SWF China Raup Return 12 Persen dari Investasi Luar Negeri

SWF China akan meningkatkan investasi langsung jadi 50 persen dari portofolio global.

Pixabay
Bendera China.
Rep: Novita Intan Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING — Lembaga Sovereign Wealth Fund (SWF) yang mengelola dana investasi milik pemerintah China, China Investment Corp (CIC), membukukan pengembalian atau return lebih dari 12 persen dari investasi luar negeri pada 2020. Tingkat return ini menjadi yang terbesar yang pernah diperoleh lembaga SWF dengan aset mencapai 1 triliun dolar AS.

Baca Juga

Sejak 10 tahun terkahir rata-rata tingkat return yang diperoleh CIC tidak lebih dari 6,6 persen. Wakil Presiden Eksekutif CIC Zhao Haiying mengharapkan pasar yang lebih tenang tahun ini bahkan ketika pembuat kebijakan mencoba untuk merangsang pertumbuhan tanpa memacu inflasi yang tak terkendali.

"2020 adalah tahun yang sangat tidak biasa," kata Zhao yang juga merupakan anggota Konferensi Konsultatif Politik Rakyat China seperti dilansir dari laman Bloomberg, Jumat (5/3).

Menurutnya CIC tetap pada posisinya sebagai investor jangka panjang meskipun ada pergerakan pasar. “Kami bertahan dalam ujian angin kencang dan ombak, dan memberikan hasil yang relatif baik,” ucapnya.

Perusahaan akan mempertahankan strateginya untuk meningkatkan alternatif dan investasi langsung menjadi 50 persen dari portofolio globalnya sebelum akhir 2022. "Itu mendekati target tahun lalu bahkan setelah kontribusi aset tersebut turun pada 2019 karena saham menguat," kata Zhao tanpa memberikan detil.

“Tahun lalu adalah ujian bagi kami dalam hal pengembalian portofolio dan manajemen investasi, tetapi hasilnya cukup baik,” kata Zhao menambahkan.

CIC menyesuaikan alokasi investasinya dengan fokus pada saham teknologi dan perusahaan Asia. Perusahaan mengubah struktur komite investasi pada awal tahun ini dengan membentuk dua badan baru untuk mengawasi investasi pada aset publik dan nonpublik. 

Langkah itu dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi pengambilan keputusan, memperdalam kerja sama antartim, dan menerapkan strategi alokasi aset dengan lebih baik untuk seluruh perusahaan, sehingga semua orang memiliki pandangan yang sama.

 

Sementara CIC berusaha meningkatkan aset alternatif untuk pengembalian jangka panjang yang stabil. Investasi tersebut turun dua poin persentase menjadi sekitar 42 persen pada 2019 karena saham dan obligasi menguat. 

Namun investasi tersebut naik lagi pada 2020 lalu. Mengenai ini Zhao menolak memberikan rincian karena perusahaan belum merilis laporan tahunan 2020-nya.

"Kami yakin pasar tahun ini, secara keseluruhan, akan relatif stabil bagi investor. Tetapi pembuat kebijakan menghadapi tantangan besar tahun ini dan tahun depan dengan ruang terbatas untuk penyesuaian di tengah hutang jangka panjang yang sudah tinggi dan suku bunga rendah,” ucapnya.

Kebijakan moneter yang longgar telah memicu reli pasar di negara-negara maju seperti Amerika Serikat. Zhao memperingatkan valuasi perlu didukung oleh pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perusahaan dalam jangka panjang. 

“Menambahkan stimulus saja tidak akan cukup,” katanya.

Ketua Komisi Pengaturan Perbankan dan Asuransi China Guo Shuqing mengatakan risiko yang muncul dari gelembung di pasar keuangan global dan sektor properti negara. Gelembung di pasar AS dan Eropa dapat meledak karena reli mereka menuju ke arah yang berlawanan dari ekonomi yang mendasarinya dan mungkin menghadapi koreksi cepat atau lambat. 

“Para pemimpin global juga harus meningkatkan rasa saling percaya dan kerja sama dalam masalah perubahan iklim hingga memerangi Covid-19. Ekonomi global tetap rapuh dan tidak mampu melakukan kesalahan perhitungan,” ucapnya.

CIC juga membuat lebih banyak kemajuan dengan dana bilateral. Empat dana bilateral diluncurkan masing-masing dengan mitra di Italia, Prancis, Jepang dan Inggris. 

Didirikan pada 2007 untuk mengelola sebagian dari cadangan devisa China, CIC tidak dapat membuat kesepakatan di dalam negara itu sendiri. Tapi masih bisa mendapatkan keuntungan dari pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di dunia dengan berinvestasi di perusahaan China yang terdaftar di luar negeri dan aset non-China yang menargetkan pasar China atau berdagang dengan China.

 

 
Berita Terpopuler