Ilmuwan UEA Pelajari Kekebalan Unta Terhadap Covid-19

Penelitian ini dipercaya memberi jawaban penting tentang cara menangani pandemi.

Pixabay
Ilmuwan UEA Pelajari Kekebalan Unta Terhadap Covid-19
Rep: Alkhaledi Kurnialam Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Seorang ilmuwan Uni Emirat Arab (UEA) memelopori penelitian untuk melihat bagaimana unta bisa kebal terhadap virus Covid-19. Penelitian ini dipercaya dapat memberikan jawaban penting tentang cara menangani pandemi global dan merawat pasien yang terinfeksi nantinya.

Baca Juga

Dilansir di Al Arabiya, Senin (3/5), seorang ahli mikrobiologi veteriner di Dubai sekaligus Kepala Laboratorium Penelitian Hewan Pusat UEA Ulrich Wernery dan timnya menyuntikkan sampel mati virus Covid-19 ke unta. Percobaan ini untuk memeriksa antibodi yang diproduksi oleh hewan gurun tersebut. 

Padahal sebelumnya unta dikenal sebagai penyebab sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS), pendahulu Covid-19 yang diketahui menyebabkan penyakit pernapasan akut, masalah pencernaan, gagal ginjal hingga kematian. Penelitian terbaru bahkan menunjukkan unta juga sebenarnya kebal terhadap virus corona baru.

Kekebalan ini terjadi karena unta tidak memiliki reseptor virus, sebuah sel inang yang dikenali oleh virus sebagai pintu gerbang untuk masuk ke dalam sel. Sementara hal ini dimiliki manusia dan hewan lain yang membuat mereka rentan terhadap Covid-19.

Baca juga : Investasi Bioteknologi Kuba Lahirkan Vaksin Covid-19

“MERS-CoV, [unta] bisa berlabuh tapi tidak sakit. Dengan Covid-19, virus tidak dapat menempel pada sel mukosa unta di saluran pernapasan karena reseptornya tidak ada atau tumpul,” ujarnya.

 

“Ini membuat semuanya sangat menarik. Selain manusia, cerpelai dan kucing kecil dan besar, seperti harimau dan singa bisa tertular Covid-19. Dan dapat menularkan virus ke kucing lain atau ke manusia dan sebaliknya. Tapi tidak terjadi pada unta," tambahnya.

Covid-19 telah ditemukan di antara beberapa hewan. Gorila di Kebun Binatang San Diego adalah primata non-manusia pertama yang dites positif terkena virus corona.

Seekor kucing di Surrey, Inggris Raya, menjadi hewan pertama di Inggris yang dites positif. Seekor harimau di Kebun Binatang Bronx adalah hewan pertama di AS yang dites positif. 

Kucing besar lainnya dinyatakan positif, termasuk empat singa di Kebun Binatang Barcelona. Seekor macan tutul salju di Kebun Binatang Kentucky juga dinyatakan positif terkena virus.

Strain mutan virus juga ditemukan di cerpelai Denmark yang menyebabkan 17 juta hewan itu dimusnahkan. German Shepard adalah anjing pertama di AS yang dikonfirmasi dengan Covid-19 yang dikonfirmasi.

 

Namun, para ilmuwan dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan risiko hewan menyebarkan Covid-19 ke manusia tergolong rendah. Meski sumber pasti Covid-19 tidak diketahui, para ilmuwan WHO yakin kemungkinan itu berasal dari kelelawar.

Wernery mengatakan kepada Al Arabiya dia berharap studi penting yang dilakukannya dapat memberikan jawaban lebih lanjut tentang Covid-19 dan berpotensi memberikan opsi pengobatan alternatif. "Kami telah mengimunisasi unta kami dengan virus Covid-19 yang mati untuk menghasilkan antibodi dan kami menggunakan darah ini untuk membuat tes yang lebih baik untuk diagnosis Covid-19,” jelasnya.

“Kami berharap suatu hari nanti kami dapat menggunakan darah antibodi dari unta untuk mengobati manusia melawan infeksi Covid-19,” tambahnya.

Sampai saat ini, vaksin yang bekerja mengenali dan melawan virus dan bakteri yang menjadi targetnya -adalah satu-satunya bentuk pengobatan yang diakui oleh WHO. Setidaknya tujuh vaksin berbeda telah diluncurkan di negara-negara di seluruh dunia.

 

Pada saat yang sama, lebih dari 200 kandidat vaksin tambahan sedang dikembangkan. Hingga kini, ada lebih dari 150 juta orang di seluruh dunia dinyatakan positif Covid-19 sejak merebaknya pandemi.

 
Berita Terpopuler