Menelusuri Sejarah Perjuangan Muslim Kulit Hitam dari Buku

Ada lima buku yang dapat menjadi referensi bacaan terkait sejarah Muslim kulit hitam.

AP/Shafkat Anowar
Sejumlah umat Muslim melaksanakan shalat tarawih di Pusat Komunitas Muslim Chicago, Senin (12/4). Umat Muslim di AS tergolong multietnis dan nasionalitas. Tercatat jumlah umat Muslim Chicago mencapai angka 350 ribu jiwa atau lima persen dari populasi. Terdapat pula penganut Islam yang merupakan warga kulit putih AS dan Hispanik (keturunan latin). Namun, sejak lama Chicago terkenal sebagai wilayah konsentrasi kaum Muslim Afro-Amerika. Meski berbeda bahasa, adat maupun budaya, akan tetapi dalam beberapa kesempatan, terutama pada ibadah shalat serta aktivitas Ramadhan, satu sama lain akan menanggalkan perbedaan untuk bersatu di bawah panji kitab suci Alquran dan sunnah Nabi. Umat Muslim Chicago benar-benar menikmati perbedaan yang ada dan mempererat tali ukhuwah di saat bersamaan. (AP Photo/Shafkat Anowar)
Rep: Rossi Handayani Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terdapat lima buku yang dapat menjadi referensi bacaan terkait sejarah Muslim kulit hitam. Dari penulis dan cendekiawan, hingga aktivis dan pengorganisasi komunitas, seniman dan musisi, Muslim kulit hitam telah memainkan peran integral dalam memperjuangkan orang kulit hitam, bahkan saat berada dalam perbudakan.

Baca Juga

Di samping itu, protes massal di seluruh Amerika Serikat (AS) terhadap pembunuhan orang kulit hitam Amerika George Floyd, Breonna Taylor, Tony McDade, dan banyak lainnya oleh petugas polisi telah menghidupkan kembali percakapan penting seputar rasisme anti-Kulit Hitam, dan warisan perbudakan di seluruh dunia.

Gerakan Black Lives Matter melawan rasisme anti-Kulit Hitam telah mendapatkan momentum dan energi baru. Gerakan tersebut telah menyebabkan banyak Muslim di AS. Terutama Muslim non-Kulit Hitam, untuk mencari pengetahuan tentang sejarah Islam Hitam di AS dan mencari cara untuk mendukung gerakan Black Lives Matter.

Sementara gerakan Black Lives Matter baru berusia enam tahun, perjuangan untuk pembebasan Kulit Hitam di Amerika Utara telah berusia lebih dari 500 tahun. Dan Muslim Kulit Hitam sering menjadi pusatnya.

Dari kebanyakan buku relevan yang tersedia tentang hal ini, terdapat lima bacaan menonjol karena aksesibilitas dan kemampuannya untuk membantu mengontekstualisasikan hubungan antara pemberontakan saat ini dan Islam dan Muslim di AS dan sekitarnya.

Berikut buku-bukunya yang dilansir dari laman Middleeasteye pada Senin (3/5):

 

 

1.  Servants of Allah oleh Sylviane Diouf

Lebih dari 30 persen dari semua budak Afrika yang diangkut ke Amerika adalah Muslim. Sebagian besarnya pergi ke Karibia dan Amerika Selatan, terutama Brasil.

Diterbitkan pada 2013, buku Sylviane Diouf, merinci bagaimana orang Afrika yang diperbudak di Karibia dan Amerika melawan supremasi kulit putih. Kemudian juga dalam mempertahankan hubungan dengan orang Afrika lainnya di seluruh diaspora. Selanjutnya dalam beberapa kasus, benua Afrika, mampu menemukan cara untuk mempraktikkan agama mereka di bawah pengawasan ketat. 

Buku tersebut menyoroti beberapa tokoh penting Muslim Hitam di Amerika. Ini termasuk Omar ibn Said dan Bilali Mohamed, baik penulis maupun cendekiawan Islam, yang warisan intelektualnya masih terasa hingga saat ini.

Diouf mencatat bahwa banyak Muslim yang diperbudak adalah tentara terlatih. Mereka menggunakan pengetahuan taktisnya untuk memimpin pemberontakan budak. Misalnya, Pemberontakan Male di Salvador, Bahia, Brasil dipimpin oleh Muslim yang merdeka dan diperbudak selama Ramadhan pada 1835. Sementara para pemberontak pada akhirnya dikalahkan, pemberontakan tersebut memainkan peran penting dalam mendorong Brasil untuk menghapus perbudakan.

 Servants of Allah adalah salah satu buku berbahasa Inggris pertama yang diterbitkan tentang Muslim Afrika dan perdagangan budak transatlantik. Ini bergabung dengan karya dasar Allan D Austin dan Michael Gomez tentang perbudakan Afrika di Amerika. Seperti Gomez, Diouf bergerak melampaui biografi laki-laki Muslim individu untuk mengeksplorasi sifat diaspora Islam di Amerika dan Karibia.

Buku itu menjadi populer setelah 9/11, tiga tahun setelah penerbitan aslinya, karena itu menunjukkan akar panjang Muslim di AS. Ini menantang asumsi bahwa Islam itu asing dan baru di AS. Muslim non-kulit hitam sangat ingin menunjukkan bahwa Islam adalah agama Amerika yang sama seperti agama lainnya.

Menurut Diouf, Servants of Allah membantu orang kulit hitam Amerika melegitimasi hubungan mereka dengan Islam dengan Muslim non-Kulit Hitam, yang mempertanyakan keaslian mereka. Membaca buku di era Black Lives Matter memungkinkan pembaca untuk melihat bagaimana anti-Blackness dan Islamophobia saling berhubungan. Keduanya penting untuk mendirikan Amerika dan Karibia, dan Black liberation terkait dengan mengakhiri Islamophobia.

