Iran dan Arab Saudi Dilaporkan Jalin Dialog

Iran dan Arab Saudi tak menjalin hubungan diplomatik selama empat tahun terakhir.

Tehran Times
Bendera Iran
Rep: Kamran Dikarma Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Pejabat senior Arab Saudi dan Iran dilaporkan telah melakukan pembicaraan dengan maksud memperbaiki hubungan bilateral. Kedua negara itu sudah tak menjalin hubungan diplomatik selama empat tahun terakhir.

Baca Juga

Kabar mengenai pembicaraan itu dilaporkan Financial Times pada Ahad (18/4), dengan mengutip sumber para pejabat terkait. Putaran pertama pembicaraan antara Riyadh dan Teheran disebut berlangsung di Baghdad, Irak, pad 9 April lalu.

Salah satu topik yang dibahas adalah perihal kelompok Houthi Yaman. Houthi, yang terafiliasi Iran, diketahui rutin melancarkan serangan ke Saudi dengan menggunakan pesawat nirawak (drone). "Pembicaraan itu positif," kata seorang pejabat yang dikutip Financial Times.

Kendati demikian, Financial Times juga mengutip keterangan pejabat senior Saudi yang membantah adanya pembicaraan dengan Iran. Saluran televisi Lebanon pro-Iran Al Mayadeen dan kantor berita Unews, mengutip sumber Iran, juga menyangkal kabar pembicaraan dengan Riyadh.

Baik Saudi dan Iran belum merilis pernyataan atau keterangan resmi perihal kabar pertemuan tersebut. Seorang pejabat Irak yang dikutip Financial Times mengatakan Baghdad turut memfasilitasi saluran komunikasi Iran dengan Mesir dan Yordania. "Perdana menteri (Irak) sangat ingin secara pribadi memainkan peran dalam mengubah Irak menjadi jembatan antara kekuatan antagonis di kawasan ini," kata pejabat itu.

Menurut dia, Irak memiliki kepentingan untuk memainkan peran tersebut. "Semakin banyak konfrontasi yang Anda lakukan di wilayah ini, semakin banyak mereka bermain di sini, dan pembicaraan ini telah berlangsung," ujarnya.

Irak juga merupakan rumah bagi kelompok milisi kuat yang didukung Iran. Amerika Serikat (AS) pun memiliki pasukan di sana. Faktor-faktor tersebut kerap membuat Irak menjadi medan pertempuran.

Pada 3 Januari 2020, AS membunuh Komandan Pasukan Quds Mayor Jenderal Qassem Soleimani di Bandara Internasional Baghdad. Dia dibunuh saat berada dalam konvoi Popular Mobilization Forces (PMF), pasukan paramiliter Irak yang memiliki kedekatan dengan Iran. Iring-iringan mobil mereka menjadi sasaran tembak pesawat nirawak AS.

Pasca-peristiwa itu, Iran membalas dengan melancarkan serangan misil ke markas tentara AS di Irak. Hal tersebut sempat memicu kekhawatiran pecahnya peperangan. Soleimani merupakan tokoh militer Iran yang memiliki pengaruh besar di kawasan Timur Tengah. Ia dipercaya memimpin Pasukan Quds, sebuah divisi atau sayap dari Garda Revolusi Iran yang bertanggung jawab untuk operasi ekstrateritorial, termasuk kontra-intelijen di kawasan.

Keinginan Menjalin Dialog

 

Pada Februari lalu, Iran mengatakan siap menjalin pembicaraan dengan negara-negara Arab untuk menyelesaikan perselisihan atau perbedaan pendapat di antara mereka. Teheran pun tak mengajukan prasyarat apa pun untuk terlibat dalam dialog seperti itu.

"Iran siap tanpa prasyarat untuk duduk dan berbicara dengan tetangga Arab. Kami ingin hidup berhubungan baik dengan lingkungan kami. Kami ingin memiliki lingkungan yang kuat," kata Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif dalam sebuah wawancara dengan Press TV yang dikelola pemerintah pada 21 Februari lalu.

Dia pun menyinggung kembali tentang normalisasi diplomatik negara-negara Arab dengan Israel. Menurutnya, ketidakpercayaan dan kecemasan terhadap ancaman Iran menjadi salah satu faktor yang mendorong mereka membuka hubungan dengan Tel Aviv.

"Jika mereka yakin dapat membeli keamanan dari (Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu, mereka dapat menjadi tamu saya," kata Zarif menanggapi normalisasi tersebut.

Tahun lalu, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengecam keputusan Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain melakukan normalisasi diplomatik dengan Israel. Dia menyebut langkah itu merupakan pengkhianatan terhadap dunia Arab dan Muslim.

Dengan bantuan AS, Israel juga berhasil membuka hubungan diplomatik dengan Maroko dan Sudan. Sempat beredar kabar bahwa Arab Saudi juga telah membicarakan tentang prospek normalisasi diplomatik dengan Israel. Namun, Riyadh membantah hal tersebut.

 
Berita Terpopuler