Wiku: Varian Covid-19 Pengaruhi Efikasi Vaksin

WHO menyatakan pengaruh varian terhadap efikasi masih bersifat sementara

Satgas Covid-19
Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, berdasarkan studi yang dilakukan WHO, sejumlah varian Covid-19 memiliki pengaruh terhadap angka efikasi tiap vaksin.
Rep: Dessy Suciati Saputri Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, berdasarkan studi yang dilakukan WHO, sejumlah varian Covid-19 memiliki pengaruh terhadap angka efikasi tiap vaksin. Sejauh ini, WHO menyatakan varian utama terdeteksi yakni B117 (Inggris), B1351 (Afrika Selatan), B11281 atau P1 (Brazil/Jepang), dan B1617 dari India yang mempengaruhi efikasi vaksin.

Berdasarkan Whole Genome Sequencing (WGS), berbagai varian mutasi Covid-19 terdeteksi sebarannya di hampir seluruh pulau di Indonesia dan didominasi Pulau Jawa. "WHO berdasarkan studi yang dilakukan beberapa peneliti, menyatakan beberapa varian memiliki pengaruh yang sedikit hingga sedang terhadap angka efikasi tiap vaksin pada kasus positif dengan varian tertentu," kata Wiku saat konferensi pers.

Wiku mengatakan, varian B117 berpengaruh terhadap efikasi vaksin AstraZeneca. Sedangkan varian B1351 mempengaruhi vaksin Moderna, Pfizer, AstraZeneca dan Novavax. Sementara varian P1 dan varian B1617 mempengaruhi efikasi vaksin Moderna dan Pfizer. Hal ini disebabkan karena vaksin yang ada masih menggunakan virus atau original varian yang ditemukan di Wuhan, China.

Meski demikian, WHO menyatakan, pengaruh varian terhadap efikasi masih bersifat sementara dan masih bisa berubah tergantung hasil studi lanjutan yang sedang dilakukan. Selain itu, perubahan efikasi tidak menurunkan efikasi vaksin di bawah 50 persen yang menjadi ambang batas minimal yang ditolerir WHO untuk sebuah produk vaksin yang layak. Bahkan beberapa vaksin di antaranya masih memiliki efikasi di atas 90 persen.

Baca Juga

Untuk mengantisipasi hal ini, lanjut Wiku, diperlukan berbagai solusi secara paralel dan kolektif. Pertama melalui upaya mengefektifkan testing dan karantina pelaku perjalanan untuk menekan bertambahnya varian yang masuk. Saat ini yang terdeteksi berdasarkan WGS ialah 4 dari 8 varian dari mutasi Covid-19.

Kedua, menggiatkan WGS secara komplit untuk mengetahui distribusi secara tepat dan dapat menjadi dasar kebijakan pengendalian yang spesifik sesuai risiko per daerah.

Ketiga, penegakan protokol kesehatan di semua sektor dan kegiatan untuk menurunkan peluang kemunculan varian baru atau gabungan dengan kasus-kasus yang ada di Indonesia. Sebab, mutasi virus akan menjadi lebih masif terjadi saat penularan di masyarakat tinggi.

Keempat, melanjutkan vaksinasi. Wiku mengatakan, vaksin yang digunakan saat ini masih tergolong efektif baik untuk mencegah penyakit, maupun menghindari gejala parah pada kasus positif.

Karena itu, Satgas pun meminta seluruh pemimpin daerah dan petugas di lapangan agar kembali mengevaluasi kebijakan yang diterapkan. Sehingga berbagai upaya penanganan dan pencegahan munculnya mutasi baru dapat berjalan efektif.

"Semua adalah pahlawan dengan caranya masing-masing. Maka berkontribusilah terhadap pengendalian Covid-19 dengan kemampuannya masing-masing," tambah Wiku.

 
Berita Terpopuler