IHSG Mulai Goyah di Tengah Kenaikan Yield Obligasi AS 

Risiko inflasi dan biaya pinjaman jangka panjang memicu kekhawatiran.

Antara/Sigid Kurniawan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak variatif pada perdagangan pagi hari ini, Selasa (9/3). IHSG sempat melemah 0,47 persen ke level 6.219,21 setelah sebelumnya dibuka di zona hijau.
Rep: Retno Wulandhari Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak variatif pada perdagangan pagi hari ini, Selasa (9/3). IHSG sempat melemah 0,47 persen ke level 6.219,21 setelah sebelumnya dibuka di zona hijau. 

Saat ini investor terfokus pada sentimen global khususnya terkait kenaikan yield obligasi Amerika Serikat (AS). Hal itu membuat sebagian besar ekuitas mengalami pelemahan sejak perdagangan kemarin.

"Naiknya yield (imbal hasil) obligasi di AS memicu adanya peningkatan biaya pinjaman sebagai signal pemulihan ekonomi yang lebih cepat," kata Kepala Riset Reliance Sekuritas Indonesia, Lanjar Nafi, Selasa (9/3). 

Selain itu, lanjut Lanjar, investor juga menanti pertumbuhan data penjualan ritel dari dalam negeri. Investor domestik berharap pertumbuhan penjualan ritel akan membaik sebagai indikator pemulihan ekonomi nasional.

Sementara itu dari faktor global, harga minyak WTI melonjak setelah Arab Saudi mengatakan terminal minyak mereka yang merupakan terbesar di Dunia mengalami serangan. Saham-saham pertambangan energi memimpin penguatan di Eropa.

Baca juga : Kirim Vaksin Covax, WHO Puji Solidaritas Indonesia

Pada saat yang sama, kata Lanjar, risiko inflasi dan biaya pinjaman jangka panjang yang lebih tinggi memicu kekhawatiran atas penilaian ekuitas, terutama untuk saham-saham berteknologi tinggi. Selanjutnya investor terfokus pada PDB Jepang yang akan dirilis hari ini. 

 
Berita Terpopuler