Sejarah Pakaian Tradisional Saudi

Sekelompok wanita Saudi mengumpulkan sampel pakaian tradisional dan membukukannya

Arab News
Baju tradisional Saudi
Rep: Zahrotul Oktaviani Red: Esthi Maharani

IHRAM.CO.ID, JEDDAH -- Lebih dari 20 tahun yang lalu, sekelompok wanita Saudi mulai mengumpulkan sampel pakaian tradisional Arab Saudi. Hasil kerja keras mereka ditampilkan dalam sebuah buku baru yang penuh dengan detail yang rumit.

Perjalanan panjang penelitian kreatif, observasi dan dokumentasi di kawasan Arab Saudi ini dilakukan bekerja sama dengan Mansoojat Foundation. Mereka bertujuan menghasilkan dokumentasi resmi busana Saudi selama berabad-abad dan memungkinkan generasi baru untuk menjelajahinya.

Buku dengan 320 halaman berbahasa Inggris ini berjudul "Pakaian Tradisional Arab Saudi". Karya tersebut resmi diterbitkan bulan lalu. Salah satu anggota Mansoojat Foundation, Nadia Alireza, menemukan fakta tidak ada informasi yang cukup rinci tentang pakaian tradisional Saudi, yang tersedia di berbagai wilayah Kerajaan.

“Busana yang kita pilih untuk dipakai adalah salah satu cara untuk mengidentifikasi siapa kita, bagaimana kita hidup, latar belakang sosial kita dan dari mana kita berasal,” katanya dilansir di Arab News, Selasa (16/3).

Dia juga mengatakan, 20 tahun yang lalu kebanyakan orang Saudi melihat ke masa depan dan bukan masa lalu. Mereka lantas menyadari pentingnya mengumpulkan informasi apa pun yang bisa mereka raih tentang pakaian tradisional dan siapa yang memakainya. Pengumpulan informasi ini tidak mudah.

Setiap wilayah di Kerajaan memiliki suku yang berbeda dan gayanya sendiri. Tetapi, hanya beberapa dari pakaian itu yang terkenal, sementara sisanya dilupakan karena kurangnya dokumentasi yang tepat dan migrasi suku.

"Kami menyadari sejak awal pentingnya memotret, mendokumentasikan dan melestarikan pakaian tradisional ini untuk generasi mendatang. Kami melakukan kunjungan lapangan dan bertemu dengan orang-orang lokal yang mengetahui barang-barang ini," lanjut Alireza.

Sebagai upaya mngumpulkan informasi yang benar, ia menyebut membutuhkan banyak perjalanan ke semua wilayah Kerajaan. Mereka berupaya menemui penatua dari setiap suku untuk memberi tahu apa yang telah mereka temukan.

Lebih lanjut, ia menyebut upaya yang dilakukan sekelompok wanita Saudi dan yayasan ini mengarah pada pengumpulan lebih banyak informasi yang berkaitan dengan daerah tempat sebuah barang berada. Mereka melakukan penelitian ini untuk semua koleksi yang ada.

"Pengerjaan ini merupakan pengalaman yang sangat berharga, mendidik, dan menyenangkan. Kami memiliki ambisi untuk menghasilkan publikasi yang menunjukkan keragaman pakaian dalam koleksi kami dan memeriksa konteks sosial, geografis, dan budayanya kepada dunia," kata dia.

 

Sembari berupaya membangun kembali sejarah kostum tradisional Saudi dari ingatan para tetua, kelompok tersebut mengalami kesulitan menemukan gambar-gambar sejarah yang terpelihara dengan baik dalam beberapa kasus.

Salah satu jenis pakaian, Thobe putih, dikenakan dan diadopsi secara luas oleh pria Saudi. Hal ini karena iklim Kerajaan yang panas dan alam gurun.

Alireza mengatakan, mereka ingin menunjukkan kepada dunia ada banyak warna yang digunakan dalam kostum tradisional Saudi. Bukan hanya abaya hitam atau thobe putih.

Pakaian tradisional ini menggunakan banyak bahan kulit, logam dan manik-manik berwarna, serta benang emas dan perak untuk menyulam. Dalam beberapa kasus, karet dari ban bekas digunakan untuk membuat alas kaki. Ia menekankan masyarakat zaman dulu berupaya memanfaatkan fitur-fitur yang ditemukan di sekitarnya.

"Banyak kainnya dari kapas, ada juga yang pelapisnya dari karung tepung. Mereka dulu masih mendaur ulang kain dan sulaman mereka. Ada suku yang menggunakan pewarna alam dan ada yang menggunakan benang perak dan emas,” kata Alireza.

Buku tersebut memuat pakaian tradisional dari 10 suku dari 10 daerah, dengan beberapa informasi sejarah terkait suku-suku tersebut dan juga kerajinan mereka.

Nantinya, buku ini akan berfungsi sebagai referensi untuk kostum tradisional Saudi dan tekstil warisan suku Saudi.  Semua dicatat dengan apik, termasuk Labah Sadr dari suku Bal Harith, yang terkenal dengan kalung perak dihiasi manik-manik kaca berwarna hingga hiasan kepala melati yang dikenakan di Jazan.

Alireza mengatakan generasi baru perancang busana Saudi terpesona oleh keindahan pakaian tradisional negara dan kain yang kaya. Generasi muda ini menganggap pakaian tradisional sebagai inspirasi bagi koleksi mereka.

Adapun Yayasan Mansoojat dan Mansoojat Heritage LLC didirikan oleh sekelompok wanita Saudi yang memiliki minat yang sama pada kostum dan warisan dari tempat yang sekarang disebut Arab Saudi.

 
Berita Terpopuler