Mualaf Manami Ono: Islam Mirip dengan Filosofi Budaya Jepang

Manami Ono mengisahkan ketertarikannya pada Islam.

flickr
budaya Jepang (ilustrasi)
Rep: Rossi Handayani Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Manami Ono mengisahkan ketertarikannya pada Islam dalam beberapa tahun terakhir. Dahulu ia memandang negatif tentang islam, namun kini semuanya telah berubah.

Baca Juga

"Sekitar dua tahun yang lalu, saya pertama kali bertemu suami di Singapura melalui teman bersama kami, dan saya menikah dengannya tahun lalu. Saya memeluk Islam pada 31 Mei tahun lalu. Jadi, saya sudah menjadi Muslim selama kurang lebih satu tahun," kata wanita Jepang yang kini berubah nama menjadi Salma ini, dilansir dari laman Have Halal Will Travel pada Selasa (18/5).

Salma lahir dan besar di Jepang. Pada lima tahun yang lalu, dia datang ke Singapura untuk bekerja. Awalnya, Salma seharusnya tinggal di Singapura selama dua tahun, akan tetapi dia berubah pikiran. Dia memutuskan untuk tinggal lebih lama, karena ia menyukai keanekaragaman dan lingkungan negara tersebut.

"Setelah saya bertemu dengan suami saya yang terlahir sebagai Muslim, saya menjadi tertarik pada Islam.  Ketika saya mengatakan kepadanya bahwa saya ingin tahu lebih banyak tentang Islam, dia memberi tahu saya bahwa ada beberapa kursus tentang Islam di Asosiasi Mualaf Muslim," ucap Salma.

 

 

"Di Darul Arqam Singapura, saya belajar ilmu dasar Islam dan cara sholat. Saya juga pergi menemui seorang Muslim Jepang yang telah pindah agama dengan cara yang sama.  Setelah mendengarkan ceritanya dan berbagai pengalaman lain dari teman dan guru di Darul Arqam, saya memutuskan untuk masuk islam," lanjutnya. 

Melalui diskusi kelompok di Darul Arqam, dia menyadari bahwa Islam sebagai agama yang mirip dengan filosofi yang mendasari budaya Jepang. Salma merasa bahwa sikap terhadap ajaran Islam sama dengan yang dia pelajari dalam etika Jepang sejak muda. Setelah pengalaman ini, Salma berpikir perpindahan ini seharusnya tidak menjadi masalah besar baginya.

"(Dahulu) saya pikir Islam itu ketat dan kaku, seperti seseorang akan langsung dihukum jika dia tidak patuh.  Saya juga memiliki citra negatif yang samar-samar tentang Islam karena berita mengejutkan tentang serangan teror oleh kelompok ekstremis Muslim yang dilaporkan di Jepang," ucap Salma.

Dia mengatakan, ibunya agak khawatir ketika Salma akan pindah ke agama islam. Akan tetapi dia menerimanya, karena ibunya mengerti bahwa Salma tidak akan pernah menyerah begitu dirinya telah mengambil keputusan. 

 

 

Sementara, ayahnya juga menerimanya tanpa ragu-ragu.  Itu mengejutkan Salma, karena dia mengira ayahnya lebih konservatif.  Salma begitu senang ketika ayahnya mengatakan, "Tidak peduli apa, kamu tetaplah dirimu sendiri". 

Di samping itu, teman-teman Jepang Salma tertarik untuk mengetahui bagaimana gaya hidupnya akan berubah. Hampir semua teman di Singapura dan Malaysia terkejut perihal perpindahan agama Salma.

"Kesalahpahaman yang umum adalah bahwa saya akan disalahkan jika saya tidak mengikuti ajaran Islam seperti sholat lima kali sehari, dan tidak mengonsumsi alkohol dan daging babi. Guru dan teman Muslim Jepang mengajari saya bahwa itu tergantung pada hubungan saya dengan Tuhan dan tidak ada yang boleh mengganggu,  bahwa saya secara bertahap dapat membiasakan diri dengan Islam dengan kecepatan saya sendiri. Suami saya dan keluarganya juga tidak pernah memaksa saya untuk melakukan apapun," papar Salma.

Ketika dia pertama kali masuk islam, sholat lima kali sehari merupakan sesuatu hal yang paling menantang bagi dirinya. Selama waktu itu, ayahnya yang tinggal di Jepang jatuh sakit. Maka yang bisa dia lakukan hanyalah lebih sering menghubunginya dan berdoa kepada Allah untuk kesembuhannya.  Setelah itu, dia terbiasa melakukan sholat.

Di sisi lain, Ramadhan 1442 hijriah menjadi bulan puasa ke dua bagi dirinya. Namun saat ini ia tengah berada di Jepang, sehingga suasananya lebih sepi.

 

 
Berita Terpopuler