Kemunculan Aliran Hakekok, Kurangnya Syiar Islam ke Pelosok

Faktor ekonomi juga turut menjadi pemicu dari kemunculan aliran Hakekok.

Republika
Aliran sesat Hakekok di Pandeglang (ilustrasi)
Rep: Eva Rianti Red: Agus Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Aliran menyimpang Hakekok belakangan cukup santer dibahas publik, menyusul beredarnya video sejumlah orang melakukan ritual yang tak lazim di Kabupaten Pandeglang, Banten. Aliran tersebut dinilai kembali muncul lantaran sejumlah faktor. Salah satunya, kurang tersebarnya syiar Islam hingga ke wilayah pelosok.

Salah satu organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam tertua di Indonesia, Mathla’ul Anwar memandang hal demikian memang terjadi. Ketua Bidang 1 PB Mathla’ul Anwar Mohammad Zen menuturkan, sejumlah wilayah di Banten belum sepenuhnya terjangkau pendidikan, sehingga dakwah yang dilakukan, termasuk oleh Mathla’ul Anwar belum benar-benar berhasil memberantas hal-hal demikian.

“Ini adalah sisa-sisa dari kepercayaan yang masih belum terberantas. Mathla’ul Anwar salah satu misi kelahirannya adalah memberantas tiga hal yang disebut TBC. T itu takhayul, B itu bid’ah, dan C adalah khurafat,” tutur Zen di sela-sela deklarasi pencalonannya sebagai Ketua Umum PB Mathla’ul Anwar di Tangerang Selatan, Jumat (19/3).

Menanggapi hal itu, Mathla’ul Anwar disebut telah menjalin hubungan kerja sama dengan Kementerian Agama Pandeglang dengan mengirimkan kadernya ke wilayah pedalaman untuk menyebarkan syiar Islam. “Kami kerja sama dengan Kemenag untuk melakukan pemberantasan. Salah satu penyuluh yang datang ke lokasi adalah kader Mathla’ul Anwar. Kita berharap hal begitu tidak terjadi lagi karena menyimpang,” ujarnya.

 

 

Ketua Pengurus Wilayah Mathla’ul Anwar (PWMA) Banten Babay Sujawandi menambahkan, selain faktor kurangnya syiar Islam hingga ke pedalaman, faktor lainnya seperti faktor ekonomi juga menjadi salah satu pemicu. Pendapat itu sesuai hasil penelaahan kader Mathla’ul Anwar yang ke wilayah munculnya ritual penganut aliran Hakekok.

“Ada motivasi ekonomi. Jadi, di tengah krisis akibat pandemi ini kesulitan ekonomi, ada yang mengiming-imingi kemudian tertarik untuk gabung,” ujar dia.

Kasus tersebut, kata Babay hampir sama dengan aliran Ahmadiyah di Cikeusik yang penganutnya mendapatkan imbalan ekonomi. “Tapi sebetulnya, paham aslinya sudah tidak ada. Kemarin yang di Pandeglang dibumbui dengan iming-iming ekonomi di tengah masyarakat yang memang masih minus (ekonominya),” ujarnya.

Sebelumnya diketahui, video viral menggambarkan 16 orang yang melakukan ritual mandi bersama di kawasan Cigeulis, Kabupaten Pandeglang, Banten. Belasan orang penganut aliran Hakekok tersebut telah diamankan oleh pihak kepolisian dan akan dilakukan pembinaan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pandeglang.

 

Setelah menggelar rapat koordinasi bersama Bupati Pandeglang, Ketua MUI Pandeglang, dan Bakorpakem menyampaikan bahwa hasil keputusan Bakorpakem Kabupaten Pandeglang mengungkapkan kegiatan ritual tersebut kegiatan yang menyimpang. "Terkait hal ini, MUI akan mengeluarkan fatwa dalam waktu dekat dan masyarakat yang tergabung kegiatan ritual itu akan dilakukan pembinaan oleh MUI,” kata Kapolres Pandeglang AKBP Hamam, Jumat (12/3). 

 
Berita Terpopuler