Aturan Sholat Id Terbit, Zona Merah Harus Sholat di Rumah

Jamaah sholat Id di zona hijau dan kuning dibatasi 50 persen.

ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Umat muslim melaksanakan sholat Idul Fitri 1441 H di Lapangan Perumahan Bojong Malaka Indah, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Ahad (24/5/2020). Di Tahun 2021, pemerintah hanya mengizinkan ibadah sholat Idul Fitri di lapangan atau masjid di zona kuning dan hijau.
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Fuji E Permana, Dessy Suciati Saputri, Arie Lukihardianti

Lebaran yang tahun ini kembali masih dalam suasana pandemi membuat masyarakat tetap harus waspada dalam berperilaku. Jelang Hari Raya Idul Fitri, Menteri Agama (Menag), Yaqut Cholil Qoumas, menerbitkan panduan penyelenggaraan Sholat Idul Fitri di saat pandemi Covid-19.

Panduan tertuang dalam Surat Edaran Nomor 07 Tahun 2021 tentang Panduan Penyelenggaraan Shalat Idul Fitri Tahun 1442 H/2021 di saat Pandemi Covid-19. "Panduan diterbitkan dalam rangka memberikan rasa aman kepada umat Islam dalam penyelenggaraan sholat Idul Fitri sekaligus membantu negara dalam pencegahan penyebaran Covid-19. Edaran ini mengatur kegiatan malam takbiran dan Sholat Idul Fitri yang diselenggarakan di masjid dan lapangan terbuka,” kata Menag melalui pesan tertulis yang diterima Republika, Kamis (6/5).

Menag meminta kepada seluruh jajaran Kemenag untuk segera mensosialisasikan edaran ini secara masif. Terutama kepada pengurus masjid dan panitia hari besar Islam serta masyarakat luas agar dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Berikut ketentuan panduan penyelenggaraan ibadah dan kegiatan Hari Raya selama pandemi. Pertama, malam takbiran pada prinsipnya dapat dilaksanakan di semua masjid dan mushola dengan ketentuan sebagai berikut. Yaitu, dilaksanakan secara terbatas, maksimal 10 persen dari kapasitas masjid dan mushola, dengan memperhatikan standar protokol kesehatan Covid-19 secara ketat, seperti menggunakan masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan.

Menag melarang kegiatan takbir keliling untuk mengantisipasi keramaian. Kegiatan takbiran dapat disiarkan secara virtual dari masjid dan mushola sesuai ketersediaan perangkat telekomunikasi di masjid dan mushola.

Kedua, Sholat Idul Fitri 1 Syawal 1442 H di daerah yang mengalami tingkat penyebaran Covid-19 tergolong tinggi (zona merah dan zona oranye) agar dilakukan di rumah masing-masing. Sejalan dengan Fatwa MUI dan ormas-ormas Islam lainnya.

Ketiga, sholat Id dapat diadakan di masjid dan lapangan hanya di daerah yang dinyatakan aman dari Covid-19, yaitu zona hijau dan zona kuning berdasarkan penetapan pihak berwenang. Keempat, bila sholat Id dilaksanakan di masjid dan lapangan, wajib memperhatikan standar protokol kesehatan Covid-19 secara ketat dan mengindahkan ketentuan sebagai berikut.

- Sholat Idul Fitri dilakukan sesuai rukun sholat dan khutbah Idul Fitri diikuti oleh seluruh jamaah yang hadir.
- Jamaah Sholat Idul Fitri yang hadir tidak boleh melebihi 50 persen dari kapasitas tempat agar memungkinkan untuk menjaga jarak antarshaf dan antarjamaah.
- Panitia Sholat Idul Fitri dianjurkan menggunakan alat pengecek suhu dalam rangka memastikan kondisi sehat jamaah yang hadir.
- Bagi para lansia atau orang dalam kondisi kurang sehat, baru sembuh dari sakit atau dari perjalanan, disarankan tidak menghadiri Sholat Idul Fitri di masjid dan lapangan.
- Seluruh jamaah agar tetap memakai masker selama pelaksanaan Sholat Idul Fitri dan selama menyimak khutbah Idul Fitri di masjid dan lapangan.
- Khutbah Idul Fitri dilakukan secara singkat dengan tetap memenuhi rukun khutbah, paling lama 20 menit.
- Mimbar yang digunakan dalam penyelenggaraan Sholat Idul Fitri di masjid dan lapangan agar dilengkapi pembatas transparan antara khatib dan jamaah.
- Seusai pelaksanaan Sholat Idul Fitri jamaah kembali ke rumah dengan tertib dan menghindari berjabat tangan dengan bersentuhan secara fisik.

