Indonesia Ditargetkan Lepas dari Pandemi Covid pada 2022

Indonesia dinilai perlu segera bebas dari Covid agar ekonomi tancap gas.

Humas Bappenas
Menteri Bappenas Suharso Monoarfa saat berkunjung ke sejumlah daerah di Provinsi Sumatea Barat
Rep: Sapto Andika Candra Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pemerintah menargetkan Indonesia bisa sepenuhnya lepas dari pandemi Covid-19 pada 2022 mendatang. Hal ini tentu perlu kerja keras untuk menekan angka penularan hingga hilang sepenuhnya dari Tanah Air. Selain itu, program perlindungan sosial juga harus tetap digelontorkan selama beberapa waktu untuk mendukung konsumsi masyarakat.

"Tahun 2022 diharapkan menjadi tahun pertama Indonesia lepas dari tekanan pandemi dan tahun kunci bagi pemantapan pemulihan ekonomi," ujar Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Suharso Monoarfa dalam Musrenbangnas 2021, Selasa (5/5).

Indonesia memang perlu segera bebas dari pandemi agar ekonominya bisa kembali tancap gas. Suharso menyampaikan, Indonesia harus mampu mencatatkan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 6 persen per tahun untuk bisa menyandang status sebagai negara maju.

Baca Juga

Kinerja ekonomi yang bertahan di angka 6 persen setiap tahun juga menjadi kendaraan bagi Indonesia bebas dari middle income trap sebelum 2045. "Tantangan Indonesia tidak saja pemulihan ekonomi nasional namun juga transformasi ekonomi dalam jangka menengah dan panjang," kata Suharso.

Indonesia sebenarnya telah mencapai status upper middle income country alias negara berpendapatan menengah atas pada 2019. Sayangnya, pada 2020 pandemi Covid-19 melanda. Indonesia pun perlu segera bangkit untuk mengejar ketertinggalan dan keluar dari jebakan pendapatan menengah pada 2036.

Pertumbuhan ekonomi nasional masih minus sampai kuartal IV 2020 lalu dan diprediksi masih tetap minus pada kuartal I 2021 ini. Namun, kondisinya diyakini mulai berbalik pada kuartal II yang ditargetkan PDB bisa tumbuh 7 persen.

Sampai Mei 2021 ini, mulai terlihat adanya pemulihan ekonomi. Presiden Jokowi sempat menjabarkan perbaikan kinerja ekonomi nasional yang bisa dilihat dari sejumlah parameter. Pertama, perbaikan indeks manajer pembelian (PMI/Purchasing Manager Index) yang saat ini sudah berada di posisi 53,2. Angka ini justru lebih baik ketimbang PMI pada periode sebelum pandemi, yakni 51.
"Sekarang justru sudah di atas kenormalan sebelum pandemi," ujar Jokowi, April lalu.

Perbaikan ekonomi juga terlihat pada kenaikan konsumsi listrik baik di sektor industri, rumah tangga, hingga pemerintahan. Pemerintah mencatat, konsumsi listrik mengalami kenaikan 3,3 persen. Parameter lainnya, impor barang modal sudah naik 33,7 persen dibanding periode awal pandemi melanda.

"Kemudian indeks keyakinan konsumen juga naik yang sebelumnya 84,9-85,8 ini sudah 93. Ini juga patut kita syukuri, artinya kita harus optimis," kata presiden.

Selain itu, indeks penjualan ritel/riil (IPR) nasional sudah berada di level 182,3. Angka ini, ujar Jokowi, menunjukkan sudah ada kenaikan permintaan oleh masyarakat. Dengan begitu, aktivitas belanja meningkat dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

 
Berita Terpopuler