WHO: 200.000 Warga Palestina Membutuhkan Bantuan Kesehatan

Mengejutkan: WHO mengatakan 200.000 warga Palestina membutuhkan bantuan kesehatan

AP/John Minchillo
Ibrahim Al-Masri, 10, duduk untuk potret di kamar tidurnya yang rusak ketika serangan udara menghancurkan gedung tetangga sebelum gencatan senjata yang menghentikan perang 11 hari antara penguasa Hamas Gaza dan Israel, Rabu, 26 Mei 2021 , di Beit Hanoun, Jalur Gaza.
Red: Muhammad Subarkah

IHRAM.CO.ID, -- Pejabat dari Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Palang Merah telah mengunjungi Jalur Gaza yang terkepung untuk meninjau kehancuran dari pemboman 11 hari Israel. Mereka pun melihat kerusakan rumah, sekolah, rumah sakit dan infrastruktur penting lainnya. 

Serangan Israel di daerah kantong yang dimulai pada 10 Mei menewaskan sedikitnya 254 warga Palestina, termasuk 66 anak-anak, menurut otoritas kesehatan di Gaza. Sedikitnya 12 orang, termasuk dua anak-anak, tewas di Israel oleh serangan roket yang dilakukan oleh kelompok bersenjata yang berbasis di Gaza. 

Dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu (2/5), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan "kebutuhan kesehatan yang mendesak bagi warga di seluruh wilayah Palestina yang diduduki Israel. Mereka mengatakan konflik itu memicu perpindahan penduduk lebih lanjut dan memperburuk krisis kemanusiaan yang berkepanjangan. “Lebih dari 77.000 orang mengungsi dan sekitar 30 fasilitas kesehatan rusak,” katanya.

WHO mengatakan pihaknya "meningkatkan tanggapannya untuk memberikan bantuan kesehatan bagi hampir 200.000 orang yang membutuhkan", di seluruh wilayah Palestina yang diduduki, termasuk Tepi Barat yang diduduki.

“Situasinya bergejolak. WHO tetap prihatin. Kami menyerukan akses tanpa hambatan untuk pasokan dan staf penting yang terkait dengan kemanusiaan dan pembangunan ke Gaza dan rujukan pasien keluar dari Gaza kapan pun diperlukan, ”kata Rik Peeperkorn dari WHO.

Sementara itu, kepala Komite Palang Merah Internasional (ICRC) meminta lebih dari 16 juta dolar AS untuk membantu orang-orang di Gaza. “Ketakutan, kecemasan, dan stres adalah kata-kata kunci yang saya dengar berulang kali hari ini,” kata kepala ICRC Robert Mardini kepada Al Jazeera setelah mengunjungi wilayah Gaza yang dihancurkan oleh pemboman Israel.

“Bahkan jika eskalasi lebih pendek dari situasi sebelumnya, akan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk membangun kembali apa yang rusak hanya dalam 11 hari,” katanya. Ia kemudian menyerukan solusi politik yang berarti untuk [mengakhiri] konflik yang sudah berlangsung lama ini”.

“Sementara itu, kami perlu benar-benar meningkatkan dukungan kami untuk meningkatkan respons kemanusiaan di Jalur Gaza dalam jangka pendek,'' ujarnya.

 

 

 

Protes setelah komentar pejabat PBB 

Sementara itu, direktur Gaza dari badan PBB yang menangani pengungsi Palestina telah dipanggil untuk berkonsultasi dengan bosnya setelah membuat marah warga Palestina dengan mengatakan dia tidak membantah pernyataan Israel bahwa serangan udaranya "tepat". 

Komentar Matthias Schmale dalam sebuah wawancara dengan televisi N12 Israel pada 22 Mei telah memicu protes Palestina. Serangan Israel baru-baru ini di Gaza menghancurkan 1.800 unit tempat tinggal dan sebagian menghancurkan setidaknya 14.300 lainnya, memaksa puluhan ribu warga Palestina untuk berlindung di sekolah-sekolah yang dikelola PBB. 

Pemboman itu juga melanda sekitar 74 bangunan umum dan fasiltas pemerintah di Gaza. Ini menurut angka yang dirilis oleh kementerian informasi Gaza. Di tempat terpisah pejabat Israel dan pejabat Hamas baru-baru ini mengadakan pembicaraan gencatan senjata permanen terpisah dengan pejabat Mesir. 

Israel memberlakukan blokade darat dan laut di Gaza sejak Hamas merebut kendali pada 2007 atas wilayah miskin dan berpenduduk padat yang merupakan rumah bagi sekitar dua juta warga Palestina. Penyeberangan Rafah yang dijaga ketat di Mesir adalah satu-satunya jalur Gaza ke dunia luar yang tidak dikendalikan oleh Israel.

 
Berita Terpopuler