Panitia Sholat Idul Fitri sebelum menggelar sholat Id masjid dan lapangan terbuka wajib berkoordinasi dengan pemerintah daerah. Juga berkoordinasi dengan Satgas Penanganan Covid-19 dan unsur keamanan setempat untuk mengetahui informasi status zonasi dan menyiapkan tenaga pengawas agar standar protokol kesehatan Covid-19 dijalankan dengan baik, aman dan terkendali.

Menag juga mengimbau, silaturahim dalam rangka Idul Fitri agar hanya dilakukan bersama keluarga terdekat dan tidak menggelar kegiatan open house halal bihalai di lingkungan kantor atau komunitas. Terakhir, dalam hal terjadi perkembangan ekstrim Covid-19, seperti terdapat peningkatan yang signifikan angka positif Covid-19, adanya mutasi varian baru virus corona di suatu daerah, maka pelaksanaan surat edaran ini disesuaikan dengan kondisi setempat.








Baca Juga

Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, mengingatkan agar masyarakat yang wilayah tempat tinggalnya berada di zona merah atau oranye agar melaksanakan ibadah sholat Idul Fitri di rumah. Namun jika zonasi tempat tinggal berada di zona kuning maupun hijau, masyarakat dapat melaksanakan ibadah secara berjamaah di masjid dengan mematuhi protokol kesehatan secara ketat.

Hal ini, kata Wiku, sesuai dengan Surat Edaran Menteri Agama No 3 tahun 2021. “Masyarakat diminta untuk memperhatikan zonasi wilayah tempat tinggalnya untuk melakukan ibadah,” kata Wiku saat konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (6/5).

Selain itu, pemerintah melalui Kemendagri juga telah mengeluarkan Surat Edaran tentang pelarangan buka puasa bersama pada bulan Ramadhan dan juga kegiatan open house atau halal bi halal pada hari raya Idul Fitri nanti.

Aturan ini diterbitkan untuk mencegah terjadinya penularan dan lonjakan kasus Covid-19 di berbagai daerah. Wiku pun meminta agar seluruh pimpinan daerah agar menindaklanjuti Surat Edaran tersebut sehingga kemunculan kasus baru dapat ditekan.

“Melalui surat edaran ini, Mendagri meminta kepada gubernur atau wali kota, bupati untuk melarang kegiatan buka puasa bersama yang melebihi jumlah keluarga inti ditambah 5 orang, dan menginstruksikan kepada seluruh ASN di rumah untuk tidak melaksanakan open house atau halal bi halal dalam rangka hari raya Idul Fitri,” jelas dia. Wiku mengatakan, masyarakat yang ingin melakukan halal bi halal dapat melakukannya di lingkungan keluarga inti dengan prokes yang ketat atau melakukannya secara virtual.

Gubernur Jabar, Ridwan Kamil, juga menegaskan sholat Id hanya boleh digelar di zona aman. Masyarakat zona merah tak boleh sholat Id di masjid, sholat boleh dilakukan di rumah.

Menurut Emil, untuk non zona merah, pelaksanaan shalatnya boleh digelar di masjid dan tempat-tempat terbuka dengan jumlah terbatas. "Kalau zona merah itu hanya bisa digelar di rumah masing-masing. Kalau non zona merah boleh di lapangan dan masjid, saya kira itu," tegas Emil.

Patuh terhadap aturan terkait Covid-19 di Hari Raya dinilai Emil penting. Apalagi, masih ada sekitar tujuh persen warga yang memaksa mudik dengan Jabar sebagai tujuan pemudik dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. “Kurang lebih 400 ribuan pemudik yang harus kami waspadai di wilayah Jabar,” katanya.

Sementara itu, sesuai intruksi dari Kepolisian Republik Indonesia pada zona merah dan oranye sektor pariwisata ditiadakan. “Jadi sesuai kesepakatan zona merah oranye itu pariwisata ditiadakan dan ini sudah menjadi intruksi dari kapolri yang diizinkan hanya zona kuning hijau termasuk juga berlaku bagi pelaksanaan sholat idulfitri 1442 H,” katanya.

“Selama zona merah pariwisata ditutup. Untuk pariwisata yang berada di zona nonmerah dibuka dengan menyesuaikan kapasitas 50 persen dengan tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat,” imbuhnya.

Tata Cara Pelaksanaan Sholat Idul Adha - (republika.co.id)

 
Berita Terpopuler