Optimalisasi Gula Kelapa Bisa Penuhi Kebutuhan Gula Nasional

Meningkatnya pertumbuhan usaha gula memberikan nilai tambah sosial bagi lingkungan.

Republika/ Wihdan
Wisata Produksi Gula Jawa. Pak Darma mendemostrasikan cara membuar gula jawa dari nira kelapa di Magelang, Jawa Tengah, Senin (28/10/2019).
Red: Karta Raharja Ucu

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: MW Widodo

Dewasa ini, di berbagai wilayah di Indonesia banyak dikenal dengan minuman segar dari kelapa muda. Hal ini merupakan salah satu produk yang di manfaatkan sebagian masyarakat untuk mendapatkan produk kelapa yang beralih fungsi dari minyak kelapa menjadi minuman segar dari kelapa muda (sebagai es degan).

Bukan hanya rasa segar yang dinikmati oleh sejumlah warga, tetapi dengan penjualan es degan tersebut masyarakat memperoleh nilai tambah hasil usaha produk kelapa (sebagai pengganti penjualan kelapa tua untuk minyak atau santan sebagai pelengkap bumbu masak). Berikut disampaikan sejumlah informasi kepada masyarakat manfaat pohon kelapa beserta hasilnya.

Pohon kelapa yang dikenal oleh sejumlah besar masyarakat di Indonesia bukanlah tanaman asli Indonesia. Pohon kelapa yang dikenal sebagai Coccos nucifera (Linn.) atau pohon nyiur sangat mudah ditemui di seluruh hamparan pantai di Indonesia, merupakan suatu rakhmat dan hidayah tersendiri dari Allah swt bagi penduduk di sekitar pantai. Mengapa hal ini disampaikan, karena pembibitan tanaman kelapa sangat mudah dan bisa tumbuh di berbagai jenis tanah (jenis tanah mediteran, litosol atau pun andosol) serta tidak membutuhkan perawatan secara khusus.

Pekerja mengaduk adonan gelamai di dapur Erina, Kota Payakumbuh, Sumatra Barat, Kamis (25/2/2021). (ANTARA/Iggoy el Fitra)


Kelapa adalah salah satu jenis tanaman serba guna dan memiliki nilai ekonomis tinggi. Seluruh bagian pohon kelapa dapat memberikan manfaat bagi manusia mulai dari akar hingga bagian daun dan tentunya buahnya. Berikut beberapa pemanfaat pohon kelapa oleh manusia:

1. Bagian akar: Bisa dijadikan sebagai bahan baku pembuatan zat pewarna yang sehat
2. Bagian Batang: Dimanfaatkan sebagai bahan baku perabotan rumah, mebel, sebagai kayu, ataupun kayu bakar.
3. Bagian daun: Daun kelapa dapat digunakan sebagai bahan pembungkus ataupun dianyam untuk dijadikan atap rumah, sedangkan lidinya biasa digunakan untuk membuat sapu.
4. Bagian bunga: menghasilkan cairan yang dikenal dengan nama air nira yang memiliki rasa manis, bisa dijadikan sebagai bahan baku pembuatan gula ataupun sebagai minuman.
5. Bagian buah: Bagian ini terdiri dari kulit (sabut), batok, daging kelapa dan air kelapa. Kulit buah (sabut kelapa) sering digunakan sebagai bahan baku pembuatan keset. Batok kelapa bisa dijadikan arang, buah kelapa untuk konsumsi atau diolah untuk dijadikan minyak kelapa, terakhir air kelapa sebagai penghilang dahaga dan juga bermanfaat sebagai tanaman obat untuk meningkatkan kesehatan tubuh.

Pada tahun 2016–2020 total produksi gula Indonesia mengalami fluktuatif yang diikuti dengan naiknya tingkat konsumsi gula masyarakat, tetapi hal ini diimbangi dengan manajemen stok yang dilakukan pemerintah dan mitra usaha. Total konsumsi gula Indonesia mengalami kenaikan setiap tahunnya.

