Kompleks Al Aqsa: Titik Nyala Yerusalem

Israel menganggap semua bagian Yerusalem merupakan ibu kotanya yang tidak terbagi.

Anadolu Agency
Kondisi Masjidil Aqsa pasca penyerangan polisi Israel jumat malam (7/5/2021).
Rep: Zahrotul Oktaviani Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, YERUSALEM -- Kompleks masjid Al Aqsa di Yerusalem menjadi lokasi bentrokan antara polisi Israel dan jamaah Muslim, Jumat (7/5) lalu. 

Baca Juga

Mereka berbondong-bondong datang ke tempat ibadah ini saat jamaah sedang menjalankan shalat Jumat terakhir, di bulan Ramadhan. Kompleks ibadah tersebut adalah situs yang sangat sensitif dan sakral baik, dalam agama Islam maupun Yudaisme.

Dilansir di France 24, Sabtu (8/5), lapangan terbuka seluas 14 hektare berbentuk persegi panjang di sudut tenggara Kota Tua ini direbut oleh Israel selama Perang Enam Hari 1967. Perebutan dilakukan bersamaan dengan sisa Yerusalem timur yang kemudian dianeksasi dalam sebuah tindakan yang tidak pernah diakui secara internasional.

Israel menganggap semua bagian Yerusalem merupakan ibu kotanya yang tidak terbagi. Tetapi, Palestina menginginkan sektor timur sebagai ibu kota negara masa depan mereka.

Dikenal oleh Muslim sebagai Al-Haram al-Sharif (Tempat Suci Mulia), kompleks Al-Aqsa ini menampung kuil Kubah Batu emas dan masjid Al-Aqsa yang terkenal.

Diyakini sebagai tempat Nabi Muhammad melakukan perjalanan malamnya ke surga, lokasi itu adalah situs tersuci ketiga dalam Islam, setelah Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah, Arab Saudi.

 

 

Kompleks ini dibangun pada abad ketujuh oleh khalifah Islam kedua, Omar, di situs Kuil Yahudi Kedua yang dihancurkan oleh Romawi sekitar tahun 70 Masehi.

Esplanade juga dihormati sebagai situs paling suci dalam Yudaisme karena di dalamnya terdapat Kuil Pertama dan Kedua. Dalam bahasa Ibrani, ini disebut sebagai Har HaBayit (Temple Mount).

Sejauh ini, orang Yahudi diizinkan mengunjungi kompleks tersebut, tetapi dilarang beribadah di sana, karena takut memicu ketegangan dengan jamaah Muslim.

Meski demikian, sebagian besar memilih tidak memasuki daerah itu karena Kepala Rabi Israel mengatakan mengunjungi kompleks itu dilarang berdasarkan hukum Yahudi karena masalah kenajisan ritual.

Saat ini, situs paling suci di mana orang Yahudi dapat berdoa adalah Tembok Barat, di antara sisa-sisa Kuil Kedua.

Tetapi beberapa di antara kaum Yahudi ultra-nasionalis ingin mulai membangun Kuil Ketiga. Mereka secara teratur mengunjungi lokasi tersebut, di mana mereka terkadang terlihat berdoa secara diam-diam.

 

 

Kondisi ini sering menciptakan ketegangan dengan jamaah Muslim. Mereka takut Israel berusaha mengubah kebijakan yang mengatur kompleks, yang sekarang dikelola oleh Yordania dalam koordinasi dengan Palestina.

Polisi Israel memantau pengunjung yang masuk melalui Gerbang Mughrabi, satu-satunya pintu masuk untuk non-Muslim. Tetapi, mereka beberapa kali menginjakkan kaki di dalam masjid dan menyulut ketegangan yang semakin membuat jengkel para jamaah Muslim.

Berdasarkan sejarah, selalu ada ketegangan yang terjadi di situs tersebut. Pada 1929, kerusuhan mematikan terjadi selama mandat Inggris, dengan Muslim bersatu untuk mempertahankan situs tersebut.

Pada 1996, keputusan Israel untuk membuka pintu masuk baru ke barat alun-alun memicu bentrokan yang menewaskan lebih dari 80 orang dalam tiga hari.

Tak hanya itu, kunjungan kontroversial pada September 2000 oleh pemimpin oposisi sayap kanan, Ariel Sharon, menjadi salah satu pemicu utama intifada Palestina kedua, yang berlangsung dari 2000 hingga 2005.

 

Pada Juli 2017, kompleks itu ditutup sementara setelah tiga orang Arab Israel melepaskan tembakan ke polisi Israel di dekat lokasi tersebut. Kondisi ini menewaskan dua dari mereka, sebelum melarikan diri ke kompleks suci di mana mereka ditembak mati oleh pasukan keamanan.

 

Pada 2020 akses ke kompleks ditutup untuk umum selama bulan Ramadhan karena pandemi Covid-19. Pembukaan kembali dilakukan, dengan aturan tunduk pada kondisi sanitasi yang ketat dan batasan jumlah jamaah

 
Berita Terpopuler