Ini Empat Pesan Ketum Muhammadiyah ke AHY

Pancasila sebagai political behavior harus menjadi pola perilaku politik.

Antara/Andreas Fitri Atmoko
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyampaikan keterangan kepada wartawan saat berkunjung di Kantor PP Muhammadiyah, Yogyakarta, Sabtu (3/4/2021). Pertemuan tertutup AHY dengan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir tersebut membahas sejumlah permasalahan seperti kerukunan umat beragama dan penerapan Pancasila sebagai landasan bangsa.
Rep: Wahyu Suryana Red: Agus Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir, menerima silaturahim Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono. Pertemuan disebut ajang diskusi kebangsaan dan kenegaraan yang sudah lama diagendakan.

Baca Juga

Pada kesempatan itu, Haedar berpesan tentang kondisi bangsa ini. Yang mana, kehidupan kebangsaan masih dalam koridor demokrasi dan konstitusi, tapi di lain sisi juga menghadapi sejumlah masalah dalam kehidupan berdemokrasi.

Ada politik yang transaksional, politik yang cenderung oligarki, politik yang sampai batas tertentu oportunistik dan nir-etika. Kedua, dia menegaskan, semua pihak harus berdiri tegak di atas konstitusi, termasuk dalam arena politik.

Haedar menekankan, Indonesia tetap eksis karena memiliki konstitusi kuat seperti pembukaan UUD 45 dan bermacam UUD. Jika ada defiasi terhadap konstitusi dan perundang-undangan, biasanya timbul masalah dalam kehidupan kebangsaan kita.

Apalagi, konstitusi yang berkaitan dengan cita-cita luhur bangsa yang berkaitan sebagai negara merdeka bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Yang mana, itu jadi cita-cita kehidupan bangsa kita oleh para pendiri negeri.

Haedar mengingatkan, pentingnya Pancasila sebagai rujukan bangsa, termasuk dalam berpolitik. Kepada Partai Demokrat dan elit politik, dia berpesan, jangan sampai Pancasila hanya berhenti di lisan, tulisan dan retorika.

"Pancasila sebagai political behavior harus menjadi pola perilaku politik," kata Haedar, Sabtu (3/4).

 

 

Didasarkan nilai ketuhanan YME, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat, kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Haedar berharap, seluruh komponen bangsa, lebih-lebih di kekuatan politik dan pemerintah, memberi teladan dan aplikasi kehidupan berpolitik. Ketiga, Haedar menekankan pentingnya agama dan etika jadi nilai dasar dan nilai luhur.

"Agama bukan hanya urusan primordial antara pemeluk agama dengan Tuhan, namun juga menyangkut nilai kebaikan dan keselamatan, nilai kebaikan, kedamaian yang menyatu dalam kehidupan nadi bangsa Indonesia," ujar Haedar.

Keempat, Haedar mengajak, seluruh komponen bangsa memiliki komitmen persatuan dan kemajuan Indonesia. Indonesia eksis ketika kita bersatu dalam perbedaan, secara umum kita harus ada dalam kolektifitas, terikat dalam persatuan.

Apalagi, bangsa lain jatuh karena rusaknya persatuan, jadi tokoh politik harus merawat persatuan, jangan anggap enteng persatuan. Di luar persatuan dan kemajuan, Haedar menuturkan, potensi yang dimiliki bangsa hebat-hebat.

Namun, kata Haedar, secara koletif dan sistem kita semua komponen bangsa harus memacu diri agar Indonesia menjadi negara yang maju. Dia berpesan, jangan sampai bangsa ini jadi bangsa pasif dan obyek kemajuan pihak lain.

 

"Parpol harus punya komitmen memajukan bangsa, jangan berhenti kepada usaha untuk kepentingan politik masing-masing dan lupa kita merdeka, dan kita menjadi Indonesia untuk menjadi bangsa yang maju," kata Haedar. 

 
Berita Terpopuler