Studi: Puasa Aman Dilakukan Selama Pandemi Covid-19

Banyak komunitas Muslim terkena dampak pandemi secara tidak proporsional.

Anadolu/Isabel Infantes
Studi: Puasa Aman Dilakukan Selama Pandemi Covid-19. Satu keluarga Muslim menikmati jamuan buka puasa selama bulan suci Ramadhan di London timur, Inggris pada 7 Mei 2020.
Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi yang dipublikasikan di Journal of Global Health, Inggris mengungkapkan puasa aman dilakukan meski selama pandemi Covid-19. 

Baca Juga

Ada lebih dari tiga juta Muslim di Inggris. Jumlah itu sekitar lima persen dari populasi. Sebagian besar berasal dari Asia Selatan.

Banyak komunitas Muslim terkena dampak pandemi secara tidak proporsional bersama dengan kelompok minoritas lainnya. "Temuan kami menunjukkan  praktik yang terkait dengan Ramadhan tidak memiliki efek merugikan pada kematian akibat Covid-19," kata laporan itu dikutip dari Aljazirah.

Ada banyak komentar yang menunjukkan perilaku dan praktik budaya komunitas minoritas menjelaskan peningkatan keterpaparan mereka terhadap pandemi. Hal itu mengacu pada saran dari beberapa komentator Inggris tahun lalu bahwa mungkin ada lonjakan infeksi selama Ramadhan.

Klaim ini tidak berdasarkan bukti. Sebaliknya, mereka adalah gangguan yang tidak membantu dari ketidaksetaraan dalam faktor penentu sosial kesehatan. Ketidaksetaraan itu dalam kondisi hidup dan kerja, yang telah menjadi pendorong utama ketidaksetaraan kesehatan untuk semua kelompok yang kurang beruntung secara sosial sebelum dan juga selama pandemi Covid-19.

Dasar puasa Ramadhan (ilustrasi) - (republika)

 

Studi yang dipublikasikan pada Kamis (1/4) tersebut mengungkap puasa tidak memiliki efek merugikan. Laporan itu didasarkan pada analisis komparatif tingkat kematian Covid-19 selama Ramadhan tahun lalu yang dimulai pada 23 April 2020, tak lama setelah gelombang pertama pandemi memuncak di Inggris.

Perayaan biasa dan sholat berjamaah di masjid dibatalkan selama bulan itu, sejalan dengan lockdown nasional. Para peneliti menganalisis tingkat kematian di puluhan wilayah otoritas lokal di Inggris di mana populasi Muslim setidaknya 20 persen.

Mereka menemukan kematian terus menurun di daerah-daerah tersebut selama periode Ramadhan. Tren ini berlanjut setelah Ramadhan menunjukkan tidak ada efek merugikan yang tertinggal dari puasa di wilayah Muslim.

Salman Waqar, yang ikut menulis penelitian tersebut, mengatakan kepada Aljazirah temuan tersebut menunjukkan Ramadhan tidak memiliki efek merugikan pada hasil Covid-19. Dia mengindikasikan data tersebut juga bertentangan dengan komentar dari beberapa politisi dan komentator lain bahwa komunitas tertentu, khususnya, Muslim bertanggung jawab atas peningkatan kasus tahun lalu.

Aljazirah menghubungi Departemen Kesehatan dan Perawatan Sosial (DHSC) Inggris untuk mengomentari laporan tersebut. Sebagai tanggapan, juru bicara pemerintah tidak menanggapi temuan laporan tersebut secara langsung tetapi malah mengatakan ada bukti jelas Covid-19 telah berdampak secara tidak proporsional pada kelompok tertentu.

 
Berita Terpopuler