Kampus AS Terapkan Aturan Ketat Usai Kasus Covid-19 Marak

Sebuah kampus di AS mencatat 200 kasus Covid-19 dalam dua pekan

EPA-EFE/Peter Foley
Sebuah masker yang dibuang di Kampus Universitas Columbia di New York, Amerika Serikat, Ahad (5/4). Menurut laporan media, masyarkat kota New York masih diminta untuk tinggal di rumah, sebagai upaya mengurangi penyebaran virus Corona.
Rep: Dwina Agustin Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, BURLINGTON -- Sekitar satu tahun memasuki mandat penggunaan masker, tes usap hidung, dan kelas jarak jauh, suasana menjadi tegang di University of Vermont. Kampus itu menerapkan peraturan ketat untuk menghindari lonjakan kasus infeksi Covid-19 di antara mahasiswa.

Baca Juga

Mahasiswa diberi ratusan peringatan untuk pelanggaran seperti berdiri di depan pintu mahasiswa lain atau berjalan tanpa masker ke kamar kecil di lorong. Kondisi itu memicu petisi yang dipimpin mahasiswa yang mengecam kondisi hidup yang ketat dan tidak manusiawi.

"Anda mulai merasa tercekik seperti saya takut meninggalkan kamar saya," kata mahasiswa baru Patrick Welsh dalam sebuah wawancara di kampus.

Bahkan, ketika pembatasan melonggar di sebagian besar Amerika Serikat (AS), perguruan tinggi dan universitas telah mengambil langkah baru untuk mengawasi kehidupan kampus. Pemerintah AS mengatakan bahwa perlu bertindak segera untuk menghindari risiko akhir semester atau mengirim mahasiswa yang terinfeksi pulang dan menyebarkan Covid-19 kembali.

Dalam beberapa minggu terakhir, University of Michigan menghukum ratusan siswa karena tidak mengikuti tes virus wajib dengan menonaktifkan kartu akses ke gedung bukan tempat tinggal. Sedangkan, Cornell University mengumumkan bahwa mahasiswa akan kehilangan akses ke Wi-Fi kampus, materi pelajaran, dan fasilitas karena tes virus yang hilang. University of Chicago mengunci asrama selama tujuh hari dan mengganti kelas secara daring setelah menemukan lebih dari 50 kasus dalam hitungan hari.

Langkah-langkah tersebut diambil saat pemerintah menilai kelayakan dimulainya kelas secara langsung, cara memvaksinasi mahasiswa, dan mempertimbangkan menerima suntikan sebagai persyaratan. Munculnya cuaca hangat dan pelonggaran pembatasan di luar gerbang kampus menimbulkan tantangan tambahan.

Setelah merekam 200 kasus Covid-19 dalam dua minggu pertama bulan April, North Carolina Agricultural and Technical State University menghapus fasilitas makan secara langsung dan melarang pengunjung dari perumahan kampus. Wakil rektor untuk hubungan universitas, Todd Simmons, menyatakan kampus telah bekerja dengan penegak hukum untuk mencoba menutup acara di luar kampus yang disebut sebagai perayaan "Aggie-Fest" untuk mahasiswa. Padahal gubernur negara bagian telah mencabut mandat masker ruangan dan menggandakan batas pertemuan massal untuk memungkinkan 100 orang di dalam ruangan dan 200 orang di luar ruangan,

"Apa yang kami coba lakukan pada mahasiswa adalah dua hal. Pertama, jangan memulai pembatalan dengan semacam lonjakan besar pada menit-menit terakhir infeksi Covid, dan kedua jangan mengambil risiko untuk membawa pulang infeksi Covid," kata Simmons.

 

Kekhawatiran akan penyebaran virus corona berkaca dengan kasus di University of Vermont (UVM). Kampus itu hanya melaporkan 100 siswa yang dites positif terkena virus selama semester musim gugur, tetapi jumlahnya melonjak pada musim semi, dengan lebih dari 680 siswa yang terinfeksi.

Wakil presiden bidang operasional dan keselamatan publik, Gary Derr, mengatakan semester musim gugur dimulai dengan lebih mulus karena cukup hangat bagi siswa untuk bersosialisasi di luar. “Kami kembali pada musim semi dan kami terjebak di dalam ruangan,” katanya.

Pada akhir April, Derr mengumumkan tingkat infeksi di UVM telah turun cukup untuk memungkinkan pertemuan multi-rumah tangga mahasiswa yang tinggal di dalam dan di luar kampus. Mahasiswa UVM, Nicole Hardy mengatakan mahasiswa tidak pernah kehilangan kesadaran tentang keberadaan virus, tetapi menjadi tidak peka seiring berjalannya waktu.

"Saya masih melihat orang-orang menjalani karantina setiap minggu, dan saya masih tahu ada orang yang sakit...Jadi sepertinya masih ada kekhawatiran yang tertinggal. Namun menurut saya, saat ini banyak sekali orang yang memprioritaskan sosialisasi," ujar Hardy. 

 
Berita Terpopuler