Iran Akhiri Akses Lembaga Pemantau Nuklir PBB

Akses ke gambar yang diambil dari dalam situs-situs nuklir Iran akan ditarik.

google.com
Faslitas Nuklir Iran.
Rep: Lintar Satria Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Ketua Parlemen Iran Mohammad Baqer Ghalibaf mengatakan kesepakatan dengan lembaga pemantau nuklir PBB (IAEA) sudah berakhir. Akses ke gambar yang diambil dari dalam situs-situs nuklir Iran akan ditarik.

Baca Juga

Pengumuman yang disampaikan Ahad (23/5) kemarin itu meningkatkan pertanyaan mengenai masa depan perundingan tidak langsung antara Amerika Serikat (AS) dan Iran. Kedua negara sedang berupaya bergabung kembali ke kesepakatan nuklir Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).

"Mulai 22 Mei dan berakhirnya kesepakatan tiga bulan, IAEA tidak lagi memiliki akses untuk mengumpulkan data dengan kamera di dalam fasilitas nuklir seperti yang telah disepakati dalam perjanjian," kata Ghalibaf di stasiun televisi pemerintah seperti dikutip Aljazirah, Selasa (24/5).

Pada bulan Februari lalu, Teheran membuat kesepakatan tiga bulan dengan IAEA (International Atomic Energy Agency). Kesepakatan itu untuk meredam dampak langkah Iran mengurangi kepatuhan terhadap sejumlah kesepakatan di JCPOA.

Dalam kesepakatan tersebut IAEA juga dapat memantau sejumlah aktivitas nuklir yang seharusnya dihentikan. Ketua IAEA Rafael Grossi sedang berunding dengan Iran untuk memperpanjang kesepakatan tersebut.

Pekan lalu diplomat-diplomat Eropa mengatakan kegagalan untuk memperpanjang kesepakatan ini akan mempersulit perundingan tidak langsung antara Washington dan Teheran untuk mengatasi krisis. Perundingan tidak langsung yang digelar di Vienna itu akan dilanjutkan pekan depan.

IAEA sempat menjadwalkan konferensi pers pada Ahad kemarin tapi mereka mengatakan Grossi masih menggelar 'konsultasi dengan Teheran'. Konferensi persnya pun ditunda Senin ini. Pejabat Iran yang tak disebutkan namanya dikutip mengatakan kesepakatan antara IAEA dan Teheran dapat diperpanjang 'dengan syarat' selama satu bulan.

"Bila diperpanjang selama satu bulan dan bila selama periode ini kekuatan-kekuatan dunia, menerima tuntutan hukum Iran, data akan diserahkan ke lembaga itu, jika tidak gambar-gambarnya akan dihapus selamanya," kata seorang anggota Dewan Tertinggi Keamanan Nasional Iran.

Tanpa mengomentari pernyataan ketua parlemen, Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan Teheran akan melanjutkan perundingan di Vienna. "Sampai kesepakatan akhir dicapai," katanya.

 

Media-media setempat melaporkan Rouhani juga mengulang pernyataannya sebelumnya yaitu Washington sudah sepakat mencabut sanksi-sanksi Iran.

Sejak bulan April, negara-negara besar dan Iran menggelar perundingan di Vienna, Austria. Mereka membahas langkah-langkah yang perlu diambil Teheran dan Washington dalam aktivitas nuklir dan sanksi untuk kembali mematuhi dan bergabung ke JCPOA.

Setelah mantan Presiden AS Donald Trump menarik Negeri Paman Sam dari JCPOA dan memberlakukan kembali sanksi-sanksi ke Iran. Teheran menggelar persyaratan kesepakatan itu secara bertahap.

Pada Ahad (23/5) kemarin, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan masih belum jelas apakah Iran 'siap dan bersedia' mengambil langkah yang diperlukan untuk kembali mematuhi JCPOA. Blinken menegaskan Iran harus kembali mematuhi perjanjian tersebut. 

 
Berita Terpopuler