Pengamat Minta Masyarakat DKI Diedukasi Penggunaan Listrik

Edukasi penggunaan listrik dinilai penting untuk cegah kebakaran

ROL/Havid Al Vizki
Pengamat Perkotaan, Yayat Supriatna.ayat Supriatna menilai, Pemprov DKI Jakarta perlu melakukan pencegahan terkait kebakaran yang terus berulang di Ibu Kota. Menurut dia, hal itu didasari pada penyebab dan lokasi kebakaran.
Rep: Flori sidebang Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Tata Kota Yayat Supriatna menilai, Pemprov DKI Jakarta perlu melakukan pencegahan terkait kebakaran yang terus berulang di Ibu Kota. Menurut dia, hal itu didasari pada penyebab dan lokasi kebakaran. 

"Ini kan sudah sering terjadi, jadi kita harusnya mengamati pada akar penyebab masalahnya. Di mana kejadiannya, asal peristiwanya," kata Yayat saat dihubungi Republika.co.id, Senin (10/5).

Ia mengungkapkan, penyebab terjadi kebakaran juga sering kali karena adanya korsleting listrik. Sehingga pemprov dinilai perlu mengedukasi masyarakat mengenai pemasangan dan penggunaan listrik. 

"Kalau dilihat dari sumber pemicunya kalau dulu penelitian mengatakan hampir 70-80 persen itu karena listrik. Berarti kalau persoalannya di listrik, ada masalah nih, kenapa kebakaran karena listrik?" ujarnya. 

Salah satunya, kata dia, penyebabnya adalah  standar dari instalasi listrik yang tidak memenuhi syarat. Kemudian, cara pemasangan yang tidak benar dan kemungkinan banyaknya listrik yang separuh nyolong (sepanyol) dengan NBC yang tidak terpasang.

"Jadi sambungan-sambungan itu tidak terpasang, tidak dilindungi oleh satu sistem proteksi pengamanan kebakaran kalau terjadi korsleting," tutur dia. 

Selain itu, sambung dia, penggunaan listrik yang tidak tepat juga menjadi pemicu korsleting. Sebab, adanya kelebihan beban atau daya listrik yang digunakan. 

"Beban listriknya benar atau tidak itu kan kadang-kadang orang ingin dalam kondisi sekarang ini pakai listriknya murah tapi banyak. Karena itu tadi, pakai HP, semua orang butuh nge-charge, kalau lingkungan panas pakai kipas angin atau AC dan sebagainya. Itu mengakibatkan listriknya kelebihan beban, kelebihan daya," ungkap dia. 

 

Yayat menambahkan, kebakaran pun kerap kali terjadi pada permukiman kumuh dan padat penduduk. Kebakaran itu pun diperparah dengan kondisi bangunan yang semi-permanen sehingga mudah terbakar. 

Oleh karena itu, menurut Yayat, masyarakat perlu diedukasi mengenai standar pemasangan listrik. Sehingga warga memahami dan mematuhi aturan yang ada. 

"Pada saat penyambungannya kan harusnya dicek dulu rumah itu dan diajari kepada pemilik rumah bahwa kalau rumah seperti ini, pemasangannya harus seperti ini. Diajarin gitu. Jadi diajari bagaimana pemasangan listrik, kabelnya, colokannya, bebannya dan sebagainya," kata dia. 

"Setiap pemasangan listrik itu dikoordinasikan dengan RT/RW atau minta tolong kepada yang ahli. Kan ada itu asosiasi instalator listrik," tambahnya.

Tidak hanya itu, Yayat menambahkan, pencegahan lain yang dapat dilakukan adalah dengan membuat pedomam serta rambu-rambu mengenai bahaya kebakaran di lingkungan permukiman. Menurut dia, hal ini lebih efektif dibandingkan hanya dengan membentuk relawan pencegahan kebakaran. 

"Kita lebih bagus pencegahan begini daripada menyiapkan pasukan-pasukan, relawan pencegahan kebakaran. Justru satgas itu tugasnya adalah mengingatkan kepada semua warga hati-hati pakai listrik," ucap dia. 

Dikonfirmasi terpisah, anggota Komisi A DPRD DKI Jakarta August Hamonangan mengatakan, Pemprov DKI melalui Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) patut melakukan sosialisasi lebih masif mengenai pencegahan kebakaran. "Pemprov melalui Dinas Gulkarmat harus lebih intens melakukan sosialisasi pencegahan kebakaran," kata August. 

 

Selain itu, sambung dia, sosialisasi itu juga harus dibarengi dengan penyediaan alat pemadam kebakaran yang memadai. Terutama di permukiman padat penduduk. 

 
Berita Terpopuler