Saat Yahudi Diusir karena Khianati Piagam Madinah

Perang Qainuqa menjadi klimaks yang terjadi dari pengkhianatan Piagam Madinah.

Republika.co.id
Saat Yahudi Diusir karena Khianati Piagam Madinah. Kota Madinah tempo dulu.
Rep: Zainur Mahsir Ramadhan Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat Nabi Muhammad SAW membangun masyarakat Islam di Yastrib, Madinah saat itu, ada tiga kelompok besar yang bernaung di dalamnya. Pertama adalah kaum Muslimin dari kalangan Muhajirin dan Ansar.

Baca Juga

Kemudian kaum musyrik yang terdiri dari Bani Aus dan Khajraj. Kelompok ketiga, Yahudi, yang terdiri dari empat golongan: Bani Qainuqa, Bani Nadhir, Khaibar, dan Quraizah.

Dalam Buku Madinah: Kota Suci, Piagam Madinah dan Teladan Muhammad SAW oleh Zuhairi Misrawi dijelaskan demi membangun suatu hubungan baik dan saling bantu di antara mereka, Rasulullah berinisiatif melakukan suatu perjanjian formal antartiga kelompok itu, dan disebutlah Piagam Madinah. Lambat laun, piagam yang dibentuk tahun 622 itu dipandang dunia sebagai yang paling modern di masanya.

Piagam ini banyak diperbincangkan orang, mulai dari kalangan Muslim ataupun non-Muslim. Hal itu mengingat Piagam Madinah yang berhasil membuktikan ensensi Islam berupa perdamaian dan persaudaraan.

Bahkan, bagi sebagian umat Islam, piagam ini menjadi inspirasi perjuangan politik. Itu tercermin dari bab piagam yang menerima perbedaan dan menjadikan kebinekaan sebagai kekuatan.

 

 

Mengutip Nadirsyah Hosen dalam Shari’a and Constitutional Reform in Indonesia, Piagam Madinah adalah potret konstitusi yang demokratis. Piagam itu menggarisbawahi hak Muslim dan Yahudi yang terlibat di dalamnya.

Lebih jauh, menurut K.H. Said Aqil Siradj dalam acara di televisi sempat menyebutkan, di dalam piagam itu tidak disebutkan sama sekali menyoal syariat Islam. Sebaliknya, piagam itu malah menggunakan kata yang bersifat universal, yaitu umat. Tujuannya, meneguhkan visi Islam dalam membangun politik kesetaraan.

Namun demikian, karena kebencian kaum Yahudi terhadap Rasulullah dan Muslim, pecahlah perang Qainuqa. Perang itu menjadi klimaks yang terjadi dari pengkhianatan Piagam Madinah, setelah sebelumnya kedengkian mereka juga mengorbankan kaum Muslimin lainnya.

Dalam buku Biografi Rasulullah, Mahdi Rizqullah Ahmad menjelaskan penyebab pecahnya perang Qainuqa. Saat itu, Yahudi Bani Qainuqa jelas memperlihatkan kemarahan dan kedengkian mereka karena kemenangan kaum Muslimin di Perang Badar.

Sikap itu, mulai jelas terlihat dari sikap mereka saat menghadiri undangan Rasulullah SAW setelah Perang Badar. "Saudara-saudara Yahudi, sebaiknya kalian masuk Islam sebelum apa yang menimpa kaum Quraisy itu juga menimpa kalian," kata Rasulullah sambil mengajak kaum Yahudi.

Rabi Yahudi menentang kebrutalan dan zionisme Israel.

Kendati demikian, mereka menolak masuk Islam dan justru menyombongkan diri, seraya berseru "Wahai Muhammad, jangan terpedaya dengan keberhasilan kalian membunuh orang-orang Quraisy. Sebab, sesungguhnya mereka adalah bangsa yang tidak berpengalaman dan tidak tahu cara berperang. Sungguh, jika kalian berani memerangi kami, Engkau akan mengetahui betapa hebatnya bangsa seperti kami ini!"

Dalam suatu riwayat Ibnu Ishak, pecahnya perang Bani Qainuqa dipicu keonaran-keonaran yang dilakukan kaum Yahudi sehingga menyebabkan pengusiran kaum Yahudi dari Madinah. Inilah penyebab utama pengusiran mereka, karena sikap mereka yang terang-terangan memperlihatkan permusuhan dan menentang kaum Muslimin. Upaya itu, dilakukan mereka dengan mengingkari perjanjian dan membuat onar di Madinah.

Menanggapi itu, Rasulullah bersama kaum Muslimin melakukan aksi balasan dengan mengepung kaum Yahudi selama 15 hari 15 malam berturut-turut tanpa ada dari mereka yang masuk ataupun keluar dari tempatnya. Saat situasi semakin bahaya karena tidak ada pasokan makanan yang masuk, mereka kemudian menyerah dengan menawarkan anak-anak dan istri-istri mereka. 

Rasulullah SAW tidak teperdaya sedikitpun. Melalui pimpinan kaum Yahudi, Abdullah ibn Ubay ibn Salul mendatangi Rasulullah. Abdullah ibn Ubay memaksa agar Rasulullah mau menerima tawaran damai kaum Yahudi tersebut.

Bahkan dengan nada mendesak, dia berkata, "Berbuat baiklah kepada kawan-kawanku. Sebanyak 400 orang tanpa senjata dan 300 tentara berbaju zirah yang telah membelaku bertahun-tahun itu akankah engkau habisi dalam sehari?"

Gadis-gadis berdiri bersama saat Muslim merayakan Isra dan Miraj, yang menandai kenaikan Nabi Muhammad, di kompleks yang dihormati oleh orang-orang Yahudi sebagai Temple Mount dan Muslim sebagai Tempat Suci di Kota Tua Yerusalem 11 Maret 2021. The Dome of Batu terlihat di latar belakang. - (REUTERS / Ammar Awad)

Lalu, Rasulullah menjawab dengan tegas, "Mereka semua untukmu." Setelah itu, Rasulullah SAW memerintahkan seluruh kaum Yahudi keluar dari Madinah. Rasulullah SAW mengutus Ubadah ibn Shamit untuk mengurus persoalan tersebut.

Pada saat kaum Yahudi itu memerangi Rasulullah, Ubadah ibn Shamit telah keluar dari golongan mereka. Untuk menggambarkan peristiwa tersebut, Allah SWT menurunkan sebuah ayat yang menyinggung posisi Ubadah ibn Shamit dan Abdullah ibn Ubay ibn Salul. 

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. 

Umat Yahudi beribadah pada hari Sabat kala hidup di konsentrasi Jerman. 

 
Berita Terpopuler