Habib Luthfi: Ulama Terdahulu tak Hanya Ahli Agama

Sulitnya mengumpulkan catatan sejarah para ulama terdahulu

republika
bedah ensiklopedia ulama terpilih indonesia
Rep: Fuji E Permana Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para wali yakni wali songo adalah ulama yang ahli ilmu agama dan ilmu lainnya. Hal ini disampaikan Ra'is 'Am Jam'iyah Ahlu Thariqah al Mu'tabarah an Nahdiyah, Habib Luthfi bin Yahya saat bedah Ensiklopedia Ulama Terpilih Indonesia yang diselenggarakan Republika dan Yayasan Amanah Kita secara virtual pada Selasa (9/3).

Habib Luthfi mengatakan, para wali bukan sekedar ulama yang hanya menguasai ilmu agama saja melainkan juga yang ada di dalam ilmu agama yakni keuniversalan agama mampu ditunjukkan kepada umat.

"Beliau-beliau itu (para wali dan ulama terdahulu) ahli ekonomi, ahli pertanian, ahli kedokteran, ahli obat-obatan dan ahli budaya," kata Habib Luthfi saat bedah Ensiklopedia Ulama Terpilih Indonesia secara virtual, Selasa (9/3).

Habib Luthfi mengingatkan kehebatan para wali dan ulama terdahulu yang berdakwah di zaman Kerajaan Pajajaran dan Majapahit. Menurut pendapatnya, jauh sebelum zaman para wali, sebenarnya Islam sudah sampai ke Indonesia.

Namun, ia menyayangkan sulitnya mengumpulkan catatan sejarah para ulama terdahulu yang berdakwah Islam rahmatan lil alamin di zaman Pajajaran dan Majapahit. Mereka bisa hidup berdampingan, saling menghargai dan menghormati. Para wali dan ulama terdahulu bisa memberikan solusi dan sangat menguntungkan bagi kerajaan-kerajaan.

"Tapi sayang manuskrip yang lebih jauh (lebih tua) yang kita temukan masih minim," ujarnya.

Habib Luthfi bersyukur dengan adanya Ensiklopedia Ulama Terpilih Indonesia. Diharapkan buku tersebut membantu umat bisa melihat perjuangan-perjuangan ulama yang nasionalis dan memiliki wawasan kebangsaan. Kini bisa dilihat sejarah para ulama dalam ensiklopedia tersebut.

"Maka perlu sekali kita lebih jauh melihat hebatnya jasa para beliau (para ulama dan wali) di Republik ini, dan kita masih punya kekayaan-kekayaan yang tidak ternilai harganya karena beliau-beliau di satu sisi mengembangkan ilmu agama, ilmu pengetahuan dan dogma yang ada di dalam Alquran serta keuniversalan yang ada di dalam dogma itu sendiri, sehingga melahirkan tokoh-tokoh intelektual dan ilmuwan," ujarnya.


Di forum yang sama, Ketua Yayasan Amanah Kita sekaligus Penerbit Ensiklopedia Ulama Terpilih Indonesia, Hartono Limin mengatakan, pernah melihat ensiklopedia tentang tumbuhan dan hewan serta para penemu buatan luar negeri. Dari sana terpikir untuk membuat ensiklopedia ulama-ulama yang memiliki peran luar biasa di bumi Nusantara ini.

"Ulama-ulama kita begitu dahsyat dalam membawa Indonesia yang saat ini menjadi populasi Islam terbesar di dunia, padahal Islam itu masuk ke Indonesia sebagai agama yang terbaru," kata Hartono.

Hartono melihat para ulama terdahulu yang berdakwah di Indonesia memiliki kelebihan yang sangat luar biasa sehingga sangat patut dikenang oleh generasi mendatang. Untuk itu pihaknya mengajak teman-teman dalam mewujudkan ensiklopedia ulama ini.

Ia berharap, Ensiklopedia Ulama Terpilih Indonesia suatu saat nanti menjadi buku acuan atau buku rujukan. Ensiklopedia ini untuk diwariskan kepada generasi penerus.

"Jadi pada kesempatan ini saya ucapkan terimakasih banyak kepada Republika, mari kita sama-sama bergandeng tangan saling mengisi, agar ensiklopedia ini bisa menjadi buku rujukan untuk umat Islam," jelasnya.

Bedah Ensiklopedia Ulama Terpilih Indonesia menghadirkan sejumlah narasumber di antaranya Prof Mohammad Baharun sebagai Ketua Tim Penulis Ensiklopedia Ulama Terpilih Indonesia, Irfan Junaidi sebagai Pemimpin Redaksi (Pemred) Republika, dan Ustaz Rakhmad Zailani Kiki sebagai pembawa acara bedah ensiklopedia.

 
Berita Terpopuler