Vaksin Malaria Terbaru Miliki Efektivitas 77 Persen

Memproduksi vaksin malaria sangat sulit karena genom yang mengandung ribuan gen.

AP
Nyamuk adalah salah satu penyebar penyakit malaria (ilustrasi).
Rep: Puti Almas Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — Vaksin malaria yang dikembangkan oleh peneliti di Jenner Institute Universitas Oxford memiliki tingkat kemanjuran hingga 77 persen dalam uji klinis diantara anak-anak di Burkina Faso.

Studi yang dilakukan dan dirilis pada 20 April lalu, menunjukkan kemanjuran tertinggi dari berbagai jenis vaksin yang sudah dicoba untuk malaria. Meski demikian, beberapa  peneliti telah memperingatkan bahwa lebih banyak data diperlukan sebelum menarik kesimpulan yang pasti tentang seberapa baik efektivitasnya.

“Hasil studi ini adalah berita yang sangat positif,” ujar Pedro Alonso, direktur Program Malaria Global Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dilansir The Scientist, Selasa (27/4).

Uji klinis yang dilakukan melibatkan 450 anak-anak. Alonso, yang tidak terlibat dalam studi mengatakan penelitian ini menjadi harapan untuk mencegah salah satu penyakit endemik di dunia ini. Setiap tahunnya, malaria dapat mengakibatkan kematian terhadap lebih dari 400.000 orang di seluruh dunia.

Baca Juga

Sebagian besar kematian terjadi di Afrika. Separuh lebih penderitanya secara global adalah anak-anak.

Sebelumnya, upaya mengembangkan vaksin malaria terkendala karena kompleksitas parasit malaria. Genom mengadung ribuan gen, yang menjadi tantangan teknis secara nyata.

“Sebagian besar vaksin tidak berhasil karena sangat sulit secara teknis,” jelas rekan penulis studi sekaligus ahli vaksinologi sekalian direktur Jenner Institute, Adrian Hill.

WHO pernah menetapkan target kemanjuran 75 persen untuk vaksin malaria. Efikasi diukur sebagai penurunan insiden penyakit pada orang yang divaksinasi dibandingkan dengan yang tidak mendapatkannya dalam sebuah percobaan.

Sebelum hasil studi saat ini dirilis, vaksin malaria yang  paling efektif manjur adalah Mosquirix dari GlaxoSmithKline. Vaksin ini menunjukkan tingkat kemanjuran sekitar 56 persen dalam uji coba fase ketiga terhadap anak kecil setelah satu tahun imunisasi. Saat ini vaksin sedang digunakan di beberapa negara sub-Sahara.

Tindak lanjut dengan anak-anak yang diimunisasi menunjukkan bahwa vaksin tersebut mencegah sekitar 39 persen kasus malaria dan 29 persen kasus parah dalam kurun waktu empat tahun setelah imunisasi. Sementara itu, vaksin malaria baru yang dikembangkan Jenner Institute secara struktural disebut mirip dengan Mosquirix.

Vaksin malaria baru terdiri dari protein permukaan hepatitis B.....

Vaksin malaria baru terdiri dari protein permukaan hepatitis B yang berkumpul sendiri menjadi partikel mirip virus dan menghadirkan bagian dari protein malaria. Ini diberikan bersama dengan bahan pembantu yang disebut sebagai Matrix-M, dibuat oleh Novavax, untuk meningkatkan respons kekebalan.  

Anak-anak dalam uji coba saat ini dibagi menjadi tiga kelompok. Dua diantaranya menerima vaksin malaria dan adjuvan dosis tinggi atau rendah. Salah satunya bertindak sebagai kontrol, serta sebagai gantinya menerima vaksin rabies.

Peserta menerima tiga dosis, selang empat minggu, diikuti dengan dosis penguat sekitar satu tahun setelah suntikan ketiga. Kemanjuran vaksin malaria di antara anak-anak yang menerima ajuvan dosis tinggi adalah 77 persen setelah satu tahun masa tindak lanjut. Sedangkan kemanjuran pada anak-anak yang mendapat dosis ajuvan yang lebih rendah adalah 71 persen.

Penulis penelitian, bersama dengan ilmuwan di Novavax dan Serum Institute of India Private Ltd, telah memulai perekrutan untuk uji coba vaksin malaria tahap ketiga, yang akan mencakup 4.800 anak di empat negara Afrika. Maiga  berharap uji coba tersebut akan mengkonfirmasi temuan yang menarik ini dan bahwa vaksin dapat berdampak nyata pada penyakit yang dibawa oleh nyamuk tersebut, yang mempengaruhi jutaan anak setiap tahun.

 
Berita Terpopuler