Varian Baru Covid-19 yang Terus Ditemukan di Indonesia

Kasus terbaru varian asal Inggris ditemukan pada pasien di Batam.

Antara/Bayu Pratama S
Dua orang bocah mengayuh sepedanya di dekat mural bertema Covid-19. Varian baru Covid-19 terus ditemukan di sejumlah kota di Indonesia.
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Bowo Pribadi, Rr Laeny Sulistyawati, Antara

Kasus baru dari varian Covid-19 B117 Inggris kembali ditemukan di Tanah Air. Bapelitbangkes memastikan menemukan sampel varian B117 dari warga Kota Batam.

"Virus untuk strain sejenis yang ditemukan di Inggris juga ditemukan di Batam," kata Kepala Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Batam, Budi Santoso, Senin (24/5). Ia mengatakan telah mendiskusikan temuan itu dengan Kementerian Kesehatan pada Ahad (23/5).

Varian Covid-19 baru itu, kata dia, ditemukan pada seorang warga Batam yang dirawat di RS Awal Bros Batam sejak 22 April 2021. BTKLPP menerima sampelnya pada 23 April 2021 dan mengirimnya ke Jakarta untuk pemeriksaan lanjutan pada 29 April 2021.

Pasien telah dinyatakan sembuh dan meninggalkan rumah sakit pada 28 April 2021. "Bagaimana mekanisme penularannya nanti ditanyakan ke Dinas Kesehatan, termasuk bagaimana tindak lanjutnya. Karena pasiennya sudah pulang," kata dia.

Ia mengatakan, yang perlu ditelusuri adalah apakah sudah ada penularan varian barua itu di Batam, saat pasien masih terpapar virus. Mengenai lambatnya hasil Balitbangkes, ia mengatakan karena proses pemeriksaan relatif rumit.

Sementara itu, untuk 130 sampel lainnya, dinyatakan virus SARS-CoV-2, atau Covid-19 yang memang sudah beredar di mastarakat. BTKLPP Batam terus mengirimkan sampel ke Jakarta untuk mengetahui jenis varian Covid-19 yang terkandung dalam tubuh pasien di Batam.

Budi menyatakan pihaknya mengirimkan sampel dengan nilai CT di bawah 29. "Ini sedang kami kumpulkan. Pada bulan ini, Mei kalau sudah mencukupi, 30 kami kirim," kata dia. Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam Didi Kusmarjadi menyatakan masih mengumpulkan informasi mengenai adanya varian baru Covid-19 di daerah setempat.

Dari Jawa Tengah dilaporkan, Gubernur Ganjar Pranowo mengonfirmasi varian baru Covid-19 dari India, B1617.2, telah masuk ke Jawa Tengah. Ini diketahui dari hasil tes whole genome sequencing (WGS) terhadap 13 anak buah kapal  (ABK) asal Filipina yang melakukan bongkar muat di Pelabuhan Cilacap, beberapa waktu lalu.

"Hasil tes terhadap ABK asal Filipina menunjukkan, mereka positif terkonfirmasi Covid-19 varian baru dari India," ungkapnya, usai melantik Bupati dan Wakil Bupati Demak serta Sragen, di Semarang, Senin (24/5).

Terkait hal itu, gubernur meminta seluruh bupati dan wali kota se-Jawa Tengah mewaspadai munculnya varian baru Covid-19, yang penyebarannya begitu cepat tersebut. Tak terkecuali para kepala daerah yang baru dilantik, juga diingatkan untuk ikut mewaspadai penyebaran varian baru Covid-19 asal India tersebut.

Apalagi, bupati Demak maupun Bupati Sragen juga dokter, sehingga lebih tahu perihal urusan kesehatan dalam mengantisipasi penyebaran varian baru Covid- 19.

"Saya minta semua kepala daerah hati- hati, karena varian baru di Cilacap sudah muncul. Jangan sampai menyebar," tegas Gubenur Jawa Tengah.

Di lain pihak, ia mengatakan terus memantau kondisi para tenaga kesehatan (nakes) di RSUD Cilacap yang juga telah terkonfirmasi positif Covid-19. Semuanya (nakes) telah diperiksa dan juga telah dilakukan tes WGS di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

"Kita belum tahu hasilnya seperti apa, mudah-mudahan tidak. Tapi seandainya iya, maka ini bukti  keganasan virus varian baru tersebut," teganya.

Ganjar juga menyebutkan, virus begitu cepatnya menyebar, dari sisi pasien dan nakes berhubungan itu nakesnya bisa ketularan. Hal itu membuktikan bahwa varian baru Covid-19 ini tidak main-main dan tingkat keganasannya tidak bisa diremehkan.

"Maka saya kembali minta negara melakukan evaluasi. Hubungan bisnis dengan banyak negara yang punya varian baru, saran saya hentikan sementara," tegasnya.

