amnesty: Muslim Uighur Hidup dalam Neraka Distopia

Amnesty mengumpulkan bukti baru pelanggaran HAM di wilayah Xinjiang.

ANTARA/M. Irfan Ilmie
Amnesty: Muslim Uighur Hidup dalam Neraka Distopia. Sejumlah jurnalis asing memotret gedung perkantoran terpadu milik Pemerintah Kota Turban, Daerah Otonomi Xinjiang, China, Jumat (23/4/2021). Pemerintah China membantah klaim asing berdasarkan citra satelit yang menyebutkan bahwa gedung tersebut merupakan penjara bagi warga dari kelompok etnis minoritas Muslim Uighur.
Rep: Meiliza Laveda Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Amnesty International mengumpulkan bukti baru pelanggaran HAM di wilayah Xinjiang, China. Mereka menggambarkan situasi di sana sebagai neraka distopia bagi ratusan ribu Muslim yang menjadi sasaran penyiksaan.

Baca Juga

Organisasi HAM tersebut mengumpulkan lebih dari 50 laporan terbaru dari Uighur, Kazakh, dan etnis minoritas Muslim lainnya yang mengklaim menjadi sasaran penahanan massal dan penyiksaan di kantor polisi serta kamp Xinjiang. Kesaksian dari mantan tahanan menyalahkan adanya penggunaan kursi harimau, yaitu kursi baja dilengkapi borgol yang menahan tubuh tahanan dalam posisi yang menyakitkan selama interogasi polisi.

Pemukulan, kurang tidur, dan kepadatan adalah hal biasa di kantor polisi. Muslim Uighur yang sering ditangkap melaporkan mereka diikat selama interogasi dan pemindahan.

Sementara di kamp, para tahanan tidak memiliki privasi dan menghadapi hukuman keras karena hal sepele. Amnesty mengatakan, pada satu kasus, seorang tahanan diyakini meninggal karena ditahan di kursi harimau di depan teman satu selnya selama 72 jam.

Pada pekan-pekan awal di kamp, orang yang diwawancarai Amnesty menjelaskan mereka dipaksa duduk diam atau berlutut selama berjam-jam. Mereka tidak diizinkan beribadah dan menggunakan bahasa ibu.

 

Selain itu, mereka juga mengklaim dipaksa menghadiri kelas belajar bahasa Mandarin dan propaganda partai Komunis China. Para tahanan dikawal di bawah penjagaan bersenjata ke mana pun, termasuk ke kantin, kelas, atau saat interogasi. Mereka jarang melihat sinar matahari atau memiliki akses ke luar dan berolahraga.

“Pihak berwenang China menciptakan pemandangan neraka distopia dalam skala yang mengejutkan di Daerah Otonomi Uighur Xinjiang,” kata Sekretaris Jenderal Amnesty International Agnès Callamard, dilansir The Guardian, Jumat (11/6).

Callamard menegaskan kejadian ini perlu atensi publik tentang bagaimana sejumlah orang menjadi sasaran cuci otak dan penyiksaan. Amnesty menyerukan agar semua kamp yang menampung Muslim dan etnis minoritas di seluruh provinsi Xinjiang ditutup.

Mereka juga meminta PBB menyelidiki dan membawa oknum yang dicurigai melakukan kejahatan di bawah hukum internasional. Pemerintah China secara konsisten membantah semua tuduhan di Xinjiang. Mereka mengatakan kamp-kamp itu dirancang untuk menawarkan pelajaran bahasa Mandarin, dukungan pekerjaan, dan memerangi ekstremisme agama.

Laporan itu menambahkan tekanan yang meningkat pada otoritas China muncul setelah anggota parlemen Inggris mengeluarkan mosi pada April yang menyatakan China melakukan genosida terhadap orang-orang Uighur dan minoritas lainnya di Xinjiang.

https://www.theguardian.com/global-development/2021/jun/10/china-uyghur-xinjiang-dystopian-hellscape-says-amnesty-international-report

 
Berita Terpopuler