Migran Suriah di Spanyol Buat Media Berbahasa Arab Pertama

Baynana dibuat untuk mematahkan stereotip negatif seputar komunitas Arab dan migran.

AP/Joan Mateu
Migran Suriah di Spanyol Buat Media Berbahasa Arab Pertama. Migran dari Eritrea, Mesir, Suriah dan Sudan, dibantu oleh pekerja bantuan dari LSM Spanyol Open Arms, setelah melarikan diri dari Libya dengan kapal kayu berbahaya di laut Mediterania, sekitar 110 mil sebelah utara Libya, pada Sabtu, 2 Januari, 2021.
Rep: Mabruroh Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Pengungsi di Spanyol membuat outlet berita Baynana untuk mematahkan stereotip negatif seputar komunitas Arab dan migran Spanyol. Baynana merupakan outlet berita Arab pertama sebagai penyeimbang dan untuk memperkuat hubungan antara Spanyol dan kawasan Arab.

Baca Juga

"Kami pikir kami bisa membantu orang lain seperti kami. Kami ingin menunjukkan perjuangan dan impian para migran dan pengungsi, yang serupa dengan orang lain," ujar Ayham al-Ghareeb, seorang jurnalis Suriah yang mengungsi ke Spanyol sejak 2019.

Baynana berasal dari bahasa Arab yang berarti di antara kita. Baynana dikelola oleh pengungsi di Spanyol serta satu-satunya outlet berita Arab di negara itu yang secara eksklusif didedikasikan untuk, dan dijalankan oleh komunitas Arab di Spanyol.

"Di Baynana kami ingin melakukan sesuatu yang sedikit berbeda. Kami ingin menampilkan cerita positif tentang pengungsi, memberikan informasi yang berguna dan menunjukkan sisi lain migrasi di Spanyol. Hampir semua outlet Spanyol berbicara tentang migran atau pengungsi sebagai korban, tetapi bukan itu kenyataan," kata jurnalis Suriah Muhammed Subat yang juga mengungsi ke Spanyol.

Pada 2019, Al-Ghareeb terpaksa meninggalkan negaranya seperti jutaan rekan senegaranya, yang berusaha melarikan diri dari perang brutal yang telah menghancurkan negara itu selama 10 tahun terakhir. Al-Ghareeb, istri dan dua putrinya yang masih kecil meninggalkan negara, keluarga, dan teman-teman mereka untuk mencari negara yang lebih hijau. 

 

Mereka menghabiskan dua hari berjalan kaki sampai dapat melintasi perbatasan ke Turki. Di sana, mereka bertemu dengan rekan sesama jurnalis Suriah yakni Muhammed Subat, Okba Mohamed dan Moussa al-Jamaat. Atas bantuan Committee to Protect Journalists, mereka semua menetap di Madrid, ibu kota Spanyol.

Baynana berdiri sebagai akibat dari kekurangan administratif dan kelembagaan yang telah menghambat banyak migran dan pengungsi di Spanyol. Pada 2020, sebanyak 88.762 orang mengajukan permohonan perlindungan dan suaka internasional di Spanyol, di mana 77 persen atau 68.435 permohonan ditolak pemerintah Spanyol.

"Ketika kami tiba di Spanyol, kami mencari informasi tentang bagaimana mengurus dokumen kami dan menetap di negara itu, tetapi kami tidak dapat menemukan apa pun yang berguna. Itulah mengapa kami memutuskan mendirikan sebuah outlet untuk komunitas Arab di Spanyol, karena itu yang diperlukan agar mereka dapat menemukan informasi bermanfaat yang (dulu) tidak dapat kami temukan," ujar al-Ghareeb, seperti dilansir dari Al Araby, Kamis (6/5).

Menurut Komisi Bantuan Pengungsi Spanyol (CEAR), Spanyol memberikan suaka kepada hanya lima persen dari aplikasi yang diproses tahun lalu, jauh di bawah rata-rata Eropa sebesar 33 persen.

