Masalah Palestina dan Israel Bukan Sebatas Soal Agama

Masalah antara Palestina dan Israel bukan sebatas permasalahan agama.

AP/John Minchillo
Seorang anak mengibarkan Palestina berdiri di atas reruntuhan gedung al-Jalaa yang hancur oleh serangan udara Israel, di Gaza, Jumat (21/5) waktu setempat. Sejumlah media internasional menempati gedung al-Jalaa, termasuk kantor berita Associated Press yang telah berkantor di sana selama 15 tahun. Ratusan warga Gaza berjalan melewati reruntuhan sebuah gedung yang hancur oleh serangan udara Israel, Gaza, Jumat (21/5) waktu setempat.
Rep: Zahrotul Oktaviani Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konflik yang terjadi antara Palestina dan Israel berjalan lebih dari satu dekade. Peperangan antara keduanya bukan hanya sebatas masalah agama, melainkan juga klaim atas wilayah dan hak asasi manusia (HAM).

Baca Juga

"Masalah antara Palestina dan Israel bukan sebatas permasalahan agama, di mana Islam dan Kristen memiliki sejarah pentingnya di al-Quds. Namun, setiap pihak memiliki hak untuk bebas dari penindasan dan hidup dengan layak," ujar aktivis asal Palestina, Abeer Z Barakat, dalam webinar bersama Republika.co.id, Sabtu (22/5).

Ia menyebut Palestina adalah tanah yang diduduki di mana Israel melakukan framing dan menyebut warga Palestina sebagai teroris. Abeer menyebut, pihaknya adalah korban yang mencoba membela diri, tetapi malah disebut sebagai seorang teroris.

Luas Gaza saat ini disebut tidak lebih besar dari Jakarta Timur. Sementara, selama 11 hari terakhir saat agresi Israel, dilaporkan mereka menembakkan serangan udara lebih dari 18 ribu kali.

 

 

"Dengan sebegini banyak serangan, bayangkan berapa kerusakan yang kami alami, baik atas fasilitas berupa bangunan maupun kondisi udara, tanah dan air di Gaza," lanjutnya.

Abeer Barakat menyebut Gaza memiliki lokasi konservasi terbesar di dunia. Hal ini berkaitan dengan agresi yang terus-menerus dilakukan Israel di wilayah tersebut.

Israel kerap melakukan eksperiman atas senjata baru yang mereka buat terhadap orang-orang di Gaza. Ia menyebut informasi ini bukanlah klaim sepihaknya, melainkan banyak dimuat di sejumlah artikel maupun berita. 

Lebih lanjut, ia menyebut warga Palestina membutuhkan dukungan dari banyak pihak, bukan berupa donasi mengingat mereka bukanlah peminta-minta. Dukungan bisa dilakukan dengan menyebarkan berita seputar Gaza dalam akun media sosial maupun di forum-forum internasional. 

 

"Kami minta dunia untuk membawa ahli yang mereka miliki saat berada di Gaza. Hal ini untuk mengajari kami bagaimana cara menghilangkan residu bubuk mesiu atau bekas kimia lainnya yang ada di tanah kami," kata dia.

 

Abeer menyebut, masyarakat Palestina sangat menjunjung tinggi dan menghargai pendidikan. Bagi mereka, pendidikan adalah cara agar keluar dari permasalahan dan mendukung mereka agar mandiri. 

 
Berita Terpopuler