Hidroponik Model Ketahanan Pangan Rumah Tangga

Bercocok tanam tidak melulu dari pola konvensional yang membutuhkan lahan yang luas.

Republika/Thoudy Badai
Pengurus Masjid Baitussalam Yono (45) merawat tanaman di atap Masjid Baitussalam, Jalan Kesejahteraan, Jakarta Barat, Senin (15/3). Masjid Baitussalam ini mengembangkan tanaman hidroponik berbagai macam jenis sayuran untuk dijual kepada warga sekitar guna menambah pendapatan kas untuk biaya operasional masjid. Republika/Thoudy Badai
Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah pandemi COVID-19 yang tak kunjung reda, ternyata kegiatan pertanian malah naik daun. Bagi masyarakat di pedesaan, pertanian memang bukan kegiatan yang asing.Bagaimana dengan masyarakat kota?

Baca Juga

Ternyata pertanian kota (urban farming) pun bisa dilakukan.Pertanian kota kini menjadi gaya hidup masyarakat perkotaan di tengah pandemi COVID-19. Dan banyak orang yang menjadikan kegiatan bercocok tanam menjadi hiburan sekaligus hobi, bahkan bisnis.

Bercocok tanam tidak melulu dari pola konvensional yang membutuhkan lahan yang luas. Akan tetapi, dapat juga adaptif dengan kehidupan masyarakat perkotaan.

Salah satu penerapan pertanian urban yang dapat dilakukan pada pekarangan rumah, yakni hidroponik. Sistem tanaman hidroponik adalah salah satu cara bertanam menggunakan media air.

 

Lantaran tanpa tanah tentu saja formulasi nutrisi cair yang dipilih harus terjamin. Air harus mengandung campuran hara atau nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman.Tanaman yang biasanya ditanam secara hidroponik adalah tanaman hortikultura berupa sayur-sayuran dan buah-buahan.

Cara bertanam hidroponik salah satunya bisa dengan memanfaatkan pipa air. Untuk menjamin sirkulasi nutrisi, dalam rangkaian pipa air disiapkan alat pompa dengan kapasitas tertentu.Selain nutrisi, hal yang perlu diperhatikan dalam membuat hidroponik adalah suhu dan intensitas cahaya.

Pemerhati horti, Ani Andayani mengatakan bahwa tren pertanian urban apabila terus dikembangkan setidaknya dapat mencukupi kebutuhan pangan secara mandiri skala rumah tangga.

"Di tengah pandemi ini, sayur sehat akan membantu urusan keluarga," ujar Ani yang sempat menjabat Staf Ahli Menteri Pertanian bidang Infrastruktur Pertanian pada periode 2015 - 2018 itu.

Ia pun memanfaatkan rooftop atau bagian lantai atas rumah sebagai lahan bertanam untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga yang berkualitas.

"Apabila dipahami secara benar mengerjakan hidroponik di rumah sendiri ibu-ibu pun bisa, ini merupakan cikal belakang ketahanan pangan rumah tangga," ujar Ani.

Lulusan S2 dan S3 Jepang bidang ilmu Plant Nutrition Specialist itu pun sudah memanen beberapa kali tanaman sayuran sejak September 2020, mulai dari sawi, tomat, cabai, hingga baby buncis.

Ia mengaku, semua hasil panen dikonsumsi untuk keluarga sendiri, namun kalau berlebih dibagikan ke tetangga dan oleh-oleh bagi teman yang datang.Pada dasarnya, nutrisi hidroponik merupakan zat-zat yang dibutuhkan oleh tanaman hidroponik agar dapat tumbuh dengan baik dengan menambahkan unsur hara.Normalnya, unsur hara seperti nitrogen bisa didapat dari tanah.

Namun karena media tanam tumbuhan hidroponik tidak menggunakan tanah, maka diperlukan nutrisi khusus."Saat ini tidak sulit mencari hara, itu membuat saya happy, hara yang dibutuhkan untuk hidroponik itu sudah available di dalam negeri," kata Ani yang kini bermukim di Yogyakarta.

Beberapa zat penting yang perlu dimiliki nutrisi hidroponik selain nitrogen adalah fosfat, kalium, kalsium, sulfur, hingga magnesium.Salah satu kemudahan dari berkebun hidroponik adalah segala parameter untuk budi daya tanaman lebih mudah dikelola dan dikendalikan.

"Kalau tanah harus dianalisis dulu tanahnya, kandungan hara yang tersedia apa saja kemudian memberikan kandungan sesuai dengan kebutuhan tanaman," paparnya.

 

 
Berita Terpopuler