Sejarah Islam di Amerika yang Terlupakan

Sejarah awal Muslim di Amerika yang terlupakan

wikipedia
Sekelompok imigran, sebagian besar mengenakan bulu halus, mengelilingi kapal besar yang dihiasi dengan simbol bintang dan bulan sabit Islam dan Turki Ottoman (1902–1913)
Rep: Umar Mukhtar Red: Muhammad Subarkah

IHRAM.CO.ID, -- Pada musim panas tahun 1863, surat kabar di Carolina Utara mengumumkan meninggalnya seorang Afrika terpandang yang disebut secara paternalistik, sebagai Paman Moreau.

Dia adalah Omar bin Said, seorang Muslim yang lahir pada tahun 1770 di Senegal dan pada saat kematiannya, dia telah diperbudak selama 56 tahun.

Muslim biasanya dianggap sebagai imigran abad ke-20 di AS. Namun selama lebih dari tiga abad, Muslim Afrika seperti Omar sudah dikenal. Mereka dibesarkan di Senegal, Mali, Guinea, Sierra Leone, Ghana, Benin, dan Nigeria di mana Islam dikenal sejak abad ke-8 dan menyebar di awal tahun 1000-an.

Setidaknya 900 ribu dari 12,5 juta orang Afrika dibawa ke Amerika. Di antara 400 ribu orang Afrika yang menghabiskan hidup mereka diperbudak di Amerika Serikat, dan puluhan ribunya adalah Muslim. Meskipun mereka adalah minoritas di antara populasi yang diperbudak, Muslim diakui tidak seperti komunitas lain.

Keterangan foto: Omar ibn Said, lahir di Senegal pada 1770, berpegang pada praktik Islam sementara diperbudak selama beberapa dekade di AS

Pemilik budak, pelancong, jurnalis, cendekiawan, diplomat, penulis, pendeta, dan misionaris pun sampai menulis tentang kehidupan mereka karena mengenal beberapa Muslim AS di masa awal.

Para penulis itu di antaranya Pendiri Georgia James Oglethorpe, Presiden Thomas Jefferson dan John Quincy Adams, Menteri Luar Negeri Henry Clay, penulis lagu kebangsaan AS Francis Scott Key, dan juru potret dari Founding Fathers Charles W Peale.

 

Sebagian dari daya tarik Muslim adalah ketaatan mereka yang istiqamah. Shalat adalah salah satu dari manifestasi iman yang terlihat dan tercatat.

Dalam otobiografinya tahun 1837, Charles Ball, yang melarikan diri dari perbudakan, menceritakan dengan sangat rinci kisah tentang seorang pria yang shalat dengan suara keras lima kali sehari dalam bahasa yang tidak dimengerti orang lain.

Ball menambahkan, "Saya mengenal beberapa, yang pasti, dari apa yang telah saya pelajari, Mohamedans; meskipun pada saat itu, saya tidak pernah belajar tentang agama Muhammad."

Keterangan foto: Imigran dari Afrika yang didatangkan ke Amerika Serikat sebagai budak sebagian besar adalah Muslim.

Charles Spalding Willy menceritakan tentang Bilali asal Guinea, yang diperbudak oleh kakeknya di Pulau Sapelo, Georgia. "Tiga kali setiap hari dia menghadap ke Timur dan berseru kepada Allah," cerita Willy.

Cerita lain datang dari Charles Willson Peale, yang menggambarkan sosok Yarrow Mamout, seorang Muslim yang sangat dikenal saat itu. Mamout datang ke AS dari Guinea pada tahun 1752. Saat itu umurnya masih 16 tahun. Setelah 44 tahun mengalami perbudakan, dia dibebaskan dan membeli rumah di Washington.

"Mamout adalah seperti selebriti yang sering terlihat dan terdengar di jalan-jalan menyanyikan yang memuji Tuhan dan bercakap-cakap dengannya," kata artis terkenal Charles Willson Peale.

Selama hidupnya, Yarrow Mamout mengatakan kepada orang-orang, "Tidak baik makan Hog dan minum wiski sangat buruk."

Pada tahun 1930-an, pria dan wanita yang dulunya diperbudak di Georgia menggambarkan bagaimana kerabat mereka dan orang lain shalat beberapa kali sehari. Mereka berlutut di atas tikar, membungkuk, dan mengucapkan kata-kata aneh.

Sulit membayangkan juga, bagaimana orang-orang yang berada dalam kemiskinan parah dapat memberi sedekah. Amalan sedekah ini terbukti paling tersebar luas dan bertahan dari semua praktik keagamaan Muslim.

Di Kepulauan Laut, para wanita meninggalkan jejak mereka pada tradisi ini. Pada tahun 1930-an, keturunan mereka teringat akan kue beras yang diberikan ibu mereka kepada anak-anak. Ada kata untuk itu: Saraka, diikuti setelah berbagi dengan "Ameen, Ameen, Ameen."

Kue beras adalah amalan yang masih ditawarkan oleh wanita Muslim Afrika Barat pada hari Jumat. Kue itu tidak disebut saraka, tetapi tindakan memberi yaitu sadaqa (sedekah), persembahan sukarela. Kata itulah yang diucapkan saat para wanita memberikannya. Bahkan non-Muslim di seluruh Karibia hingga hari ini masih memberi sedekah dan tidak menyadari asal-usul Islamnya.

Selain itu, ada lagi cerita tentang puasa yang dilakukan Muslim Amerika yang menjadi budak saat itu. Tentu sangat sulit berpuasa bagi para budak Muslim karena mereka harus banyak bekerja dan sebetulnya mereka pun kurang makan. Namun, Bilali dan keluarga besar, seperti yang diceritakan Willy, biasa berpuasa di bulan Ramadhan.

Begitu pun temannya, Salih Bilali. Dia diambil dari Mali ketika berusia sekitar 14 tahun. Dan 60 tahun kemudian dia masih seorang Muslim yang taat.

"Dia pantang minuman keras, dan menjalankan berbagai puasa, terutama puasa Ramadhan," kata James Hamilton Couper, pemilik Salih Bilali kala itu.

Di Mississippi, putra seorang pangeran mengakui, sulit mematuhi aturan-aturan tentang puasa ini karena pemilik budak menyediakan makanan.

"Dalam hal penyesalan yang pahit, bahwa situasinya sebagai budak di Amerika, menghalangi dia (budak Muslim) untuk mematuhi perintah agamanya. Dia harus makan daging babi tetapi menyangkal pernah mencicipi segala jenis minuman beralkohol," kata putra pangeran itu.

Di Carolina Selatan, seorang pria yang hanya dikenal sebagai Nero lebih beruntung, dia mengambil jatahnya dengan daging sapi. Dengan berpuasa dan menolak makanan tertentu, Muslim tidak hanya tetap setia pada agama mereka, mereka juga menegaskan suatu tingkat kendali atas hidup mereka.

Sumber: https://www.aljazeera.com/features/2021/2/10/muslims-in-america-always-there

 
Berita Terpopuler