Bagaimana Cara Menyimpan dan Membuang Obat yang Benar?

Obat perlu disimpan dengan benar dan tak dibuang sembarangan.

REPUBLIKA/YOGI ARDHI
Obat obatan minum obat peringatan obat keras Ilustrasi minum obat-obatan minum obat peringatan obat keras
Rep: Desy Susilawati Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah obat perlu ada di kotak obat keluarga. Namun, ada saja obat yang tersisa saat anggota keluarga sudah sembuh dari sakit. Bingung bagaimana cara menyimpan dan membuang obat dengan benar?

Wakil Sekretaris Ikatan Apoteker Indonesia, Dra R Dettie Yuliati M.Si., Apt mengatakan, saat menyimpan obat di rumah, sebaiknya sesuaikan dengan jenisnya, apakah bentuk sediaannya berupa tablet, kapsul, atau cair.

Untuk tablet, jangan lupa mencatat tanggal beli obat atau tanggal berobat ke dokter. Apalagi, anggota keluarga biasanya kerap tak mengembalikan obat pada kemasan plastik dari apoteknya.

"Alhasil kita lupa kapan membeli atau kapan berobatnya," ujarnya.

Baca Juga

Menurut Dettie, ada aturan dalam menyimpan obat. Pastikan Anda membaca cara menyimpan obat yang tertera pada kemasan atau lembar panduan yang disisipkan di dalam kemasan.

"Disarankan beli kemasan utuh, karena di sana ada info obat lengkap, merek apa, zat aktif apa," ungkapnya.

Ketika menyimpan obat, menurut Dettie, selain melihat aturan penyimpan kemasan, orang tua juga perlu memastikannya jauh dari jangkauan anak. Selain itu,  obat harus disimpan jauh dari jangkauan sinar matahari langsung agar komposisinya tidak berubah.

"Simpan dalam kemasan asli. Jangan dikelupas etiketnya kalau belinya satu strip. Lipat di suhu kamar, tempat kering, tempat sejuk. Simpan di tempat kotak obat. Jadi setiap rumah tangga harus memiliki kotak obat di rumah yang keberadaanya hanya diketahui orang dewasa di rumah," kata Dettie.

Selain itu, periksa tanggal kedaluarsa obat yang ada di rumah. Hal ini penting terkait keamanan daa kualitas obat. Bila masa kedaluarsa masih panjang tapi penyimpanan kurang baik, maka komposisi obat juga bisa berubah.

Untuk obat sediaan sirup, seperti obat batuk, begitu Anda tidak batuk dan obatnya masih tersisa, simpan obat di dalam dusnya di tempat sejuk. Beri tanggal kapan membeli obat tersebut.

"Kalau batuk lagi, obat ini boleh dikonsumsi untuk pertolongan pertama," jelasnya.

Sebelum memakainya kembali, sebaiknya diperiksa apakah sirup tersebut bila dikocok masih menyatu dan masih mudah ketika dituang. Pastikan juga tidak ada bau tak sedap.

Bagaimana dengan antibiotik? Dettie tak merekomendasikan keluarga menyetok antibiotik. Ia menjelaskan, antibiotik digunakan untuk penyakit tertentu, tidak semua penyakit perlu antibiotik dan penggunaannya harus dengan resep dokter.

Membuang obat

Dettie mengingatkan untuk tidak mengonsumsi obat yang sudah rusak. Ciri-ciri obat rusak bisa dilihat dari warna, bau, dan rasanya yang sudah berubah.

"Kalau ada titik hitam atau hancur atau kapsul sudah lengket dan kempot ke dalam, jangan dipakai lagi," kata Dettie.

Untuk obat tablet, bila etiket sobek maka sebaiknya tak dikonsumsi lagi. Begitu juga dengan obat bentuk cairan, bila isinya sudah terpisah, jangan dipakai lagi.

Obat-obatan. Ilustrasi - (.)

Nah untuk membuang sampah obat, jangan sembarangan. Cara membuangnya yang utama adalah hilangkan semua label dari wadah.

Kalau sampah obat dalam sediaan cair, buang langsung isinya sampai habis obatnya. Tutupnya kemasan jangan dibuang di tempat yang sama. Harus dipisahkan dengan badan kemasan.

"Jangan sampai diambil pemulung, apalagi kalau utuh. Sampah bukan hanya obat saja, kemasan apapun suka dipakai daur ulang," ujarnya.

Sampah obat dalam bentuk kapsul dan tablet sebaiknya ditumbuk di dalam plastik. Setelah hancur, keluarkan smapah obat dari plastik kemudian tanam dan kubur. Ini bisa jadi penyubur tanaman, jangan lupa disiram.

"Begitu juga vitamin, bila sudah tidak enak rasanya, encerkan dan siram ke tanaman. Tanaman akan tumbuh dengan baik," jelasnya.

 
Berita Terpopuler