Apakah Benar Ada Sahabat Nabi Murtad Usai Isra Miraj? 

Tak ada riwayat kuat yang mendukung tuduhan sahabat murtad

MgIt03
Tak ada riwayat kuat yang mendukung tuduhan sahabat murtad. Ilustrasi Sahabat Nabi
Rep: Ratna Ajeng Tejomukti Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Pertanyaan ini pernah muncul dan menjadi keraguan di tengah-tengah umat. 

Baca Juga

Terungkap bahwa tidak benar ada sahabat Nabi yang murtad setelah peristiwa Isra Miraj. Namun masih banyak yang percaya hal tersebut karena adanya hadits yang ternyata berstatus munkar.  

Salah satunya adalah hadits riwayat Muhammad Ibnu Katsir Al-San dari Ma`mar bin Rasyid dari Ibnu Syihab Az-Zuhry dari Urwah, Aisyah berkata:

“Ketika Nabi SAW dibawa ke Masjid Al-Aqsa, orang-orang telah berbicara tentang itu dan beberapa orang yang percaya padanya telah murtad.” 

Al Hakim mengatakan hadist ini otentik namun Bukhari dan Muslim yang tidak melaporkannya. Sesungguhnya Muhammad ibnu Katsir adalah benar. 

Seperti diketahui, Al Hakim mengkritisi banyak komentar atas hadis dalam bukunya. "Al Mustadrak" dan kritik terlihat jelas di sini. Al-Bukhari dan Muslim tidak melaporkan hadits apapun dari Muhammad ibnu Katsir.   

Karena dia memiliki daya ingat yang lemah, sehingga hafalannya buruk dan narasinya menjadi sangat lemah ketika dia meriwayatkan dari Ma’mar.  

Abdullah, putra Imam Ahmad, mengatakan nama Muhammad ibnu Katsir telah disebutkan kepada ayahnya dan menjawab bah Muhammad ibnu Katsir seorang penghafal yang buruk.   

Dia juga mengatakan narasinya dari Ma`mar menjadi sangat lemah.  Dia berkata, “Haditsnya adalah Munkar. Ayah Abdullah menambahkan Muhammad melaporkan riwayat-riwayat aneh." (lihat Tahdzib Al-Kamal: 26/331). 

Riwayat hadits ini yang benar adalah berasal dari Ibnu Jarir dalam tafsirnya dari Ibnu Syihab Az-Zuhry, dari Ibn Al Musayyib dan Abu Salamah ibn `Abdur-Rahman tanpa rantai riwayat yang lengkap. 

Meskipun demikian, kemurtadan tidak dilaporkan dari kedua riwayat itu tetapi Abdullah ibnu Wahb mengatakannya hanya karena pendapatnya.  Ibnu Wahab adalah narator hadits ini dari Yunus ibnu Yazid dari Az-Zuhry. 

Hal kemurtadan juga dilaporkan dalam hadis Ibnu Abbas yang dicatat Imam Ahmad (1/374 No 3546), Al Nasa'y dalam "As-Sunan Al-Kubra" dan lain-lain. Ibnu Jarir At-Tabary mencatatnya sebagai otentik dalam "Tahdhib Al-Atsar" (17) dan Ibnu Katsir dalam "At-Tafsir" (5/26).   

Namun dalam hadis tersebut tidak menyatakan...

 

Namun dalam hadis tersebut tidak menyatakan bahwa mereka adalah orang beriman, dalam hadits Ibnu Abbas disebutkan, "Kami tidak percaya pada apa yang dikatakan Muhammad, jadi mereka kembali sebagai orang kafir, dengan demikian, kepala mereka dipotong bersama dengan  kepala Abu Jahal."  

Perkataannya “mereka kembali sebagai orang kafir” tidak menunjukkan bahwa mereka adalah orang beriman tetapi itu menunjukkan bahwa mereka ingin menantang Nabi.     

Tanda itu menuntu orang-orang kafir Makkah harus percaya pada kebenaran kenabian Rasulullah tetapi mereka berkata, “Kami tidak percaya pada apa yang dikatakan Muhammad. Jadi, alih-alih memiliki keyakinan yang kuat, mereka kembali ke ketidakpercayaan mereka.” 

Narasi-narasi tersebut tidak memiliki referensi tentang kemurtadan, belum lagi pernyataan bahwa beberapa sahabat telah murtad.  Rangkaian narasi hadits membutuhkan pemikiran yang mendalam yang dipahami dari perkataan Ibnu Jarir Ath-Thabari pada posisi sebelumnya dalam "Tahdzib Al-Atsar": 

"Tidak ada satupun sahabat yang menyebutkan masalah kemurtadan kecuali hadits yang diriwayatkan Aisyah. Hadits Ibnu Abbas diriwayatkan dari lima cara, seperti yang disebutkan Ibnu Katsir dan beberapa dari riwayat tersebut disebutkan dalam dua kitab Shahih, dan mereka tidak menyebutkan apapun tentang kemurtadan kecuali dalam riwayat Ikrimah.  

Narasi ini tidak diberitakan dari `Ikrimah kecuali dari cara Hilal ibnu Khabbab dan santri Ikrimah yang melaporkan riwayatnya banyak.  Tidak ada satupun dari mereka yang melaporkan riwayat Hilal ibnu Khabbab meskipun mereka mengiringi Ikrimah lebih dari Hilal dan hadits mereka tercatat di Shahih.   

Adapun Hilal ibn Khabbab, Bukhari dan Muslim tidak menyebutkan haditsnya dalam kitab mereka karena kondisi mentalnya telah berubah sebelum kematiannya karena usia tuanya. Orang seperti itu tidak dapat melaporkan narasi tersebut tanpa didukung riwayat lain.  

 

Sumber: alukah

 
Berita Terpopuler