 

 

2. The Autobiography of Malcolm X

The Autobiography of Malcolm X (1965) merinci pertumbuhan agama dan politik dari salah satu orang yang paling dikagumi dan dibenci dalam sejarah AS. Dalam buku Malcolm X ini terdapat kutipan tentang kemarahan yang dirasakan banyak orang kulit hitam di AS saat ini.

Meski berusia lebih dari 50 tahun, buku itu tetap relevan. Malcolm X mencakup berbagai topik, termasuk efek sosial dan psikologis yang dapat ditimbulkan negara terhadap keluarga Kulit Hitam, peran media dalam membangun dan melestarikan Islamofobia anti-Kulit Hitam, dan kebutuhan pria Muslim untuk melawan pelecehan seksual.

Ia juga mendesak para aktivis keadilan rasial untuk berbicara dalam istilah hak asasi manusia daripada hak sipil, untuk menunjukkan bagaimana gerakan keadilan di seluruh dunia terkait. 

The Autobiography of Malcolm X akan menjadi bacaan yang bermanfaat bagi siapa saja yang tidak terbiasa dengan penghinaan sehari-hari oleh orang kulit hitam, baik di tingkat individu maupun struktural. Buku ini menunjukkan bagaimana terlepas dari kemenangan legislatif yang dimenangkan oleh orang kulit hitam Amerika selama Gerakan Hak Sipil, rasisme anti-Kulit Hitam pada 2020 sama lazimnya seperti pada 1965.

 

 

3. Black Star, Crescent Moon: The Muslim International and Black Freedom Beyond America oleh Sohail Daulatzai

Buku Sohail Daulatzai 2012 adalah pelengkap yang sempurna untuk The Autobiography of Malcolm X. Salah satu pengaruh paling signifikan Malcolm X terhadap Islam Amerika adalah rangkulannya terhadap internasionalisme Kulit Hitam, yang dibangun di atas karya aktivis Audley Moore, Shirley Graham DuBois, dan Louis Little.

Black Star, Crescent Moon menggunakan Malcolm X sebagai salah satu kendaraan utamanya untuk memeriksa sejarah budaya dan politik radikalisme Hitam, Islam Hitam, dan Dunia Ketiga Muslim di era pasca-PD II.

Daulatzai menyoroti bagaimana kaum radikal kulit hitam mengaitkan identitas, seni, dan aktivisme mereka dengan gerakan pembebasan di Afrika dan Asia karena mereka berbagi perjuangan dan tujuan yang sama.

 

 

4. Being Muslim: A Cultural History of Women of Color in American Islam oleh Sylvia Chan-Malik

Satu-satunya kekurangan dari buku Daulatzai adalah kurangnya perhatian yang diberikan kepada wanita Muslim kulit hitam dan kontribusi intelektual mereka. Namun buku ini, oleh Sylvia Chan-Malik, memberikan koreksi yang sangat dibutuhkan.

Buku Chan-Malik memberikan pengingat penting untuk tidak mengabaikan aktivisme wanita Muslim dan mungkin muncul di tempat yang tidak biasa, termasuk foto, puisi, dan dokumenter.

Being Muslim (2018) mengeksplorasi bagaimana wanita Muslim kulit berwarna di abad ke-20 dan ke-21 telah memainkan peran penting dalam membangun praktik dan identitas Muslim, serta membentuk cara pandang ras dan gender di AS.

Mengambil pendekatan kronologis, buku ini dimulai dengan Gerakan Muslim Ahmadiyah di tahun 1920-an, sebuah sekte minoritas yang menganggap pendiri mereka sebagai seorang nabi. Kemudian diakhiri dengan diskusi tentang feminisme Muslim kontemporer di AS.

 

5. Muslim Cool: Race, Religion and Hip Hop in the United States oleh Su'ad Abdul Khabeer

Meskipun Muslim Cool (2016) bukan buku sejarah, namun tetap penting karena memberikan diskusi ekstensif tentang konstruksi ras dalam komunitas Muslim di AS.

Su'ad Abdul Khabeer memperkenalkan istilah, 'Muslim cool'. Dia mendefinisikannya sebagai cara berpikir dan cara menjadi Muslim yang menentang dan menyusun kembali hierarki rasial AS. Hierarki rasial arus utama menempatkan 'whiteness' di atas, sedangkan 'blackness' di bagian bawah, dan semua orang di suatu tempat di antaranya, jika memang ada.

Buku ini menantang pandangan AS sebagai post-rasial atau hanya ada dalam biner Hitam-putih. Ras masih penting.

Abdul Khabeer berpendapat bahwa Blackness adalah inti dari Islam Amerika. Itu membentuk baik individu Muslim dan hubungan antaretnis di antara Muslim. Ini karena pemahaman publik AS tentang Islam pertama kali dibentuk oleh Muslim Hitam, termasuk Nation of Islam, Five Percenters, dan organisasi Black Sunni awal. 

Muslim Cool juga memberikan gambaran yang sangat baik tentang Inner-City Muslim Action Network (IMAN) di Chicago, Illinois. Organisasi nirlaba ini menjadi situs 'Muslim cool' karena komitmennya untuk melakukan kerja anti-rasisme di komunitas lokal.

Ini memberikan model penting untuk pembangunan komunitas lintas ras karena organisasi dan sukarelawannya beragam etnis. Kemudian juga sambil mempertahankan komitmen untuk memerangi anti-Blackness di antara komunitas Muslim dan non-Muslim.

 

 
Berita Terpopuler