8 Juta Dosis Bahan Baku Vaksin Sinovac Tiba di Indonesia

Pemerintah kembali datangkan 8 juta dosis bahan baku vaksin Sinovac

Antara/Dhemas Reviyanto
Menteri BUMN Erick Thohir
Rep: Dessy Suciati Saputri  Red: Bayu Hermawan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah kembali mendatangkan vaksin Covid-19 untuk memenuhi kebutuhan vaksinasi di Indonesia. Sebanyak 8 juta dosis bahan baku vaksin Sinovac pun telah tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Senin (31/5) siang ini.

Baca Juga

Dengan kedatangan vaksin tahap ke-14 ini, maka hingga saat ini Indonesia telah menerima 3 juta dosis vaksin bentuk jadi produksi Sinovac, 6,41 juta dosis vaksin bentuk jadi produksi AstraZeneca, dan 1 juta dosis vaksin bentuk jadi produksi Sinopharm di mana 500 ribu di antaranya merupakan hibah dari pemerintah Uni Emirat Arab.

Selain itu, ada juga 81,5 juta dosis bahan baku vaksin produksi Sinovac yang setelah diolah di Bio Farma akan menjadi 65,5 juta dosis vaksin jadi. Sehingga secara keseluruhan telah terdapat 75,9 juta dosis vaksin dalam bentuk jadi.

"Sampai saat ini, Indonesia sudah mempunyai 75,9 juta vaksin, di mana dari 75,9 juta itu, kalau satu rakyat Indonesia menggunakan dua dosis, berarti itu cukup untuk 37,5 juta (orang)," ujar Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir saat konferensi pers.

Hingga saat ini, realisasi pelaksanaan vaksinasi Covid-19 program pemerintah telah mencapai total 26,9 juta dosis. Dengan rincian sebesar 16,3 juta masyarakat menerima vaksinasi dosis pertama dan sekitar 10,6 juta masyarakat menerima vaksinasi dosis kedua.

Dengan angka tersebut, Indonesia menjadi salah satu negara yang telah melakukan vaksinasi terbanyak di Asia Tenggara. Meskipun demikian, jumlah tersebut masih tertinggal jika dibandingkan dengan negara-negara besar lain seperti Cina dan Amerika Serikat. Karena itu, Erick menegaskan pemerintah akan berupaya untuk terus meningkatkan capaian angka vaksinasi.

"Kita tahu dengan vaksinasi justru ini membantu kita mencegah dari penularan, mencegah kematian, dan terpenting juga untuk ekonominya sendiri, kita bisa mengurangi pelepasan dari pengurangan tenaga kerja, supaya kita bisa mempercepat ekonomi kita balik," ujarnya.

 

Menurut Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) itu, dalam penanganan pandemi vaksinasi merupakan faktor penting. Namun, ia mengingatkan, vaksinasi juga harus didukung dengan penerapan protokol kesehatan oleh seluruh masyarakat. 

"Vaksinasi adalah game changer. Tetapi vaksinasi tanpa didukung oleh protokol kesehatan oleh masyarakat, ini menjadi sesuatu yang tidak bisa sustainable atau berkelanjutan," jelasnya.

Selain mendapatkan vaksin melalui kerjasama bilateral dan multilateral, pemerintah juga terus bekerja keras mengembangkan vaksin Merah Putih guna membangun kemandirian bangsa dan memenuhi kebutuhan vaksin Covid-19. Saat ini, terdapat enam lembaga yang sedang melakukan pengembangan, yaitu Lembaga Eijkman, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Universitas Airlangga.

"Kami juga membuka diri bekerja sama dengan pihak-pihak lain karena kita ingin juga bisa memproduksi vaksin sendiri, tidak hanya vaksin impor. Insya Allah kerja keras ini kita bisa lihat nanti di akhir tahun dan awal tahun depan apakah kita ada kemajuan dengan vaksin Merah Putih ataupun vaksin kerja sama dengan pihak lain," kata Erick.

Pemerintah berharap dengan percepatan program vaksinasi, perekonomian Indonesia bisa tumbuh kembali. Pemerintah sendiri memprediksi perekonomian nasional akan tumbuh lagi seperti tahun-tahun sebelumnya di angka 4-5 persen pada akhir tahun ini.

"Kami berharap juga dukungan dari masyarakat segala golongan, kembali tadi disiplin protokol kesehatan, memakai masker, menjaga jarak, dan juga mencuci tangan," ujarnya.

 

 
Berita Terpopuler