Saudi Tempatkan Wanita di Kursi Terdepan

Karier wanita Saudi terlihat mengalami peningkatan sejak peluncuran Visi 2030

EPA/Ahmed Yosri
Wanita Arab Saudi memberikan hak suaranya dalam pemilihan umum di Riyadh, Arab Saudi, Sabtu (12/12).
Rep: Zahrotul Oktaviani Red: Esthi Maharani

IHRAM.CO.ID, RIYADH -- Seiring dengan peringatan Hari Perempuan Internasional, karier wanita Saudi terlihat mengalami peningkatan sejak peluncuran Visi 2030 di Kerajaan Saudi. Reformasi yang ada telah mengubah narasi terkait pemberdayaan perempuan dari inklusivitas dan kesetaraan, menjadi terkenal dan berbeda.

Prestasi wanita sebagai bagian dari Visi 2030 seolah menyiapkan panggung untuk kesuksesan dan pencapaian lebih lanjut, dari para pemimpin wanita muda di Kerajaan. Tujuan wanita Saudi kini tidak lagi mencari kesetaraan atau kesempatan yang sama, tetapi melampaui rekan-rekan mereka dalam ideologi, pencapaian dan inovasi di semua sektor. Dengan melakukan itu, mereka telah membuka jalan bagi generasi muda dan pemimpin perempuan masa depan yang penuh determinasi.

Dilansir di Arab News, Senin (8/3), prestasi inovatif ini semua berkat batu loncatan yang ditetapkan oleh reformasi sosial ekstensif Vision 2030 untuk wanita. Saat ini, wanita Saudi berkiprah sebagai duta besar, manajer umum, direktur entitas swasta, juru bicara pemerintah, dan posisi terdepan lainnya. Suara mereka terdengar luas dan jelas di seluruh dunia.

Pada Februari 2021, seorang wanita Saudi mendapatkan pangkat di angkatan bersenjata Kerajaan dan memegang posisi kepemimpinan. Termasuk di dalamnya yang mengemban tugas sebagai sersan yang memimpin tentara di Angkatan Darat Arab Saudi, Pertahanan Udara Kerajaan, Angkatan Laut Kerajaan Saudi, Angkatan Rudal Strategis Kerajaan Saudi dan Angkatan Bersenjata Pelayanan medis.

Tujuan wanita Saudi bukan lagi mengharapkan inklusivitas dalam masyarakat dan tempat kerja. Sasaran baru yang ditetapkan di cakrawala adalah kepemimpinan, memberi arah, serta membawa dampak pada masa depan Kerajaan. Hal ini dilakukan baik melalui pertumbuhan keuangan, reformasi sosial, atau membuka jalan bagi generasi baru perempuan untuk sukses.

Inisiatif dan reformasi Vision 2030 tidak hanya memengaruhi karier wanita, tetapi juga kehidupan sosial, dengan cara memperkuat suara yang tidak selalu dapat didengar. Reformasi hukum telah diubah oleh Visi 2030 untuk memastikan hak-hak perempuan yang bercerai.

Dana tunjangan telah dibuat untuk mendukung wanita dan anak-anak mereka selama proses pengadilan. Saat ini wanita dapat memasuki departemen peradilan secara mandiri, tanpa harus diwalikan.

Direktur Eksekutif untuk sektor kesehatan dan kesejahteraan dari proyek megacity NEOM, Maliha hashmi, adalah pemimpin kesehatan wanita muda di wilayah tersebut. Dia mengatakan Visi 2030 telah menciptakan peluang bagi perempuan untuk membangun peran baru dan mengubah ekspektasi lama dengan cara yang positif.

"Melalui Visi 2030, penerimaan sosial, dan yang terpenting dukungan berkelanjutan dari pemerintah, kita akan melihat kepemimpinan yang seimbang, baik di sektor swasta maupun publik, yang diwakili oleh laki-laki dan perempuan," kata dia.

Ia juga merasa sangat optimis, di masa depan dan dalam waktu dekat, dunia akan menyaksikan lebih banyak perempuan dalam perwakilan kementerian dan internasional.


Seorang wanita lainnya yang diuntungkan dari perubahan tersebut adalah Noura Al-Dossary. Menjadi yatim piatu di usia muda dan bercerai dengan satu anak perempuan, Al-Dossary berada dalam kesulitan.

Kakak perempuan dan saudara iparnya kerap membantu. Tetapi, dia segera menyadari jika harus menghidupi dirinya sendiri dan sang putri secara finansial.

"Visi 2030 membuka pintu bagi saya yang saya pikir telah dikunci,” katanya. Berasal dari latar belakang konservatif, dan dengan pendidikan terbatas, dia berkelana ke berbagai tempat kerja dan segera mendapatkan pekerjaan di perguruan tinggi kecil.

Kala itu, dia masih merasa tidak puas dengan gaji, suasana kerja dan kurangnya asuransi dan tunjangan. Namun, sebuah peluang segera muncul dengan sendirinya di departemen binatu di sebuah hotel bintang lima.

Dia bekerja dengan memperhatikan detail, ingin belajar dan bersyukur atas kesempatan itu. Ia merasa dihadapkan pada dunia yang berbeda.

"Saya bertemu orang-orang dari berbagai kebangsaan, bercampur dengan lawan jenis dan dengan cepat belajar bahasa Inggris di tempat kerja. Sesuatu yang tidak pernah saya impikan," ucap dia.

Pada Juli 2020, di bawah Dekrit Kerajaan oleh Raja Salman, 13 wanita ditunjuk untuk bertugas di Komisi Hak Asasi Manusia Saudi, membuat setengah dari komisinya adalah wanita. Keputusan ini memberi wanita suara yang lebih keras dan landasan kuat, yang digunakan untuk membuat pengaruh di Kerajaan.

Wanita saat ini menjadi kekuatan pendorong dalam menumbuhkan sumber daya ekonomi alternatif Kerajaan. Selama satu dekade terakhir, terjadi lonjakan jumlah wirausaha, pemilik bisnis dan CEO wanita. 

 
Berita Terpopuler