Era Kenaikan Suku Bunga Acuan Bank Sentral Segera Datang

Kenaikan suku bunga merupakan masalah bagi pasar negara berkembang.

Wordpress.com
Suku bunga bank (ilustrasi).
Rep: Lida Puspaningtyas Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Setelah periode penurunan suku bunga acuan dalam beberapa waktu belakangan, bank-bank sentral diproyeksikan akan mulai menaikkan suku bunga dalam waktu dekat. Penurunan suku bunga bank sentral sebelumnya banyak dilakukan untuk menopang ekonomi yang hancur oleh Covid-19.

Baca Juga

Bloomberg Economics memproyeksikan, Brasil akan menaikkan suku bunga pekan ini, disusul Nigeria serta Afrika Selatan. Rusia juga sudah menghentikan pelonggaran moneter lebih awal dari yang diharapkan. Indonesia disebut dapat melakukan hal yang sama.

Optimisme yang diperbarui terhadap prospek ekonomi dunia di tengah stimulus AS yang lebih besar. Hal itu mendorong inflasi harga komoditas dan imbal hasil obligasi global, sambil membebani mata uang negara berkembang.

Perubahan kebijakan kemungkinan besar akan memberikan tantangan terbesar pada ekonomi-ekonomi yang masih berjuang untuk pulih atau yang beban utangnya membengkak selama pandemi. Selain itu, kenaikan harga konsumen, termasuk biaya makanan, yang akan mendorong tarif yang lebih tinggi dapat menimbulkan kerugian terbesar bagi orang-orang termiskin di dunia.

Imbal hasil obligasi 10 tahun pemerintah AS sudah naik ke level tertinggi dalam lebih dari setahun. Kepala ekonom di Bank Dunia, Carmen Reinhart menyampaikan harga pangan dan inflasi penting dalam mengukur ketidaksetaraan."Guncangan yang sama akan memiliki efek yang sangat tidak setara," katanya.

Reinhart mengatakan, Turki dan Nigeria adalah dua dari beberapa negara berisiko. Kemungkinan akan terjadi serangkaian kenaikan suku bunga di beberapa pasar negara berkembang yang mencoba untuk mengatasi efek dari penurunan mata uang dan mencoba membatasi sisi atas inflasi.

 

Kenaikan suku bunga merupakan masalah bagi pasar negara berkembang karena lonjakan pinjaman terkait pandemi. Total utang seluruh dunia telah melesat 250 persen di seluruh dari produk domestik bruto gabungan negara-negara.

Pemerintah, perusahaan, dan rumah tangga secara global mengumpulkan 24 triliun dolar AS untuk mengimbangi dampak dari pandemi. Peningkatan terbesar terjadi di China, Turki, Korea Selatan, dan Uni Emirat Arab.

Kepala ekonom pasar berkembang Bloomberg, Ziad Daoud memperingatkan gelombang sedang berbalik untuk bank sentral pasar berkembang. "Waktunya tidak menguntungkan, sebagian besar pasar negara berkembang belum sepenuhnya pulih dari resesi pandemi," katanya.

Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi dan Dana Moneter Internasional telah memperingatkan pemerintahan negara-negara untuk tidak menghapus stimulus terlalu cepat. Moody’s Investors Service mengatakan ini adalah dinamika yang akan terus ada.

Negara pertama yang mengubah arah kemungkinan besar adalah Brasil. Pembuat kebijakan diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis menjadi 2,5 persen saat mereka bertemu hari Rabu.

Bank sentral Turki, yang telah memulai kenaikan suku bunga untuk menopang lira dan menjinakkan inflasi, mengadakan rapat keesokan harinya, dengan pergerakan 100 basis poin. Pada hari Jumat, Rusia bisa memberi sinyal pengetatan akan segera terjadi.

Nigeria dan Argentina kemudian dapat menaikkan suku bunga mereka segera pada kuartal kedua, menurut Bloomberg Economics. Metrik pasar menunjukkan ekspektasi juga meningkat untuk pengetatan kebijakan di India, Korea Selatan, Malaysia dan Thailand.

 

 
Berita Terpopuler