Kebutuhan gula nasional yang terus meningkat tersebut telah menyebabkan terjadinya defisit produksi setiap tahunnya, sehingga harus dipenuhi oleh impor. Kenaikan impor yang terus meningkat, memberikan dampak terhadap penggunaan devisa negara yang juga terus meningkat pula.

Secara sepintas, gula merupakan benda konsumsi yang tidak dapat ditinggalkan semua warga negara di Indonesia, khususnya bahkan seluruh warga di atas dunia secara umum. Di lain pihak sejumlah pertimbangan perlu diperhatikan. Alasannya gula sudah bisa dimasukan atau dikategorikan ke dalam komoditi politik yang dapat menentukan arah kebijakan negara di masa mendatang.

Wisata Produksi Gula Jawa. - (Republika/ Wihdan)


Bagaimana bentuk dan risiko yang dapat berlangsung dengan kian meningkatnya kebutuhan komoditi tersebut? Berikut diuraikan secara sepintas:

Seiring dengan bertambahnya tahun, ternyata kebutuhan gula cenderung meningkat dengan tajam. Pihak pemerintah telah berupaya memenuhi kekurangan terhadap kebutuhan gula dengan cara mendatangkan/impor gula yang terus meningkat. Di samping itu diupayakan adanya program TRI (tebu Rakyat intensifikasi), antara lain dengan mengupayakan perluasan tanaman tebu di lahan sawah lahan tegal dengan menggunakan bibit unggul.

Dengan meningkatnya penggunaan devisa negara (hasil dari penjualan eksport), maka pemerintah akan mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas pembangunan secara menyeluruh. Sebagai akibat meningkatnya kebutuhan gula tersebut, maka memiliki kebijakan yang sangat merugikan, merupakan “efek karambol” untuk menyediakan dana sebagai sumber dana. Dengan kata lain sumber dana yang semakin tipis memaksa pemerintah melakukan kebijakan yang “terpaksa” dengan meningkatkan utang kepada lembaga keuangan internasional lainnya.

Risiko yang berlangsung adanya peningkatan konsumsi gula, ternyata bukan hanya berpengaruh terhadap meningkatnya utang negara kepada pihak keuangan internasional saja. Ternyata masalahnya sangat komplek.

Rangkaian kebutuhan gula yang diperlukan masyarakat, sehingga berkembang menjadi impor yang membutuhkan/menggunakan devisa negara untuk melakukan impor gula dari berbagai sumber di luar negeri. Sebagai akibat meningkatnya impor dan menggunakan devisa negara (mungkin dengan cara utang/pinjaman berjangka pendek yang lunak).

Pemerintah telah berupaya dengan memperluas areal lahan penanaman tebu sebagai penghasil utama eula yang cepat dan menarik. Sehingga berdampak antara lain adanya sejumlah perubahan pengelolaan lahan sawah menjadi tanaman tebu rakyat (TRI [Tebu Rakyat Intensifikasi]).

Dengan tanaman tebu tersebut, petani yang semula mengolah lahan sawah sebagai lahan tanaman padi berubah bentuk menjadi tanaman tebu. Di samping adanya penemuan bibit tebu yang semakin unggul rendemennya (ukuran kandungan gula yang tinggi) serta mampu tumbuh di lahan kering (=tegalan), ternyata masih harus tetap melakukan impor gula dari luar negeri.

Wisata Produksi Gula Jawa. (Republika/ Wihdan)


Kebesaran Allah SWT, lahan sepanjang pantai di beragam kepulauan di Indonesia, ditumbuhi dengan tanaman pohon kelapa. Inilah sasaran yang sekarang ini masih belum digarap oleh pemerintah secara intensip.

