PBB: Krisis Bahan Bakar Perburuk Kondisi Rakyat Yaman

Utusan PBB mengatakan kekurangan bahan bakar yang meluas membahayakan rumah sakit

Utusan khusus PBB untuk Yaman, Martin Griffiths mengatakan lonflik antara pemberontak Houthi yang didukung Iran dan pasukan pemerintah Yaman kini berada di titik kemerosotan yang "dramatis".
Red: Nur Aini

 

Baca Juga

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Utusan khusus PBB untuk Yaman, Martin Griffiths mengatakan lonflik antara pemberontak Houthi yang didukung Iran dan pasukan pemerintah Yaman kini berada di titik kemerosotan yang "dramatis".

Griffiths mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa serangan Houthi di kota Ma’rib yang dikuasai pemerintah membahayakan warga Yaman, termasuk untuk sekitar satu juta orang yang mengungsi di sana setelah melarikan diri dari konflik di tempat lain.

Sementara itu, blokade impor bahan bakar di pelabuhan Hudaydah sejak Januari telah menyebabkan kelangkaan yang meluas di daerah-daerah yang dikuasai Houthi dan telah berkontribusi pada peningkatan harga bahan pokok, membahayakan rumah sakit dan layanan kesehatan.

"Bahkan saat konflik semakin parah, kekurangan bahan bakar yang akut untuk warga sipil di Sana'a dan wilayah sekitarnya," kata Griffiths, yang memohon kepada pemerintah untuk segera mengizinkan pengiriman bahan bakar ke wilayah tersebut.

Ada 13 kapal bahan bakar menunggu di lepas pantai Hudaydah, pelabuhan tempat sekitar setengah dari impor bahan bakar Yaman biasanya mengalir, dan kepala bantuan kemanusiaan PBB, kata Mark Lowcock.

“Rata-rata kapal-kapal itu sudah menunggu lebih dari 80 hari untuk mendapatkan izin pemerintah. Semuanya sudah diperiksa dan dibersihkan oleh mekanisme verifikasi dan inspeksi PBB,” sebut Lowcock.

"Konsekuensi dari ini, seperti biasa di Yaman, tidak ditanggung oleh mereka yang membuat keputusan. Konsekuensinya ditanggung oleh rakyat Yaman biasa, dan ini sekali lagi berdampak pada krisis yang berkepanjangan dan kelaparan yang berkepanjangan," tambah dia.

 

Houthi pada Selasa (16/3) mengumumkan bahwa Bandara Internasional Sana'a akan ditutup untuk PBB dan penerbangan kemanusiaan karena kekurangan bahan bakar. Langkah Houthi itu memperparah masalah kemanusiaan di sana akibat kekurangan bahan bakar.

Yaman dilanda kekerasan dan kekacauan sejak 2014, ketika Houthi menguasai sebagian besar negara, termasuk ibu kotanya, Sana'a. Krisis meningkat pada 2015 ketika koalisi militer pimpinan Saudi meluncurkan kampanye udara yang bertujuan untuk menggulung kembali kemenangan teritorial Houthi.

Puluhan ribu orang Yaman, termasuk warga sipil, diyakini telah tewas dalam konflik tersebut, yang menyebabkan apa yang dikatakan PBB sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia karena jutaan orang berhadapan dengan risiko kelaparan.

 
Berita Terpopuler