Rusia Berharap tak Ada Lagi Militer Lanjutan di Afghanistan

AS akan menarik pasukannya dari Afghanistan pada 11 September mendatang.

Reuters/Ahmad Masood
Pasukan NATO berjalan di depan kendaraan militer NATO yang hancur akibat bom bunuh diri di Kabul, Afghanistan, Ahad (11/10).
Rep: Lintar Satria Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Kementerian Luar Negeri Rusia mendesak berbagai pihak di Afghanistan menghindari ketegangan militer setelah Amerika Serikat (AS) mengumumkan tanggal penarikan pasukannya negara itu. Presiden AS Joe Biden mengatakan akan menarik pasukan AS pada 11 September mendatang.

Baca Juga

"Kami tidak ingin melihat perkembangan militer lebih lanjut di Afghanistan," kata Utusan Khusus Presiden Rusia untuk Afghanistan Zamir Kabulov pada Sputnik News, Kamis (15/4).

Pada Rabu (14/4) kemarin, Taliban mengatakan dari sudut pandangan mereka, penarikan pasukan harus dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati. Pemerintahan mantan Presiden AS Donald Trump berjanji akan menarik pasukan AS dari Afghanistan pada 1 Mei mendatang.

"Sekarang rekan-rekan AS harus menyelesaikan isu ini dengan gerakan Taliban, yang telah menandatangani kesepakatan dengan Washington, kesepakatan harus dipenuhi," kata Kabulov menanggapi pengumuman Biden.  

Biden ingin menarik pasukan AS tepat 20 tahun peristiwa 11 September 2001 yang mendorong Negeri Paman Sam melancarkan invasi ke Afghanistan. Ketika pemerintah mantan Presiden George W. Bush memerangi Al-Qaeda.

Presiden Biden mengatakan AS tidak akan meninggalkan Afghanistan dengan tergesa-gesa tapi dengan bertanggung jawab dan mengkoordinasikannya dengan sekutu-sekutunya. Sementara itu, Taliban mendesak AS mengikuti kesepakatan Trump. 

 
Berita Terpopuler