Tentunya upaya ini layak dikerjakan secara saksama. Agar produksi serta kelangsungan usaha bisa berjalan dengan baik. Tanpa adanya penghargaan serta pelayanan yang prima, akan berlangsung suatu kegagalan yang kurang menguntungkan manfaatnya bagi semua pihak.

Upaya ini tentu perlu dilakukan pengkajian dalam pola-pola yang bersifat sistematik. Misalnya ada pembibitan jenis kelapa yang produktif (kelapa genjah), adanya peremajaan yang sistimatik, serta cara pengelolaan produk dan pengolahan air nira kelapa yang bersih dan terjamin bagi para konsumen (perlu ada kewajiban mengikuti petunjuk HACCP = Hazard Analysis and Critical Control Points atau dalam bahasa Indonesianya Analisis Bahaya Pengendalian Titik Kritis). Mengapa perlu dipersiapkan adanya proses HACCP ini, karena produk yang dihasilkan berupa pangan yang dikonsumsi oleh masyarakat secara luas. Biasanya sering disederhanakan menjadi CODEX-PANGAN.

Intinya adalah menjaga kesehatan dan keamanan produk makanan bagi manusia. Sebab gula yang dihasilkan akan dikonsumsi mayarakat.

Untuk menanggulangi keberlanjutan produksi gula-kelapa di daerah daerah produsen, maka dengan menggunakan prinsip dasar akan berdampak adanya peningkatan kesejahteraan serta produksi gula kelapa tersebut. Salah satu sudut pandang pengelolaan usaha gula, khususnya gula kelapa, yang dapat dioptimalkan pengelolaan potensi sumber daya Indonesia, adalah mendorong pengelolaan usaha gula, dengan pendekatan pola ekonomi dasar syariah.

Pola ekonomi ini mengutamakan pengelolaan sumber daya secara lebih transparan, adil, terpeliharanya keberlanjutan kualitas dan kuantitas sumber daya. Selain itu meningkatnya pertumbuhan usaha gula memberikan nilai tambah sosial bagi lingkungan di mana usaha gula, gula kelapa khususnya, dikembangkan.

Petani menyelesaikan pembuatan gula merah dari bunga pohon kelapa di desa Ciracap, Sukabumi, Jawa Barat. (Nurul Ramadhan/Antara)


Ada beberapa faktor dasar ekonomi syariah yang kiranya dapat mendorong usaha gula, khususnya gula kelapa bisa menjadi lebih baik, bermanfaat, dan adil bagi masyarakat.

Pertama zakat. Kedua bebas riba. Ketiga bebas maysir. Keempat bebas gharar. Kelima infaq, sodaqoh dan wakaf.

Impor gula selama ini cenderung terus meningkat dan dapat dikurangi atau bahkan dihentikan dengan sejumlah cara. Pertama pemanfaatan sumber daya alam dan manusia sepanjang pantai di berbagai pulau di Indonesia, terutama daerah pantai pulau Jawa yang memiliki kepadatan penduduk kian tinggi. Sebagai konsumen tertinggi.

Kedua pembentukan sejumlah sentra produksi gula kelapa yang potensial, tanpa mengurangi aktivitas masyarakat setempat, serta adanya penerapan HACCP-pangan. Ketiga dapat dianjurkan adanya pembentukan atau wadah yang sesuai dengan kebutuhan setempat, dalam mengelola gula kelapa yang dihasilkan serta proses peremajaannya yang berkesinambungan.

Keempat ada jaminan produksi yang berkelanjutan dengan suatu mekanisma yang sistimatik dan rapi serta keteraturan organisasi. Kelima dukungan penerapan pengelolaan dan pengembangan usaha gula, khususnya gula kelapa, berbasis ekonomi syariah, dapat menjadi salah satu solusi manajemen usaha gula yang lebih transparan, produktif dan mendorong peran serta masyarakat lebih luas serta memberikan nilai tambah dan manfaat kepada lebih banyak masyarakat/tidak sentralistik atau monopoli.

 
Berita Terpopuler