Masker dan Sarung Tangan Sekali Pakai tak Ramah Lingkungan

Masker dan sarung tangan sekali pakai beri kerusakan parah bagi bumi.

www.freepik.com
Masker dan sarung tangan sekali pakai beri kerusakan parah bagi bumi.
Rep: Shelbi Asrianti Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para pemerhati lingkungan menyuarakan peringatan tentang kerusakan parah yang bisa disebabkan oleh masker wajah dan sarung tangan sekali pakai. Semua sampah itu bisa berakhir di laut dan dinilai berpotensi membahayakan hewan dan kehidupan di sana.

Publik diimbau untuk memakai barang-barang sekali pakai secara bertanggung jawab. Jika memungkinkan, memilih masker yang dapat digunakan kembali. Bukan cuma kecemasan semata, efek dari benda buangan itu sudah diulas dalam studi ilmiah.

Studi global yang terbit di Environmental Advances menggunakan masker bedah dalam eksperimen penuaan buatan dan memaparnya dengan air laut. Temuan menunjukkan bahwa satu masker wajah melepaskan sebanyak 173 ribu mikrofiber sehari ke laut.

Gawatnya, masker wajah sekali pakai telah berubah dari alat khusus yang dirancang untuk profesional medis menjadi benda yang banyak dipakai publik untuk mengurangi penyebaran virus. Pada 2020, ada puluhan miliar masker wajah yang diproduksi di seluruh dunia.

Baca Juga

Otomatis, itu menyebabkan peningkatan drastis jumlah limbah. OceanAsia, kelompok lingkungan yang berbasis di Hong Kong, mengatakan sekitar 1,5 miliar sampah masker dibuang ke laut tahun lalu, setara dengan rata-rata 5.460 metrik ton polusi plastik.

Saat ini, sampah APD juga berserakan di jalanan, hutan, dan gurun Uni Emirat Arab. Envinronment Agency, Badan Lingkungan Abu Dhabi, menyebut perkara limbah sebagai masalah global. Publik perlu terus diedukasi terkait pemakaian APD dan limbahnya.

"Kami meminta orang-orang untuk membuang sampah secara bertanggung jawab sehingga tidak mencemari habitat keanekaragaman hayati. Masker yang dibuang dengan tidak benar dapat berbahaya bagi satwa liar," kata pejabat badan tersebut.

Anggota klub mengemudi Offroaders, Pavel Kashirskiy, terkejut menemukan sarung tangan dan masker wajah jauh di padang pasir Januari silam. Sejak itu, masker wajah rutin ditemukan pada acara pembersihan mingguan yang digagas klub tersebut.

Ketua Emirates Environmental Group, Habiba Al Marashi, sepakat bahwa buangan APD berdampak besar pada kelestarian lingkungan. Plastik banyak berakhir di laut, dan dalam kasus UEA, berakhir di gurun. Itu disebutnya tidak baik untuk satwa liar, yang sering memakan plastik kecil.

Selain itu, dalam suhu ekstrem di UEA, plastik dapat dengan cepat mengering, rapuh dan hancur menjadi potongan-potongan kecil dan plastik mikro dalam beberapa hari. Itu menambah polusi plastik mikro yang mengancam seluruh penjuru dunia.

Al Marashi menganjurkan publik untuk tidak memilih masker wajah dan sarung tangan sekali pakai. Dia dan kelompoknya juga terus menginformasikan kepada masyarakat tentang bahaya membuang barang-barang tersebut secara tidak benar. Selama beberapa bulan kampanye pembersihannya, anggota dan relawan dari Emirates Environmental Group secara teratur menemukan APD.

Seringkali barang-barang yang mereka temukan di gurun dibuang selama piknik dan acara keluarga. Orang cenderung sembarangan membuang berbagai benda buatan manusia di gurun, yang tidak pernah mengurai dengan baik di alam liar.

"Semua barang ini seharusnya dibuang dengan benar di tempat sampah tertutup. Sayangnya, karena bobotnya yang ringan, barang ini cenderung tertiup angin. Jika tempat sampah tidak ditutup, cenderung terbang dan menyebar," kata Al Marashi, dikutip dari laman The National, Rabu (21/4).

 
Berita Terpopuler