"Kami sudah hampir dua tahun di sini dan kami tidak tahu apa-apa. Kami sudah menunggu selama empat bulan untuk mencoba membuat janji dengan Departemen Imigrasi tetapi hal ini memakan waktu lama," kata al- Ghareeb.

 

Al-Ghareeb dan kawan-kawan menyadari kenyataan ini dan sulitnya proses birokrasi. Database Informasi Suaka Dewan Eropa menemukan bahwa waktu pemrosesan rata-rata untuk aplikasi suaka di Spanyol pada 2018 adalah 473 hari. Aplikasi Suriah membutuhkan waktu rata-rata 288 hari untuk diproses, dengan 505 hari untuk Afghanistan dan 633 hari untuk Irak.

Dalam beberapa tahun terakhir, berita palsu di Spanyol semakin banyak digunakan sebagai alat untuk menjelekkan dan menyerang pengungsi dan migran, khususnya migran Arab dan Muslim. Menurut laporan Disinformasi, Minoritas Agama, dan Ujaran Kebencian yang diterbitkan tahun lalu, antara 2017 dan 2020, organisasi pemeriksa fakta Maldita Migración mengidentifikasi 321 item migrasi dan berita palsu terkait agama.

Sebanyak 168 di antaranya secara eksplisit didasarkan pada migrasi dan 129 hanya didasarkan pada agama, dengan 70 persen di antaranya menargetkan Islam secara langsung. Di Spanyol, misinformasi yang menargetkan populasi migran dan pengungsi adalah yang paling umum.

Misinformasi ini merepresentasikan imigran sebagai orang yang melakukan kekerasan atau penjahat yang membahayakan masyarakat dan tidak tertarik untuk berintegrasi. Kementerian Dalam Negeri Spanyol menemukan kasus kebencian Islamofobia telah meningkat 120 persen mengutip 103 kasus, sedangkan organisasi independen Citizen Platform Against Islamophobia mencatat 546 kasus pada 2017 saja.

 

The Observatory Spanyol untuk Rasisme dan Xenophobia menemukan 87 persen Muslim didiskriminasi ketika menemukan perumahan, dan 83 persen menderita ketika mencari pekerjaan. Al-Ghareeb menunjukkan dia membutuhkan waktu empat bulan untuk menemukan rumah bagi keluarganya.

Mohamed juga mengungkapkan dia ditolak oleh tuan tanah pribadi karena keyakinan sebagai Muslim. Terlepas dari jalan berliku yang dihadapi kuartet Suriah untuk bermukim kembali di Spanyol dan meluncurkan Baynana, mereka sadar untuk mendapatkan dampak yang diinginkannya, kelangsungan hidup jangka panjang adalah kuncinya. Mereka telah menyiapkan halaman crowdfunding untuk membangun anggaran, agar mereka tetap bertahan saat mereka mulai bekerja.

“Untuk mencapai titik ini sulit, meluncurkan proyek seperti ini sulit bagi orang Spanyol, apalagi pengungsi. Impian kami adalah kembali ke negara kami sebagai orang yang telah mencapai sesuatu, bukan hanya orang yang melarikan diri dari Suriah untuk menerima manfaat dan tidak melakukan apa-apa. Kami ingin pulang sebagai laki-laki pemberani, sebagai kekuatan. Itulah yang kami inginkan," kata Sabat.

Baynana dibentuk dengan bantuan organisasi jurnalistik lokal Por Causa dan anggotanya Andrea Olea. "Tujuan kami memanusiakan kembali atau mempersonalisasi orang-orang yang datang dari luar, yang pada akhirnya, persis seperti kami. Jika outlet seperti kami berfungsi sebagai platform untuk mencerminkan suara lain, pembaca akan melihatnya. Pada akhirnya mereka melihat orang-orang seperti diri mereka sendiri menulis tentang hal-hal yang sama dengan yang mereka alami," jelas Olea.

 

https://english.alaraby.co.uk/english/society/2021/5/5/syrian-refugees-create-spains-first-arabic-news-outlet 

 
Berita Terpopuler