Muslimah Kanada Masih Jadi Korban Serangan Islamofobia

Sejak Desember 2020 terjadi serangan fisik terhadap Muslimah Kanada.

www.theglobeandmail.com
Muslimah Kanada (Ilustrasi). Sejak Desember 2020, Muslimah Kanada kerap alami serangan fisik.
Rep: Rossi Handayani Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, EDMONTON -- Semenjak Desember 2020, telah terjadi sejumlah serangan fisik terhadap wanita Muslim di Edmonton dan Calgary, Kanada. 

Baca Juga

Bulan lalu, di Edmonton, Alta, keluarga menjadi sasaran di jalan. Polisi Edmonton menyatakan, seorang pengemudi laki-laki membuat isyarat tidak senonoh kepada seorang wanita, yang mengenakan jilbab. Wanita itu berada di kursi penumpang depan kendaraan.

"Terdakwa laki-laki kemudian mulai mempercepat dan memperlambat secara tidak menentu di samping van pelapor, sebelum akhirnya menyebabkan tabrakan kecil antara dua kendaraan," demikian pernyataan Kepolisian Edmonton, dilansir dari laman Global News pada Jumat (7/5).

"Saya masih tidak percaya di Alberta tempat saya dibesarkan. Karena Alberta tempat saya dibesarkan adalah tempat jika Anda bekerja keras dan memberi kembali, Anda adalah seorang Albertan. Titik." kata seorang pengacara dan penulis Toronto yang dibesarkan di Edmonton, Dany Assaf (51).

Assaf mengatakan, seperti anak-anak Kanada lainnya, dia tumbuh dengan bermain hoki dan belajar. Dia juga baru saja menerbitkan buku berjudul, "Say please and thank you and stand in line". Biografi ini mengungkap empat generasi keluarga Muslim di Kanada dan kisah satu orang tentang apa yang membuat Kanada istimewa dan bagaimana menjaganya tetap seperti itu.

 

 

Kakek buyut Assaf berimigrasi ke Alberta pada 1920-an dari Lebanon. Mereka membantu mendirikan masjid pertama di Kanada, Masjid Al Rashid di Edmonton.

"Orang mengira barat itu seperti tanah 'redneck' (penghinaan untuk menggambarkan anggota kelas sosial pekerja berkulit putih di daerah pedesaan). Saya berkata, 'Tidak, tidak. Itu adalah tempat kesempatan'," ucapnya.  

Assaf mendesak semua warga Kanada untuk menolak suara ekstremis yang penuh dengan kebencian, baik secara langsung, maupun tersembunyi di balik media sosial. Ini bukan hanya Alberta. Bagian lain negara itu menceritakan kisah-kisah rasisme yang meresahkan.

Di samping itu, bulan lalu, di Surrey, BC, sebuah keluarga menyatakan, putri mereka disebut teroris saat berada di toko bahan makanan.

Sementara pada Januari, sekelompok mahasiswa Muslim di Saskatoon, SK, menjadi korban serangan rasis selama upacara daring untuk mengenang penembakan di masjid Quebec tahun 2017.

 

 

Peneliti kejahatan rasial dan direktur Kantor Hak Asasi Manusia, Keanekaragaman, dan Kesetaraan di Universitas MacEwan, Irfan Chaudhry mengungkapkan, sulit untuk mengatakan apakah pandemi telah memicu lebih banyak kebencian. 

Chaudhry mengatakan, sangat penting bagi warga Kanada untuk menerima kefanatikan dan rasisme di komunitasnya sendiri, dan belajar bagaimana bereaksi. Keamanan pribadi harus selalu dipertimbangkan sebelum turun tangan. Namun Chaudhry mengatakan, reaksi langsung bukanlah satu-satunya pilihan.

Chaudhry meminta kepada publik untuk mempelajari bagaimana dan di mana melaporkan rasisme. Misalnya, jika Anda sedang transit, beri tahu sopir bus. Kemudian jika Anda berada di sebuah toko, kirim email ke kantor pusat dan tanyakan bagaimana perusahaan berkomitmen untuk melatih staf untuk menghadapi situasi tertentu. 

Untuk keluarga, Chaudhry merekomendasikan percakapan sesuai usia. "Anda mungkin tidak memiliki semua jawaban pada saat itu, tetapi saya pikir setidaknya mengakui itu adalah langkah pertama dalam mengatasinya dengan cara yang berarti. Jadi kamu sebagai orang tua, itulah momen mengajarmu," kata Chauhry.

 

 
Berita Terpopuler