Penyebab Kesuburan tak Diketahui, Bisakah Tetap Hamil Alami?

Gangguan kesuburan atau infertilitas bisa disebabkan oleh banyak faktor.

Pixabay
Gangguan kesuburan atau infertilitas bisa disebabkan oleh banyak faktor.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gangguan kesuburan atau infertilitas bisa disebabkan oleh banyak faktor. Namun, ada sekitar 10 persen kasus infertilitas yang penyebabnya tak diketahui. Kondisi tersebut dikenal sebagai unexplained infertility atau infertilitas idiopatik.

Infertilitas didefinisikan sebagai kegagalan untuk mencapai kehamilan setelah satu tahun melakukan hubungan seksual teratur tanpa menggunakan alat kontrasepsi. Pada kasus infertilitas idiopatik, pasangan dengan gangguan kesuburan sudah melakukan pemeriksaan lengkap seperti pemeriksaan analisis semen, penilaian fungsi ovulasi, dan uji patensi tuba. Semua pemeriksaan menunjukkan hasil yang normal namun pasangan tetap tidak bisa mencapai kehamilan.

Meski penyebab infertilitas tak diketahui, bukan berarti pasangan dengan infertilitas idiopatik tak bisa memiliki keturunan. Tingkat kehamilan secara spontan pada pasangan dengan infertilitas idiopatik bahkan lebih tinggi dibandingkan pasangan dengan infertilitas yang penyebabnya diketahui.

"Penelitian menunjukkan angka kehamilan secara spontan terjadi sebanyak 13-15 persen pada percobaan tahun pertama," ujar dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi dan reproduksi RS Pondok Indah - IVF Centre dr Gita Pratama SpOG-KFER MRepSc dalam penjelasan yang disampaikan via email.

Menurut penelitian, angka kehamilan tersebut meningkat menjadi 35 persen pada percobaan tahun berikutnya. Akan tetapi, lanjut dr Gita, angka kehamilan spontan akan terus menurun dengan durasi infertilitas lebih dari tiga tahun dan pada pasangan yang wanitanya berusia di atas 30 tahun.

Ada beberapa terapi penanganan yang dapat membantu pasangan dengan infertilitas idiopatik untuk mencapai kehamilan. Berikut ini adalah tiga di antaranya seperti disampaikan oleh dr Gita.

Manajemen Ekspektatif
Tingkat kehamilan spontan pada pasangan dengan infertilitas idiopatik cukup tinggi. Oleh karena itu, pasangan dengan infertilitas idiopatik disarankan untuk melakukan hubungan teratur 1-2 hari sekali pada masa subur, yaitu 10-17 hari setelah hari pertama haid terakhir. Manajemen ekspektatif ini terutama dapat dilakukan pada pasangan dengan usia perempuan di bawah 35 tahun.

"Dan usia pernikahan di bawah dua tahun," pungkas dr Gita.

Baca Juga

Inseminasi Intrauterine
Bila kehamilan tak tercapai melalui manajemen ekspektatif, pasangan dengan infertilitas idiopatik disarankan untuk melakukan inseminasi intrauterine yang dikombinasikan dengan pemberian obat-obatan penyubur seperti klomifen sitrat, letrozole, atau gonadotropin.

Inseminasi, lanjut dr Gita, merupakan metode yang dilakukan dengan cara memasukkan sperma yangs uda ditingkatkan kualitasnya langsung ke dalam rongga rahim. Cara ini akan meningkatkan keberhasilan kehamilan dengan meniadakan faktor serviks dan antibodi antisperma yang kerap dikaitkan sebagai penyebab infertilitas idiopatik

In Vitro Fertilization
Program yang juga dikenal sebagai bayi tabung ini dapat menjadi salah satu solusi apabila kehamilan tak juga berhasil dicapai setelah melakukan inseminasi intrauterine. Program bayi tabung merupakan teknologi reproduksi berbantu di mana pembuahan sel telur oleh sel sperma terjadi di luar tubuh perempuan. Embrio yang terbentuk lalu ditempatkan kembali ke dalam rahim.

Program bayi tabung memiliki angka keberhasilan kehamilan yang cukup tinggi. Angka keberhasilannya, lanjut dr Gita, mencapai 30-40 persen.

Menurut dr Gita, selalu ada harapan untuk memiliki keturunan seiring dengan teknologi yang semakin berkembang. Oleh karena itu, dr Gita menyarankan agar pasangan melakukan pengecekan kondisi organ reproduksi secara berkala.

"Tetap berpikir positif, dan jalani program kehamilan dengan penuh kesabaran. Tetap sabar, dan yakin Anda akan hamil," tukas dr Gita.

 
Berita Terpopuler