Kalau tidak bisa, lanjut gubernur, maka SOP yang ada, harus benar-benar bisa diperketat. "Saya hari ini rapat dengan pemerintah pusat, nanti akan saya sampaikan terkait hal ini," tandasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jateng, Yulianto Prabowo menambahkan, 13 ABK berkewarganegaraan Filipina dipastikan positif terpapar varian baru Covid-19 asal India, B1617.2. Sebanyak 32 tenaga kesehatan di RSUD Cilacap yang juga terkonfirmasi positif, sedang dalam proses pemeriksaan lebih jauh, apakah juga terpapar varian baru Covid-19 tersebut.

Semua sudah diisolasi dan untuk para nakes, sedang dilakukan pemeriksaan WGS dan ini sedang menunggu hasilnya. "Mungkin dalam satu atau dua hari  ke depan sudah keluar," jelasnya.

Selain itu, Dinkes juga melakukan tracing kontak terhadap keluarga para nakes tersebut dan melakukan sterilisasi tempat-tempat yang ada di RSUD Cilacap," tandas Yulianto.

Baca Juga

Mutasi varian Covid-19 India - (Republika)






Beberapa varian baru Covid-19 telah memasuki Indonesia seperti B117, B1617 hingga B1351. Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mencatat bahkan sedikitnya ada 240 jenis mutasi Covid-19 di enam bulan setelah pandemi terjadi.

Pengurus IDI, Mariya Mubarika, menilai mutasi virus jadi hal yang alami. Mutasi akan terus ada dan bukan sesuatu hal yang harus bisa dihentikan.

"Laporan yang kami dapat enam bulan setelah pandemi, mutasi varian yang berbeda saja 240 jenis," katanya dalam sebuah diskusi bertema Varian Baru Covid-19, Sabtu (22/5). Ia mengakui, jumlah varian baru virus ini cukup banyak di dunia.

Sementara terkait varian baru B117 asal Inggris, B1617 dari India dan B1351 asal Afrika Selatan yang sudah masuk Indonesia, ia tak bisa menyimpulkan apakah ini mematikan. "Apakah varian ini mematikan di Indonesia? Ini sulit untuk diambil kesimpulan," katanya.

Ketua Umum Perhimpunan Sarjana Kesehatan dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia (Persakmi), Ridwan Amiruddin, menyebutkan, saat ini sekitar 6.600 mutasi Covid-19 ada di dunia. Dan, 30 persen di antaranya bisa menyebabkan penularan lebih tinggi.

"Kalau varian baru Covid-19 hampir 6.600-an. Ini angka yang besar, tapi hanya 20 hingga 30 persen di antaranya yang berpotensi menyebabkan penyebaran lebih tinggi," katanya.

Dari ribuan mutasi virus ini, tiga di antaranya yang terdeteksi di Indonesia. Ia menambahkan, varian baru virus ini bisa masuk Indonesia karena baik warga negara asing (WNA) maupun warga negara Indonesia (WNI) dari luar negeri hingga pekerja migran bisa masuk ke Tanah Air.  

Terkait potensi penularan mutasi Covid-19 yang ada di Indonesia, ia mengakui ada peluang. Ia menjelaskan, mutasi virus B117 yang berasal dari Inggris di negara asalnya menular lebih cepat hingga 60 persen.

"Artinya kalau mutasi virus ini masuk ke Indonesia (B117) maka bisa juga berpotensi (menular lebih cepat)" kata pria yang juga epidemiolog tersebut.

Ia menambahkan, mutasi virus pasti terjadi untuk mempertahankan hidup. Kendati demikian, dia menambahkan, belum cukup bukti bahwa meskipun angka kematian akibat mutasi Covid-19 lebih besar.
Di lain pihak, dia mengingatkan Indonesia meningkatkan kewaspadaan adanya varian baru. Sehingga, ia berpesan jangan sampai Indonesia menghentikan vaksinasi Covid-19 karena adanya varian baru virus ini. Namun, ia menilai negara ini masih berkutat melandaikan varian virus corona yang lama.
"Itu jadi pekerjaan rumah kita," katanya.

Saat berhadapan dengan mutasi virus, Mariya mengajak masyarakat memahami apa yang terjadi. "Kalau mau selamat, mau sehat maka masyarakat harus berjuang fokus menjaga sebaik mungkin penyakit penyerta (komorbid) dan itu adalah benteng-bemteng pertahanan untuk melindungi dari serangan Covid-19 apapun mutasinya," katanya.

Hal penting lainnya adalah mencegah penularan dengan tidak stres. Ia mengakui kadang stres juga menurunkan imunitas tubuh kemudian meningkatkan risiko penularan. IDI mendapatkan laporan ada orang sehat ketika terinfeksi ketakutan setengah mati kemudian akibatnya mengalami gejala infeksi virus yang berat.

Tak hanya itu, ia menambahkan, pusat pengendalian dan pencegahan penyakit (CDC) tegas mengatakan bahwa ada transmisi virus dengan cara aerosol dalam ruangan tertutup meski telah menjaga jarak. Oleh karena itu, ia meminta masyarakat harus membuka pintu atau memasang air sterilitation. Dengan menerapkan upaya-upaya ini, ia percaya transmisi bisa dihindari semaksimal mungkin.

"Jadi,  masyarakat harus benar-benar pahami," katanya.




 
Berita Terpopuler