Ini Klaim TNI Soal Korban Kontak Tembak di Sugapa

Telepon genggamnya menjadi bukti kuat bahwa yang bersangkutan adalah KSB.

Istimewa
Personel Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang beroperasi di Papua.
Rep: Ronggo Astungkoro Red: Agus Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Penerangan Kogabwilhan III, Kolonel Czi IGN Suriastawa, menyatakan, korban kontak tembak di Kampung Pesiga, Distrik Sugapa, Intan Jaya, Papua adalah anggota kelompok kriminal separatis bersenjata. Menurut dia, itu dipastikan melalui aksi kontak tembak dan barang bukti yang didapat.

“Wajah, ciri dan atribut korban (gelang dan cincin) sama dengan foto-foto yang ada di telepon genggamnya dan itu menjadi bukti kuat bahwa yang bersangkutan adalah KSB,” kata Suriastawa dalam keterangan pers yang Republika terima, Senin (8/3).

Dia mengatakan, terkait klaim pihak tertentu di media sosial yang menyebut korban adalah warga sipil, itu memang cara KKSB untuk membentuk opini. Opini dibentuk untuk menyudutkan aparat TNI-Polri dan pemerintah Indonesia terkait aksi KKSB di Papua.

Suriastawa menerangkan, meski terdapat banyak faksi dan saling berebut kepentingan di internalnya, secara garis besar kelompok itu terdiri dari tiga sayap gerakan, yakni sayap politik, klandestin, dan bersenjata.

Menurut dia, sayap gerakan tersebut memanfaatkan media sosial untuk saling berkomunikasi, merencanakan aksi, dan menyebarkan berita bohong untuk membentuk opini buruk tentang pemerintah Indonesia. Itu termasuk juga terhadap TNI-Polri terkait masalah Papua melalui berbagai platform media sosial.

“Jadi yang dihadapi bukan hanya KKSB yang ada di gunung-gunung saja, tetapi juga politik (dalam dan luar negeri) dan kelompok klandestin yang bisa berprofesi apapun,” ujar Suriastawa.

 

 

 

Suriastawa mengatakan, KKSB di media sosial kerap memberitakan berhasil menembak mati puluhan TNI-Polri dengan menyebut waktu dan tempat tertentu. Menurut dia, itu dilakukan agar kabar tersebut seolah-olah benar terjadi, padahal berita tersebut bohong.

Padahal, kata Suriastawa, untuk mengetahui kebenaran jatuhnya korban dari TNI-Polri sangatlah mudah. Sebab, TNI-Polri adalah alat negara resmi yang tertib administrasinya. Di mana ketika ada satu aja personel yang gugur, pasti akan diikuti dengan proses administrasi yang jelas.

"Dari mulai evakuasi korban, pemakaman sampai dengan pemenuhan hak-hak korban dan ahli warisnya,” ungkap dia.

Menurut Suriastawa, penyebaran berita bohong dari KKSB bertujuan untuk memprovokasi, mengintimidasi sekaligus membentuk opini gerakan sayap bersenjata mereka selalu unggul. Sebaliknya, kata dia, setiap korban yang jatuh akibat kontak tembak dan aksi penindakan dari TNI-Polri, diklaim sebagai warga sipil.

Untuk sayap gerakan bersenjata KKSB, dia menyebut mereka bergerilya dalam kelompok-kelompok kecil dan tidak semuanya membawa senjata saat melancarkan aksinya. Dalam setiap aksinya itu, dari lima hingga tujuh orang hanya satu atau dua orang saja yang bersenjata.

 

"Bila terjadi kontak, orang yang selamat bertugas membawa kabur senjata. Kemudian diposting di medsos mereka bahwa korban adalah warga sipil karena tidak bersenjata,” ujar dia.

 
Berita Terpopuler